Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Wiki

TRIBUN WIKI: Mengenal Embonatana, Sebuah Wilayah di Kecamatan Seko Luwu Utara

Kata Embonatana merupakan istilah yang dipakai menyebutkan tanah yang subur dan kaya sumber daya alam.

Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Sudirman
Ist
Suasana SDN 081 Hoyane, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan 

Dahulu kala pra-agama Kristen dan Islam, kepercayaan masyarakat Seko Embonatana dilekatkan pada ajaran Aluk Pa’ Ada’ yang akrab dikenal dengan Aluk Todolu atau Aluk Mapporondo’.

Dalam kepercayaan itu masyarakat Seko meyakini Tuhan sang pencipta (Dehata i’ Tangana Langi’), mempersonifikasi diri menjadi dewa air (Dehata Uhai’), yang dipuja dengan setia melalui perilaku dan ritus-ritus sakral.

Orang Seko percaya sikap keagamaan merupakan tujuan hidup mencapai kekekalan di alam baka (katuhoang unda ara upuna, bersama dengan Dehata Langi’ dan leluhur mereka yang telah dahulu kesana membali’ dehata.

Penghayatan terhadap yang ilahi mewajibkan orang Seko untuk taat dan setia menjalankan segala ritual demi keseimbangan kosmos, dan menjaga stabilitas kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan sebagaimana yang terkandung dalam ajaran Aluk dan Pemali.

Ketaatan pada ajaran Aluk dan Pemali menunjukkan sikap religius masyarakat Seko Embonatana, yang bukan hanya pengabdian kepada Dehata i Tangana Langi (Tuhan yang Maha Esa).

Melainkan juga percaya kepada suatu panteon yang terdiri dari banyak roh-roh (dehata-dehata).

Seperti roh leluhur yang beringkarnasi (melondo’) menjadi binatang dan bersemayam di tempat-tempat tertentu.

Juga terdapat banyak sekali ilah diantaranya dehata ikatehu yang biasa disebut dehata i karu kayya (ilah yang bersemayam di pohon), dehata i potali (ilah yang bersemayam di gunung tertinggi di Seko Embonatana), dehata imakaruppanna (ilah di bebatuan) dan sebagainya.

Bagi orang Seko Embonatan, yang ilahi menyatu dengan alam sehingga segala bentuk gejala alam tidak pernah dilepaskan dari kendali Dehata.

Berbagai peristiwa-peristiwa alami seperti banjir, kekeringan, disambar petir, dijatuhi pohon, dimangsa binatang buas, gagal panen, sakit penyakit, dan kematian atau apapun yang menimpa kehidupan manusia mengungkapkan kekuatan-kekuatan ilahi adi-manusia.

Sikap religius dan penghayatan ketuhanan masyarakat Seko Embonatana yang demikian menciptakan keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di dalam semestaan mengandung nilai yang sakral, dan harus dipelihara, dijaga dan dihargai (nisipa’) lewat tindakan yang baik dan benar, melalui ritual dan sesaji persembahan mengungkapkan kesetiaan.

Orang Seko Embonatana tradisional tidak mengenal sitem kerajaan melainkan kehidupan dalam satu konsep pemerintahan demokrasi terpimpin diberbagai wilayah katobaraang.

Secara umum kehidupan orang Seko dikenal tiga kedudukan besar yakni kaum bangsawan (Tobara’), masyarakat (Tau Umbara’) dan budak (Kunang).

Tobara’ merupakan kelas bangsawan yang dipilih dan diangkat oleh orang banyak menjadi seorang pemimpin dengan kriteria bijaksana (manarang), berani (harani), baik (kinaba), dan kaya (suki).

Pada zaman dahulu kala sebelum tahun 1945 Tobara’ adalah jabatan pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin keagamaan (To Modehata) dikalangan orang Seko.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved