Demam Berdarah
KABAR BURUK Buat Jabar, Jatim, NTT, Sulsel Selain Covid-19, Penyakit Demam Berdarah Juga Mengintai
Di tengah bahaya Virus Covid-19, penyakit demam berdarah juga mengintai. Daerah-daerah rawan adalah Jabar, Jatim, Jateng, NTT hingga Sulsel
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Satu lagi kabar buruk di tengah Pandemi Covid-19 saat ini.
Saat bahaya Virus Corona atau Covid-19 mengintai, muncul penyakit menular laini yang tidak kalah berbahayanya; Demam Berdarah.
Di Indonesia saat ini, ada 68.000 kasus Demam Berdarah.
• Update Corona: Tim Covid-19 Puji Gorontalo & Lampung Tapi Jakarta & Sulsel Masih Terbanyak Positif
• Usai Gowes Bareng Danny Pomanto, Mantan Lurah Masale Makassar Meninggal di Tokka Maros
Provinsi dengan tingkat penularan DBD tertinggi berdasarkan data resmi Kementerian Kesehatan RI adalah Jawa Barat (Jabar), Lampung, NTT, Jatim, Jateng, Yogyakarta.
Termasuk Sulawesi Selatan provinsi di Pulau Sulawesi dengan kasus Covid-19 paling tinggi.
Data ini disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik , Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid saat diskusi Live dengan tema Ancaman Demam Berdarah di Masa Pandemi di Kantor BNPB Indonesia, Jakarta, Senin (22/6/2020).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, seharusnya puncak kasus demam berdarah yang biasa terjadi di bulan Maret lalu kasus menurun.
Namun tahun 2020 ini berbeda.
Di masa pandemi Covid-19, kasus demam berdarah masih tinggi di bulan Juni.
"Ada yang berbeda di tahun ini mengapa penambahan kasus sampai bulan Juni demam berdarah masih cukup banyak. Angka ini agak berbeda dari tahun sebelumnya. 100 sampai 500 per hari. Jadi total 68.000 kasus sejauh ini di seluruh Indonesia," kata Nadia.
Hingga saat ini, tercatat ada 68.000 kasus demam berdarah di seluruh Indonesia.
Persebaran daerah terdampak demam berdarah juga hampir serupa dengan COVID-19.
Bagaimana dengan angka kematian demam berdarah?
"Kita lihat DBD menimbulkan angka kematian, sudah mencapai 346 orang. Gambaran provinsinya sama dengan jumlah kasus tadi," katanya.
"460 kabupaten kota yang melaporkan demam berdarah, 438 di antaranya juga melaporkan kasus Covid," kata Nadia.
Selain Nadia, juga hadir dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA(K) Ahli infeksi dan pedriati tropik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Acara dipandu Risky Ika Syafitri (Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19)
DBD Mirip Covid-19
dr Nadia mengungkapkan saat ini ada kurang lebih 100-500 kasus DBD per hari dilaporkan ke kementerian kesehatan.
Provinsi dengan angka DBD tertinggi sesuai urutannya adalah
Jawa Barat
Lampung
NTT
Jatim
Jatim
Jateng
Yogyakarta
Sulsel.
Angka kematian mencapai 346 jiwa sejak Maret 2020
DBD pertama kali muncul di Indonesia tahun 1968.
Di awal kemunculannya, kasusnya mirip Covid-19. Angka kematian dan kesakitan itu 50 persen.
"Saat ini angka kematian di bawah 1 persen. Kita berharap angka kematian akibat DBD itu nol persen" lanjut dr Nadia.
Simak video lengkapnya:
Beda Ciri Gejala DBD dan Covid-19
Baik Covid-19 maupun DBD, keduanya sama-sama disebabkan oleh virus, Kids.
Covid-19 disebabkan oleh virus corona (SARS-CoV-2), sementara DBD disebabkan oleh virus dengue.
Bedanya, virus corona ditularkan melalui perantara antarmanusia, Kids. Nah, kalau DBD ditularkan lewat nyamuk Aedes aegepti.
Sekilas gejala keduanya agak mirip. Untuk antisipasi, simak perbedaan gejala Covid-19 dan DBD, yuk!
Gejala DBD
1. Demam tinggi mendadak
2. Sakit kepala
3. Pegal
4. Linu
5. Mual
6. Nyeri sendi
7. Bintik-bintik merah
8. Pendarahan di gusi
9. Mimisan
10. Sakit perut
11. Pendarahan di bawah kulit (memar)
12. Kerusakan pada pembuluh darah atau getah bening
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Leonard Nainggolan SpPD-KPT, kunci utama gejala DBD adalah demam mendadak.
Selain itu, biasanya gejala tersebut disertai dengan munculnya dua atau lebih gejala lainnya, Kids.
Masa inkubasi infeksi virus dengue ini bisa terjadi dalam waktu 4-8 hari setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegepti.
Gejala Covid-19
1. Demam dengan suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius
2. Batuk
3. Sesak napas
Gejala awal infeksi virus corona pada dasarnya mirip seperti gejala flu, yakni demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
Kemudian, gejala bisa menjadi makin berat, seperti demam tinggi, sesak napas, dan juga nyeri pada dada.
Gejala Covid-19 tersebut juga sekilas tampak mirip dengan gejala DBD.
Namun, belakangan ini muncul berbagai gejala baru terkait virus corona.
Para peneliti menambahkan beberapa gejala yang mungkin menjadi indikasi infeksi virus corona di antaranya seperti conjunctivitis mata merah, masalah pencernaan, lelah tanpa alasan, nyeri otot.
Belum lama juga muncul kasus lesi pada kaki yang dicurigai juga menjadi gejala awal infeksi virus corona.
Bahkan, enggak sedikit juga pasien Covid-19 yang enggak menunjukkan gejala sama sekali. Mereka ini termasuk dalam kategori OTG (orang tanpa gejala).
O iya, berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), masa inkubasi bisa berlangsung hingga 14 hari.(*)
• Update Corona: Tim Covid-19 Puji Gorontalo & Lampung Tapi Jakarta & Sulsel Masih Terbanyak Positif
• Usai Gowes Bareng Danny Pomanto, Mantan Lurah Masale Makassar Meninggal di Tokka Maros