Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Masyarakat Transportasi Indonesia

Minyak Mentah Dunia Turun, MTI Desak Pemerintah Turunkan Harga BBM

Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur, Bambang Haryo Soekartono mendesak pemerintah segera menurunkan harga BBM.

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Hasriyani Latif
MTI
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur, Bambang Haryo Soekartono 

"Saya yakin baik Pak Presiden Jokowi maupun Menteri Keuangan Sri Mulyani bakal menentang keras permainan mafia minyak. Karena harga BBM sangat berpengaruh pada indikator ekonomi makro yang menjadi tanggung jawab Menkeu," katanya.

"Dan bila dengan turunnya solar subsidi dan nonsubsidi hingga 50% akan dapat memberikan stimulus terhadap dunia industri dan usaha yang berhubungan dengan perekonomian secara keseluruhan maupun pembangkit listrik (PLN) yang berdampak terhadap UMKM di seluruh Indonesia," jelasnya.

Harga BBM Tak Transparan

Bambang juga menyinggung harga BBM di Indonesia tidak transparan dan lebih mahal dibandingkan negara lain karena permainan kartel itu.

Bambang mencontohkan, di Malaysia harga bahan bakar RON 95 per 18 April seharga RM 1,25 atau Rp 4.395 per liter, RON 97 harganya RM1,55 atau Rp 5.450 per liter dan diesel RM 1,43 atau Rp 5.028 per liter.

"Sementara di Indonesia hingga kini harga BBM subsidi dan non subsisi jauh lebih mahal. Contohnya Premium (RON 88) yang dijual Rp 6.450 per liter padahal sudah disubsidi Rp. 1.600 per liter dan solar harga Rp. 5.150 dengan subsidi Rp. 1.000 per liter," katanya.

Harga itu jauh lebih mahal dibandingkan dengan RON 95 di Malaysia yang merupakan sesama negara penghasil minyak dunia dan setara dengan Pertamax Plus.

"Seharusnya Menteri ESDM segera menginstruksikan Pertamina menyesuaikan harga BBM ini. Kalau harga BBM murah, semua sektor usaha seperti industri di dalam negeri dan UMKM pasti terbantu dalam mempertahankan usaha dan mencegah PHK. Selain itu, kemerosotan perekonomian akibat dampak pandemi Covid-19 bisa dicegah," jelasnya.

Apalagi, sekitar 80 persen biaya pembangkit listrik berasal dari energi seperti solar dan batu bara. Saat harga BBM turun, maka tarif listrik bisa turun sekitar 25 sampai 50 persen.

"Apalagi harga batu bara saat ini sudah merosot lebih dari 50 persen. Karena tidak ada transparansi, maka tarif BBM dan listrik selama ini tetap mahal. Seharusnya, Pertamina tidak membebankan masalah internal dengan cara menjual BBM lebih mahal dari harga semestinya," katanya.

"Ketika membeli minyak di pasar dunia dengan harga sangat murah, tetapi menjualnya di dalam negeri dengan harga tinggi. Dalam kondisi Covid-19 sekarang, Pertamina harusnya sensitif terhadap kesulitan masyarakat dan bangsa," tambahnya.(*)

Laporan Wartawan tribun-timur.com, @fadhlymuhammad

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp

Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur: 

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved