Suami Bawa Uang Rp 3,4 Miliar Setelah Merantau, Pria ini Digugat Cerai Istri, Masalah Tak Disangka
Istrinya tak senang memiliki uang segitu banyak. Uang tersevut sama sekali tidak berarti dan si istri memilih mengajukan cerai. Melansir dari Intisar
TRIBUN-TIMUR.COM - Seorang wanita Syok saat suaminya kaya raya. Hanya butuh waktu dua bulan, suami bisa menghasilkan uang Rp 4,9 miliar.
Namun kaya raya tersebut, membuat Rumah tangga nya berantakan. Pria tersebut justru ditinggalkan istri tercintanya.
Istrinya tak senang memiliki uang segitu banyak. Uang tersebut sama sekali tidak berarti dan si istri memilih mengajukan cerai.
Melansir dari Intisari, kejadian ini menimpa suami dan istri asal Taiwan.
Menurut Eva.vn, Minggu (7/6/2020), kisahnya bermula dari wanita bernama Yuan dan suaminya telah menikah selama 5 tahun dengan suaminya.
• Nasib Sial Dialami Suami saat Ingin Bercinta di Malam Pertama, Kecewa dan Laporkan Istri ke Polisi
• Hanya Gunakan Jempol, Ronaldo Hasilkan Uang Rp35 M Selama Masa Pandemi
Dari pernikahannya tersebut, Yuan dan suaminya dikarunai seorang anak berusia 4 tahun.
Yuan mengaku jatuh hati pada Suaminya karena penampilannya yang menarik, selain itu digambarkan bahwa suaminya adalah seorang yang tinggi dan tampan.
Namun, pernikahan mereka harus berakhir setelah sang istrinya baru-baru ini mengetahui pekerjaan asli suaminya.
Awalnya suami Yuan mengatakan, dia masih belum memiliki pekerjaan yang stabil.
Jadi, dia berjanji setelah menikah akan mulai membangun karirnya, namun situasinya justru tidak pernah membaik.
Mereka menghabiskan banyak uang untuk membiayai anaknya, kehidupannya juga kian sulit sehingga membuatnya sering mengeluh tentang uang.
Jadi tak ada pilihan lain bagi sang suami selain pergi merantau untuk bekerja.
Setelah pergi merantau, akhirnya suami Yuan mengatakan dia telah mendapatkan pekerjaan tetap, namun tidak menjelaskan rincinya.
Yuan pun senang, selain itu keluarga itu sudah tidak memiliki masalah keuangan lagi.
Pada awal 2020, suaminya tiba-tiba pamit, dia mengatakan akan melakukan perjalanan bisnis selama dua bulan di Provinsi Guangdong, Tiongkok.