Banjir Bandang di Luwu Utara
Gunakan Helikopter, TNI AU Salurkan Logistik ke Korban Banjir Luwu Utara
Komando Operasi Angkatan Udara II yang dipimpin Marsda TNI Minggit ini, menyalurkan bantuan menggunakan helikopter NAS 332 Super Puma.
Penulis: Hamdan Soeharto | Editor: Sudirman
TRIBUNPALOPO.COM, WARA - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara atau TNI AU ikut membantu korban banjir Luwu Utara, Jumat (24/7/2020).
Komando Operasi Angkatan Udara II yang dipimpin Marsda TNI Minggit ini, menyalurkan bantuan menggunakan helikopter NAS 332 Super Puma.
Mereka menyalurkan logistik di daerah terisolir yang tidak dapat dilalui menggunakan jalur darat, seperti di Desa Cenning, Kecamatan Malangke Barat yang memiki jumlah kepala keluarga mencapai 985 orang.
Helikopter Super Puma/H-3213 diterbangkan oleh Mayor Pnb Nugroho Tri dan Kapten Pnb Ryan dari Skadron Udara 6 yang dikomandani oleh Letkol Pnb Risdiyanto.
Mayor Pnb Nugroho Tri mengatakan, helikopter sangat cocok untuk mendukung penyaluran logistik ke daerah bencana, karena karakteristik helikopter bisa mendarat di derah terbuka yang terisolir tidak dijangkau oleh jalur darat.
"Ini merupakan reaksi cepat TNI AU dalam mendukung penanggulangan korban banjir di Luwu Utara. Lanut Sultan Hasanudin juga menggerakkan Boing 737/200 dari Skadrob Udara 5 melakukan pemetaan melalui foto udara dan navigasi terdampak banjir," jelasa Putra kelahiran Larompong, Kabupaten Luwu ini.
Selama kegiatan misi mendukung penanggulangan Banjir di Kabupaten Luwu Utara, TNI AU mendirikan posko di Bandara Lagaligo Bua.
"Itu sebagai pangkalan aju droping logistik yang dipimpin oleh Perwira Operasi Mayor Pnb Devi Oktaviandra. Jadi semua bantuan yang sudah ada kami salurkn setiap hari menggunakan helikopter," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Banjir bandang menghantam beberapa kecamatan di Luwu Utara, Senin (13/7/2020) malam.
Ribuan rumah rusak, hanyut dan bahkan tertimbun tanah, serta banyaknya korban jiwa serta luka-luka dan hilang.
Beberapa lokasi yang terkena dampak yakni, Kecamatan Masamba, Baebunta, Baebunta Selatan, Sabbang, Malangke, dan Malangke Barat.
Sedangkan Di Balebo Kecamatan Masamba dan Desa Radda, Kecamatan Baebunta, merupakan yang terparah, dan pertama kali terjadi di Luwu Utara.
Sudah 38 orang ditemukan meninggal akibat bencana ini.