Video VIral DP
Akbar Faizal: Danny Pomanto Merendahkan Partai Nasdem
Menurut lelaki berkacamata itu, dalam rekaman itu Danny Pomanto menunjukkan sikap sama sekali tak membutuhkan (dukungan) Nasdem
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Imam Wahyudi
"Pada sebuah group WA dimana Danny Pomanto menjadi admin, saya memintanya langsung untuk menjelaskan soal video itu namun tak ditanggapi, hal yang sejak awal saya pahami bahwa dia takkan berani melakukannya," katanya.
Sabagai seorang kawan dan arsitek yang pernah hampir merancang rumah pribadi saya di Jakarta dan Makassar, Danny adalah kawan yang sangat baik. Namun sebagai politisi Danny Pomanto mempertunjukkan sifat dasarnya.
"Tapi Danny memang cocok dengan model perpolitikan yang dianut banyak politisi dan parpol saat ini yang tak pernah jelas kelaminnya. Namun dalam makna filosofis yang sebenarnya, apa yang dipertunjukkannya menempatkan Danny Pomanto di kerak bumi terbawah pada lempeng karakter politik yang agung," jelasnya.
Tidak lupa Akbar berhadap kepada para pengurus dan kader Nasdem yang direndahkan, Anda layak dan harus terhina oleh perilaku kandidat yang sekarang Anda usung ini.
"Dia mengoyak uluhati Restorasi Partai Nasdem. Danny Pomanto menebas akar logika politik Nasdem yang berdarah-darah saya dan kita perjuangkan. Kali ini kalian harus tersinggung ketimbang ngamuk berlarai saat Dani Pomanto sebagai wali kota saat itu menurunkan spanduk, baliho dan banner Nasdem dari jalan-jalan kota Makassar tempo hari," katanya.
"Setidaknya, Anda semua mempertunjukkan kepada publik bahwa logika politik Nasdem tidak bertumpang-tindih dengan kegilaan sesaat bernama Madu Pilkada Makassar. Saya hari ini bersikap," jelasnya.
Memori publik memang berusia pendek. Besok mungkin mereka lupa semua ini. "Tapi dalam karakter Sulsel, kata adalah hati, dan hati adalah pembeda manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Anda pasti paham yang saya maksud," katanya.
Sebagai orang yang mengenal Danny Pomanto, ia berharap Danny lebih bijaksana sebab kebijaksanaan tak pernah berbohong seperti kata Homer.
"Namun jika Anda tak mampu menahan keinginan hati untuk tampak cerdas dihadapan publik maka mungkin kalimat Mark Twain ini cocok untukmu, Lebih baik menjaga mulut Anda tetap tertutup dan membiarkan orang lain menganggapmu bodoh, ketimbang membuka mulut Anda dan menegaskan semua anggapan mereka," ujarnya.
Namun semua ini adalah pilihan. Sebagai penganut teguh kebebasan berpendapat, saya akan berusaha memahami model politik dan diksi Danny Pomanto meski terus-menerus gagal memahami.
"Tapi saya akan berusaha sekuat tenaga mendoakannya agar berhasil kelak. Kemenangan selalu menyenangkan meski seringkali batasan etika juga terlampaui," tutupnya.