Hukum Membayar Utang Puasa Ramadan, Mana yang Harus Didahulukan Qadha atau Puasa Syawal?
Setelah berpuasa satu bulan lamanya, tentunya ada anjuran untuk melaksanakan puasa syawal selama 6 hari.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUNTIMURWIKI.COM- Tak terasa, bulan suci Ramadhan telah berakhir.
Saatnya memasuki bulan syawal yang ditandai dengan hari raya Idul Fitri.
Setelah berpuasa satu bulan lamanya, tentunya ada anjuran untuk melaksanakan puasa sunnah selama 6 hari.
Amalan tersebut dikenal dengan puasa syawal.
Dilansir dari Tribunnews.com, padahal, ada beberapa kalangan umat Islam yang memiliki utang puasa, seperti wanita haid ketika Ramadhan, orang sakit, hingga musafir.
Dengan syarat tertentu, umat Islam memang boleh tidak berpuasa Ramadhan dan menggantinya di lain waktu.
Lebih dulu mana dengan puasa Syawal?
Dikutip Tribunnews.com dari buku Panduan Ramadhan terbitan Pustaka Muslim tahun 2014, qadha artinya mengerjakan suatu ibadah yang memiliki batasan waktu di luar waktunya.
Jika memiliki utang puasa Ramadhan, maka bisa dibayarkan di luar bulan Ramadhan.
Namun ada pendapat yang menyebut qadha Ramadhan boleh ditunda.
Yakni boleh dibayarkan di luar bulan Syawal, sehingga bisa melaksanakan puasa Syawal terlebih dahulu.
Utang puasa Ramadhan bisa dibayarkan bulan Dzulhijah hingga Syaban, asalkan sebelum masuk Ramadhan tahun depan.
Pendukung pendapat ini adalah 'Aisyah, di mana ia pernah menunda qadha puasa hingga Syaban.
Meski demikian, tetap saja utang puasa Ramadhan harus segera dilaksanakan, seperti dalam firman Allah SWT:
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al Mu’minun: 61)