Tribun Enrekang
Dikeluhkan Biaya Rapid Test Mahal, Ini Penjelasan Pihak Klinik Aisiyah Enrekang
Penanggung jawab Klinik Aisiyah Enrekang, Ratna akhirnya buka suara terkait hal tersebut.
Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Sudirman
TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG- Baru-baru ini masyarakat diresahkan dengan adanya pembayaran Rapid tes sebesar Rp 250 ribu di Klinik Aisiyah Enrekang.
Penanggung jawab Klinik Aisiyah Enrekang, Ratna akhirnya buka suara terkait hal tersebut.
Ia membenarkan jika pihaknya sempat melayani permohonan Rapid tes untuk masyarakat.
Tapi sama sekali tidak ada hubungannya atau kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang.
Menurutnya, sudah sekitar 17 orang yang melakukan Rapid tes di Klinik tersebut.
Ia menjelaskan, alat Rapid itu memang harganya mahal karena hanya pengadaan untuk internal klinik saja.
Tapi waktu itu ada orang yang datang minta tolong agar dirapid tes untuk persyaratan keluar daerah sehingga pihaknya memberi pelayanan.
Karena ada protes masyarakat jadi pemeriksaan rapid tes di Klinik Aisiyah, maka saat ini dihentikan oleh pihak klinik.
Hal itu dikarenakan banyak yang mengeluh terlalu mahal padahal memang itu alat tersebut dibeli mahal karena sebenarnya itu pengadaan untuk internal klinik.
"Itu sebenarnya hanya untuk persediaan kami disini, cuman kemarin ada yang minta tolong di rapid tes jadi kami layani. Tapi sekarang sudah saya tutup, tidak ada lagi pemeriksaan rapid tes di klinik kami," kata Ratna, Minggu (12/7/2020).
Ia juga nenjelaskan, terkait keterangan hasil rapid yang tidak ditanda tangani oleh dokter, Ratna mengatakan pihaknya memang hanya mengeluarkan hasil lab saja sehingga tidak harus ditangani oleh dokter.
Karena bukan surat keterangan yang dipergunakan untuk perjalanan keluar daerah.
"Kami disini hanya mengeluarkan hasil Lab saja apakah hasilnya Reaktif atau Non Reaktif bukan untuk digunakan perjalanan keluar daerah," ujarnya.
"Jadi saya tegaskan bahwa kami di klinik hanya mengeluarkan hasil Rapid saja bukan sebagai persyaratan untuk dipakai perjalanan," Ratna menambahkan.
Ratna menegaskan, apa yang dilakukan Klinik Aisiyah tidak ada hubungannya dengan Dinas Kesehatan.