OPINI
Covid-19, Antara Salah Paham dan Paham Salah
Ditulis Dr Amir Muhiddin, dDosen Fisip Unismuh Makassar dan Penggiat Forum Dosen Majelis Tribun Timur
Kalau mereka yang mengatakan covid 19 itu adalah rekayasa, konspirasi, maka sangat gampang dipercaya, terutama pengikutnya.
Data dan Informasi
Berdasar pada realitas di atas, maka dapat disimpulkan sementara bahwa salah paham dan paham salah mengandung dua hal.
Pertama bahwa hal itu disebabkan terutama oleh data dan informasi yang kurang akurat, tidak valid dan sumbernya tidak jelas.
Kedua, salah paham dan paham salah sangat membahayakan jika opini mereka dipublikasikan ke media, kenapa?
Karena orang-orang seperti ini dalam ilmu komunikasi disebut sebagai opinion leader atau pemimpin pendapat.
Mereka sangat terpercaya, apalagi oleh pengikutnya.
Lebih berbahaya lagi ketika opini mereka dibaca dan diterima oleh keluarga yang selama ini menganut aliran bapakisme atau patrialism.
• 3 Besar Peserta Lelang JPT Pratama untuk 7 OPD Pemprov Sulsel
Oleh sebab itu amat bijak bagi pemerintah agar kelompok seperti ini juga diberi perhatian khusus.
Kalau memungkinkan diberi juga sosialisasi dan eduksi agar mereka memperoleh data dan informasi yang benar dan valid dan itulah yang disampaikan kepada pengikutnya.
Cegah Buzzer
Buzzer adalah pendengung, kentongan dan di Indonesia biasa digunakan sebagai lonceng atau alarm bagi warga.
Istilah ini marak digunakan ketika media sosial lagi digandrungi oleh masyarakat dan dipergunakan secara luas, baik untuk kegiatan politik atau bisnis.
Seiring perkembangan internet dan media sosial kata buzzer diterapkan kepada orang atau akun media sosial tertentu yang mempromosikan kandidat, tokoh, isu, atau produk tertentu untuk diminati, dipilih dan dimiliki masyarakat.
Buzzer bisa memberi gambaran yang ril terhadap sebuah fakta. Artinya kalau itu mengandung pesan, maka informasinya valid, ini adalah buzzer yang positif.
Tetapi tidak sedikit juga buzzer yang nakal karena punya tujuan politik dan ekonomi.