Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Video VIral DP

Akbar Faizal: Danny Pomanto Merendahkan Partai Nasdem

Menurut lelaki berkacamata itu, dalam rekaman itu Danny Pomanto menunjukkan sikap sama sekali tak membutuhkan (dukungan) Nasdem

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Imam Wahyudi
abd azis/tribuntimur.com
Akbar Faizal 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Politisi Nasional Demokrat (Nasdem) asal Sulawesi Selatan Akbar Faizal angkat bicara terkait video Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto yang viral di media sosial.

"Sebenarnya saya menunggu respon para pengurus Nasdem dari tingkat Kota Makassar, DPW hingga DPP terkait beredarnya rekaman video bakal calon wali kota Makassar Danny Pomanto yang secara telanjang merendahkan Partai Nasdem," kata Akbar dalam catatannya berjudul 'Catatan Untuk Danny dan Mereka yang Bernama Politisi' yang dikonfirmasi benar adanya, Jumat (10/7/2020).

Menurut lelaki berkacamata itu, dalam rekaman itu Danny Pomanto menunjukkan sikap sama sekali tak membutuhkan (dukungan) Nasdem dan berharap Nasdem menarik dukungan terhadapnya.

"Dari Nurdin Halid, Ketua Golkar Sulsel dan Wakil Ketua Umum DPP Golkar, saya mendapatkan konfirmasi bahwa percakapan virtual mereka tersebut terjadi saat Danny Pomanto meminta Nurdin Halid memasangkan putranya, Andi Zunnun, menjadi wakilnya dengan harapan dukungan Golkar diberikan kepadanya," ujar Akbar.

Hanya berbilang hari, lanjut dia, kesepakatan itu Danny abaikan.

"Hari ini, Danny Pomanto resmi diusung Nasdem plus Gerindra berpasangan dengan Fatmawati Rusdi. Kabar terakhir, Gerindra akan mengalihkan ke Appi atas lobi Erwin Aksa langsung ke Prabowo Subianto," ujarnya.

"Jika benar info ini, maka Danny Pomanto praktis tak bisa ikut bertarung. Dan Nasdem ikut terbawa mati angin bersamanya padahal Nasdem pemenang utama pada Pileg lalu sehingga mendapat jatah Ketua DPRD Makassar," jelas alumni UNM itu.

Menurutnya, ia bukan politisi yang mudah tersinggung apalagi untuk hal seperti ini. Namun apa yang dipertunjukkan Danny Pomanto adalah sebuah teatrikal berkualitas sampah yang sama sekali tak layak untuk Sulawesi Selatan, Negeri Para pemberani. Sebuah tagline yang ia rangkai sendiri.

"Saya harus membuat catatan ini untuk tiga alasan. Pertama, meski Danny Pomanto pernah menjabat Wali Kota Makassar saat memenangkan Pilwalkot atas dukungan penuh bekas Wali Kota Makassr Ilham Arief 'ACO' Sirajuddin, tapi Danny Pomanto tak juga memahami apa dan bagaimana karakter orang Bugis Makassar," ujarnya.

Maka ia anggap kemenangan Danny pada Pilwalkot sebelumnya murni karena dukungan penuh Ilham Arief Sirajuddin yang kemudian dia khianati juga.

"Untuk itu, Danny tak layak mendapat kehormatan dan kesempatan memimpin Makassar, kota terbesar dan penopang kawasan timur Indonesia," katanya.

Kedua, Akbar Faizal merupakan pendiri Partai Nasdem sekaligus membesarkannya di Sulsel. Sebagai partai baru saat itu, ia meloloskan dua anggota DPR-RI, 7 DPRD Sulsel dan 70 DPRD.

"Partai Nasdem hadir diseluruh DPRD Kabupaten/Kota di Sulsel. Sebuah catatan yang layak untuk diingat terutama bagi internal Nasdem. Meski saat ini saya bukan lagi pengendali Nasdem, namun korsa Nasdem memaksa saya untuk mengambil sikap keras kepada siapapun yang mempermainkan agenda besar Nasdem bernama Restorasi Politik yang menjadi alasan pendirian partai ini," ujarnya.

"Itulah yang membedakan kami yang memiliki dan menjadi bagian awal pendiri partai ini dengan sebagian dari mereka yang masuk belakangan yang lalu memiliki kewenangan organisasi yang besar. Mereka boleh memiliki badan organisasi Partai ini tapi mereka takkan pernah memiliki hatinya sebab sejak awal masuk Nasdem mereka berniat melukai jiwanya," jelasnya.

Ketiga, mengingatkan zaman secara terus-menerus bahwa proses berpolitik seharusnya tak meninggalkan tata cara yang logis dan bermartabat dari berbagai pendekatan, termasuk kearifan lokal dimana peristiwa politik itu terjadi.

"Pada sebuah group WA dimana Danny Pomanto menjadi admin, saya memintanya langsung untuk menjelaskan soal video itu namun tak ditanggapi, hal yang sejak awal saya pahami bahwa dia takkan berani melakukannya," katanya.

Sabagai seorang kawan dan arsitek yang pernah hampir merancang rumah pribadi saya di Jakarta dan Makassar, Danny adalah kawan yang sangat baik. Namun sebagai politisi Danny Pomanto mempertunjukkan sifat dasarnya.

"Tapi Danny memang cocok dengan model perpolitikan yang dianut banyak politisi dan parpol saat ini yang tak pernah jelas kelaminnya. Namun dalam makna filosofis yang sebenarnya, apa yang dipertunjukkannya menempatkan Danny Pomanto di kerak bumi terbawah pada lempeng karakter politik yang agung," jelasnya.

Tidak lupa Akbar berhadap kepada para pengurus dan kader Nasdem yang direndahkan, Anda layak dan harus terhina oleh perilaku kandidat yang sekarang Anda usung ini.

"Dia mengoyak uluhati Restorasi Partai Nasdem. Danny Pomanto menebas akar logika politik Nasdem yang berdarah-darah saya dan kita perjuangkan. Kali ini kalian harus tersinggung ketimbang ngamuk berlarai saat Dani Pomanto sebagai wali kota saat itu menurunkan spanduk, baliho dan banner Nasdem dari jalan-jalan kota Makassar tempo hari," katanya.

"Setidaknya, Anda semua mempertunjukkan kepada publik bahwa logika politik Nasdem tidak bertumpang-tindih dengan kegilaan sesaat bernama Madu Pilkada Makassar. Saya hari ini bersikap," jelasnya.

Memori publik memang berusia pendek. Besok mungkin mereka lupa semua ini. "Tapi dalam karakter Sulsel, kata adalah hati, dan hati adalah pembeda manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Anda pasti paham yang saya maksud," katanya.

Sebagai orang yang mengenal Danny Pomanto, ia berharap Danny lebih bijaksana sebab kebijaksanaan tak pernah berbohong seperti kata Homer.

"Namun jika Anda tak mampu menahan keinginan hati untuk tampak cerdas dihadapan publik maka mungkin kalimat Mark Twain ini cocok untukmu, Lebih baik menjaga mulut Anda tetap tertutup dan membiarkan orang lain menganggapmu bodoh, ketimbang membuka mulut Anda dan menegaskan semua anggapan mereka," ujarnya.

Namun semua ini adalah pilihan. Sebagai penganut teguh kebebasan berpendapat, saya akan berusaha memahami model politik dan diksi Danny Pomanto meski terus-menerus gagal memahami.

"Tapi saya akan berusaha sekuat tenaga mendoakannya agar berhasil kelak. Kemenangan selalu menyenangkan meski seringkali batasan etika juga terlampaui," tutupnya.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved