Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Prabowo Subianto

Prabowo Akhirnya Ungkap Alasan Gabung Jokowi Usai Diam-diam Selamatkan Uang Negara Rp 50 Triliun

Sosok Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto ketahuan diam-diam selamatkan uang negara Rp 50 triliun diungkap pengamat ekonomi Rizal Ramli ILC TV One

Editor: Rasni
Tribun Timur
Kolase foto Jokowi dan Prabowo 23042020 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sosok Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto ketahuan diam-diam selamatkan uang negara Rp 50 triliun diungkap pengamat ekonomi Rizal Ramli di ILC TV One, kemarin.

Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus mantan rival Presiden Jokowi itu menolak tanda tangan pembelian alutsista yang mark up lebih dari 10 persen.

Usai ketahuan, Prabowo bersaksi soal kebijakan Jokowi ke publik.

Hal itu diungkapkannya setelah enam bulan dirinya bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju (KIM) sebagai Menteri Pertahanan.

"Selama saya menjadi bagian kabinet beliau (Jokowi), saya bersaksi bahwa beliau terus berjuang demi kepentingan bangsa, negara dan rakyat Indonesia," ujar Prabowo, Rabu (22/4/2020) malam.

Terpopuler: Inilah Kehebatan Prabowo Subianto Selamatkan Uang Negara 50 Triliun Padahal Sisa Diteken

Pengurus Masjid Al Markaz Bagikan Sembako ke Warga Terdampak Covid-19

Mimpi Asnawi Mangkualam, Tembus Timnas Senior dan Main di Luar Negeri

Untuk itu, Prabowo pun berterima kasih kepada seluruh kader Partai Gerindra yang telah memberi kepercayaan.

Termasuk mendukung pada saat dirinya mengambil keputusan besar dan berat.

"Saya sekarang tetap minta dukungan saudara, percayalah kepada pimpinanmu, pimpinanmu tidak mungkin akan mengambil keputusan yang merugikan partai apalagi rakyat, bangsa dan negara Indonesia," katanya.

Prabowo juga mengungkapkan alasan dirinya mengambil keputusan untuk bergabung di kabinet pemerintahan Jokowi.

Menurutnya, keputusan itu diambil untuk langkah rekonsiliasi nasional dengan mengenyampingkan kepentingan partai hingga perasaan pribadi.

"Demi satu hal utama yaitu kerukunan nasional, persatuan nasional dan rekonsiliasi nasional," terang menteri pertahanan tersebut.

Prabowo menambahkan, selama ini dirinya telah berulang kali mengatakan bahwa lawan politik bukanlah musuh, sekalipun saat hiruk-pikuk persaingan politik yang begitu keras.

Karena itu, apapun yang terjadi dalam situasi tersebut tidak boleh ada perpecahan di antara bangsa.

"Berapapun ongkos yang harus kita bayar, betapa pun sedihnya perasaan kita harus kuat, kesampingkan demi kepentingan besar. Untuk itu kita sekarang bekerja sama dengan Presiden Jokowi," katanya.

Kerja Prabowo

Lama tak muncul, Menteri Pertahanan Prabowo kembali jadi pemberitaan.

Setelah sebelumnya ia menerima bantuan Alat Pelindung Diri ( APD ) dari China, kini tersorot media lantara disebut-sebut berhasil menghemat uang negara triliunan rupiah.

Dirinya dipuji ekonom senior Rizal Ramli.

 

Rizal Ramli memuji kinerja Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam acara besutan Karni Ilyas, Indonesia Lawyers Club / ILC. 

Rizal Ramli menyebutkan bahwa Prabowo telah berkontribusi dalam menghemat uang negara hingga Rp 50 triliun.

Pasalnya, Prabowo tidak mau menandatangani proyek pengadaan alat utama sistem pertahanan ( alutsista ) yang harganya sudah dinaikkan jauh melebihi harga asli

Dilansir TribunWow.com, hal ini disampaikan Rizal Ramli saat menjadi nara sumber dalam tayangan Indonesia Lawyers Club, Selasa (21/4/2020) malam.

Dalam kesempatan tersebut, Rizal Ramli menyinggung mengenai kondisi perekonomian Indonesia di tengah pandemi Virus Corona.

Rizal Ramli menjelaskan bahwa meskipun tidak pernah muncul di pemberitaan, Prabowo telah turut berjasa kepada perekonomian Indonesia.

Ia sebagai menteri pertahanan bertanggung jawab proyek pembelian alutsista.

Ketika mendapati adanya pengajuan proyek yang anggarannya dibuat jauh melebihi harga asli barang, Prabowo dengan tegas menolak pengadaan tersebut.

Di acara ILC, ekonom senior Rizal Ramli menyebutkan terima kasih sedikit sama Prabowo, tak ada suaranya, tetapi Dia tidak menandatangani proyek alat utama sistem persenjataan ( alutsista ).
Di acara ILC, ekonom senior Rizal Ramli menyebutkan terima kasih sedikit sama Prabowo, tak ada suaranya, tetapi Dia tidak menandatangani proyek alat utama sistem persenjataan ( alutsista ). (YouTube Indonesia Lawyers Club/Tribunnews Jeprima)

"Terima kasih sedikit sama Prabowo, enggak kedengeran suaranya, tapi dia tidak tanda tangani semua proyek pembelian alutsista yang mark up-nya lebih dari 10 persen," ujar Rizal Ramli.

Diketahui, total penghematan yang didapat dari tindakan Prabowo tersebut mencapai hingga 50 triliun rupiah.

 

"Itu dia menghemat sekitar 3,4 miliar dolar diem-diem, total Rp 50 triliun," sambungnya.

Rizal Ramli menyoroti adanya permainan oknum-oknum tertentu dalam proyek pengadaan alutsista.

Ia menyebutkan bahwa biasanya anggaran yang diajukan untuk membeli alutsista sudah di naikkan hingga ribuan bahkan ratusan persen dari harga barang.

Namun Prabowo dengan berani mengambil keputusan tegas dan menolak pengajuan proyek yang mengambil keuntungan lebih dari 10 persen.

"Karena biasanya mark up alutsista itu ratusan persen, ada yang ribuan persen, dia maksimum 10 persen. Di atas 10 persen dia enggak mau tanda tangan," ungkap Rizal Ramli.

"Dia udah lapor ama Jokowi, setor sekitar 3,4 miliar dolar, itu hampir 50 triliun, tahun kemarin," tandasnya.

Rizal Ramli juga sempat menyebutkan bahwa sebenarnya, pemerintah masih memiliki uang yang bisa difokuskan untuk menangani Virus Corona.

Ia meminta sejumlah proyek dihentikan dan dananya di alihkan untuk membantu penanggulangan Covid-19 di tanah air.

Satu di antaranya adalah proyek pemindahan Ibu Kota Baru yang dinilainya menyedot anggaran yang sangat besar.

"Punya uang enggak pemerintah? Masih itu ada saldo total (Rp) 270 triliun," jelas Rizal Ramli.

"Hentikan semua proyek-proyek infrastruktur, termasuk ibu kota baru yang kagak jelas itu," imbuhnya.

Menurut Rizal Ramli, anggaran yang begitu besar pemindahan ibu kota bisa digunakan untuk menangani wabah Virus Corona dan membantu warga-warga yang terdampak.

"Hentikan dulu, pakai uangnya untuk menyelesaikan masalah Corona dan kebutuhan dasar," kata Rizal Ramli menambahkan.

Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke-10:54:

Sebut Jokowi Antek China

Mantan Menteri ekonomi RI viral setelah kritik keras pemerintahan Jokowi dinilai antek China.

Seruan keras itu terekam dalam Video YouTube saat dirinya menjadi narasumber di acara Talkshow ILC TV One, Selasa (21/4/2020). Acara dipandu Karni Ilyas.

Bermula saat Rizal Ramli mengkritisi kebijakan Jokowi menangani Virus Corona di Indonesia dinilai lambat dan tidak tepat sasaran.

Menurut mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia ke-4 ini ada tiga negara Asia yang akan jadi superpower baru yakni Vietnam, India, dan Meksiko

"Menurut saya kalau indonesia canggih, cerdas, Indonesia bisa menjadi the fourth super power (Negara superpower keempat) dalam 10 tahun akan datang," ucapnya.

Rizal Ramli menjadi trending di twitter pagi ini karena jadi pembicara di TVone.
Rizal Ramli menjadi trending di twitter pagi ini karena jadi pembicara di TVone. (twitter)

Hal itu ia sampaikan saat menjadi salah satu pembicara di ILC TVOne bertajuk Corona: Setelah Wabah, Krisis Mengancam?, Selasa (21/4) malam.

Untuk itu, lanjut dia, Indonesia jangan lagi jadi antek China.

"Kontsitusi kita jelas-jelas bebas aktif, nggak boleh blok timur blok barat."

Rizal Ramli menyebut selema ini pemerintah seolah takut banget sama China , sampai slundupin terus orang China dengan dalih turis dan lain-lain.

 

Untuk itu menurutnya, pemerintah harus menggeser politik ekonomi yang sangat pro China

Dalam acara itu,  Rizal Ramli menyatakan tidak setuju dengan ide printing money atau mencetak uang baru sebagai salah satu solusi menyelamatkan ekonomi nasional di tengah goncangan virus corona.

Menurut Rizal Ramli, opsi tersebut tidak keliru. Tetapi, akan berbahaya jika pemerintah yang menjalankan opsi tersebut tidak kredibel.

"Mohon maaf, printing money pada saat pemerintahnya itu tidak kredibel, banyak KKN dan abuse of power, printing money bahaya sekali," ujarnya.

Ketika printing money dilakukan dan tidak dikelola dengan baik. Akibat terburuknya adalah mata uang rupiah akan kehilangan nilai jual.

Printing money digaungkan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Menurutnya, ide tersebut dapat menjadi solusi jangka pendek untuk menyelamatkan ekonomi nasional.

Cek Video Lengkannya di menit ke 22.16: 

(TRIBUNTIMUR/KOMPAS/TRIBUNWOW/WARTAKOTA)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved