Ternyata Ini Alasan Kapal China Buang Jenazah ABK Indonesia ke Laut, Benarkah Aturan Internasional?
Dalam video itu, kanal MBC memberikan tajuk "Eksklusif. 18 jam sehari kerja, jika jatuh sakit dan meninggal, dilempar ke laut".
TRIBUN-TIMUR.COM-Berita pembuangan jenazah Anak Buah Kapal atau ABK Indonesia yang dibuang ke luat di perairan Korea Selatan menjadi sorotan.
Kabar ini bermula saat salah seorang Youtuber asal Korea Selatan yang pernah tinggal di Indonesia, Jang Hansol membuat sebuah video pemberitaan media MBC tentang perlakukan tak manusiawi yang dialami para ABK.
Dalam video tersebut disebutkan, para ABK itu mengaku dipekerjakan selama 18 jam, bahkan bisa berdiri selama 30 jam, dengan 6 jam istirahat.
Dikutip dari Kompas.com, Kapten kapal China menyebut jenazah ABK Indonesia yang dilempar ke laut sebenarnya dilarung.
Pernyataan kapten kapal China itu tercantum dalam situs web Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kamis (7/5/2020).

"Pada Desember 2019 dan Maret 2020, pada kapal Long Xin 629 dan Long Xin 604, terjadi kematian 3 awak kapal WNI saat kapal sedang berlayar di Samudera Pasifik."
"Kapten kapal menjelaskan bahwa keputusan melarung jenazah karena kematian disebabkan penyakit menular dan hal ini berdasarkan persetujuan awak kapal lainnya," demikian yang tertulis di keterangan berjudul "Perkembangan ABK Indonesia yang saat ini berada di Korsel" dalam poin 3.
Kemudian di poin berikutnya tercantum KBRI Beijing telah menyampaikan nota diplomatik untuk meminta klarifikasi kasus ini.
Dalam penjelasannya, Kemlu China mengklaim pelarungan ini sudah disesuaikan praktik kelautan internasional untuk menjaga kesehatan para awak kapalnya.
Insiden ini viral setelah sebuah video yang dipublikasikan oleh media Korea Selatan memperlihatkan jenazah ABK Indonesia dibuang ke laut dari sebuah kapal China.
Video yang dirilis oleh MBC itu diulas oleh YouTuber Jang Hansol di kanalnya, Korea Reomit, pada Rabu waktu setempat (6/5/2020).
Dalam video itu, kanal MBC memberikan tajuk "Eksklusif. 18 jam sehari kerja, jika jatuh sakit dan meninggal, dilempar ke laut".
Kejadian ABK dibuang ke laut ini tertangkap kamera saat kapal ikan Long Xin 605 dan Tian Yu 8 yang berbendera China berlabuh di Busan, Korea Selatan.
Kedua kapal tersebut membawa 46 awak kapal WNI dan 15 di antaranya berasal dari kapal Long Xin 629, terang pernyataan Kemlu RI.
Kemlu RI juga akan memanggil Duta Besar China untuk meminta penjelasan tambahan mengenai alasan pelarungan jenazah.
Penjelasan akan diminta soal apakah pelarungan sudah sesuai ketentuan ILO (International Labour Organization) atau Organisasi Buruh Internasional, dan tentang perlakuan yang diterima ABK WNI lainnya.
Peristiwa ini disebut Kemlu RI terjadi di Selandia Baru, dan telah ditangani oleh perwakilan Indonesia di Selandia Baru, China, dan Korea Selatan.
BSementara itu KBRI Seoul yang berkoordinasi dengan otoritas setempat telah memulangkan 11 awak kapal pada 24 April.
Sebanyak 14 awak kapal lainnya akan dipulangkan pada 8 Mei.
KBRI Seoul juga sedang mengupayakan pemulangan jenazah awak kapal berinisial E yang meninggal di RS Busan karena pneumonia, sedangkan 20 awak kapal lainnya melanjutkan kerja di kapal Long Xin 605 dan Tian Yu 8.
"Sebelumnya, Kemlu bersama Kementerian/Lembaga terkait juga telah memanggil manning agency untuk memastikan pemenuhan hak-hak awak kapal WNI."
"Kemlu juga telah menginformasikan perkembangan kasus dengan pihak keluarga," pungkas bunyi pernyataan tersebut.
Kasus Serupa
Pembuangan jenazah ABK asal Indonesia juga pernah terjadi pada Januari 2020.
Jenazah ABK asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Muhammad Alfatah (20) juga dibuang ke laut.
Anak Buah Kapal (ABK) asal Dusun Banca, Desa Bontongan, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan itu, meninggal karena sakit.
Jenazah anak ke-7 dari 9 bersaudara tersebut terpaksa dibuang ke laut oleh awak Kapal Long Xing 802 karena dikhawatirkan adanya penyakit menular yang bisa menjangkiti kru kapal lainnya.
Menanggapi hal itu, kakak kandung almarhum, Rasyid mengaku telah ikhlas akan kepergian adiknya tersebut.
• Inilah Sakit Diderita Alfatah Pelaut Baraka Enrekang Sebelum Meninggal dan Jenazah Dibuang ke Laut
Meski begitu, pihaknya masih sedikit berharap agar jenazah adiknya masih bisa ditemukan dan dibawa ke kampung halamannya di Kabupaten Enrekang.
Namun, Ia pun mengakui hal tersebut sudah sulit untuk diwujudkan.
"Kami sangat ingin melihat jenazahnya, tapi mungkin itu sudah hal yang mustahil. Kami tidak ingin berpikir macam-macam terkait penyebab kematiannya, karena sudah diikhlaskan," kata Rasyid, Senin (20/1/2020).
Ia menambahkan, terakhir kali Rasyid berkomunikasi dengan Alfatah sekitar setahun yang lalu.
"Terakhir komunikasi setahun lalu, saat ini dia (Alfatah) masih di Hong Kong, pas di bandara menuju Korea dia sempat nelepon, dan setelah itu tidak pernah ada kabar lagi," ujarnya.

Muhammad Alfatah merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Hardin dan Rali'.
Ia merupakan lulusan dari SMK Pelayaran Lintas Nusantara yang terletak di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Muhammad Alfatah diketahui mulai berlayar sekitar tahun 2017 lalu.
Kronologi
Berdasarkan surat dari Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri RI yang beredar di medsos, Alfatah meninggal setelah sebelumnya mengalami sakit saat sedang melaut pada 18 Desember 2019.
Dalam surat itu disebutkan, sakit yang dialami Alfatah adalah kaki dan wajah bengkak, nyeri di dada dan napas pendek.
Kapten kapal sempat memberikan obat kepada Alfatah, namun kondisinya tak kunjung membaik.
Pada 27 Desember 2019 pukul 13.30 waktu setempat, Alfatah dipindahkan ke Kapal Long Xing 802 yang akan berlabuh di Samoa (sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik) lalu dibawa ke rumah sakit.
Namun, Alfatah meninggal delapan jam setelah dipindahkan ke kapal tersebut.
Dengan alasan daratan (negara Samoa) masih sangat jauh dan dikhawatirkan adanya penyakit menular yang bisa menjangkiti kru kapal lainnya, kapten kapal memutuskan membuang jenazah Alfatah ke laut tanpa sepengetahuan agen.
Dikonfirmasi TribunEnrekang.com Minggu (19/1/2020) malam, kabar tersebut dibenarkan keluarga almarhum, Khairil.
Khairil mengatakan, pihak keluarga telah menerima informasi resmi dari kementerian terkait kejadian yang menimpa sepupunya tersebut.
"Iye kak, jelas'mi itu infonya. Dia betul (Alm Alfatah), bahkan kemarin sudah salat jenazah di kampung," ujarnya.
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "ABK Indonesia Dilempar ke Laut, Kapten Kapal China Sebut Itu Dilarung"