Lailatul Qadar
KISAH NYATA Peristiwa Lailatul Qadar di Tempat Ini, Cahaya dari Langit Terangi Masjid Hebohkan Warga
Mmalam Lailatul Qadar atau malam seribu bulan adalah malam yang dirahasiakan Allah kepada Umat Muslim di Bulan Suci Ramadan.
Untuk mengenang peristiwa itu, empat buah tegel di tengah Masjid Jami’ Addariah dilengketkan tanpa campuran semen.
“Di sinilah Gurutta duduk saat didatangi Lailatul Qadar,” kata salah seorang jamaah suatu ketika.
Sebagian warga Mangkoso, yang hidup di masa itu, mengatakan, beberapa hari air sumur di rumah AGH Ambo Dalle terasa manis dan lezat airnya setelah peristiwa itu.
AGH Ambo Dalle hijrah ke Mangkoso dari Sengkang untuk mengembangkan pengajian di Soppeng Riaja atas permintaan berkali-kali Datu Soppeng Riaja, Andi Yusuf Dagong Petta Soppeng.
Pengajian perdana dilakukan di Masjid Mangkoso hari Rabu tanggal 29 Syawal 1357 H atau 21 Desember 1938 M.
Sejak itu Mangkoso dikenal sebagai kota “pangngaji”.
Dijuluki tempat yang tenang, penduduknya hidup tenteram.
Jangankan perampok atau pencopet, pencuri sekecil apapun tidak pernah ada.
Bahkan, bila ada di antara warga melakukan perbuatan zina, Gurutta langsung diberitahu.
Beliau lalu menyampaikan kepada masyarakat agar orang tersebut dikeluarkan dari kampung.
Gurutta meminta agar tradisi lama masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti memuliakan batu-batu kubur dan pohon-pohon besar segera dihentikan.
Gurutta bahkan memerintahkan agar batu-batu nisan yang telah dibongkar itu dijadikan pondasi jalan agar bisa diinjak oleh masyarakat untuk menunjukkan bahwa batu-batu tersebut tidak punya kekeramatan apa-apa.
Di masa pemerintahan Arung Petta Cowa, ia sangat mempertahankan tradisi tersebut.
Namun sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Petta Coa memerintahkan supaya amalan yang mengandung unsur khurafat itu segera dihentikan.
Imam Laepo Polewali
