Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Prabowo Subianto

Prabowo Akhirnya Ungkap Alasan Gabung Jokowi Usai Diam-diam Selamatkan Uang Negara Rp 50 Triliun

Sosok Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto ketahuan diam-diam selamatkan uang negara Rp 50 triliun diungkap pengamat ekonomi Rizal Ramli ILC TV One

Editor: Rasni
Tribun Timur
Kolase foto Jokowi dan Prabowo 23042020 

Namun Prabowo dengan berani mengambil keputusan tegas dan menolak pengajuan proyek yang mengambil keuntungan lebih dari 10 persen.

"Karena biasanya mark up alutsista itu ratusan persen, ada yang ribuan persen, dia maksimum 10 persen. Di atas 10 persen dia enggak mau tanda tangan," ungkap Rizal Ramli.

"Dia udah lapor ama Jokowi, setor sekitar 3,4 miliar dolar, itu hampir 50 triliun, tahun kemarin," tandasnya.

Rizal Ramli juga sempat menyebutkan bahwa sebenarnya, pemerintah masih memiliki uang yang bisa difokuskan untuk menangani Virus Corona.

Ia meminta sejumlah proyek dihentikan dan dananya di alihkan untuk membantu penanggulangan Covid-19 di tanah air.

Satu di antaranya adalah proyek pemindahan Ibu Kota Baru yang dinilainya menyedot anggaran yang sangat besar.

"Punya uang enggak pemerintah? Masih itu ada saldo total (Rp) 270 triliun," jelas Rizal Ramli.

"Hentikan semua proyek-proyek infrastruktur, termasuk ibu kota baru yang kagak jelas itu," imbuhnya.

Menurut Rizal Ramli, anggaran yang begitu besar pemindahan ibu kota bisa digunakan untuk menangani wabah Virus Corona dan membantu warga-warga yang terdampak.

"Hentikan dulu, pakai uangnya untuk menyelesaikan masalah Corona dan kebutuhan dasar," kata Rizal Ramli menambahkan.

Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke-10:54:

Sebut Jokowi Antek China

Mantan Menteri ekonomi RI viral setelah kritik keras pemerintahan Jokowi dinilai antek China.

Seruan keras itu terekam dalam Video YouTube saat dirinya menjadi narasumber di acara Talkshow ILC TV One, Selasa (21/4/2020). Acara dipandu Karni Ilyas.

Bermula saat Rizal Ramli mengkritisi kebijakan Jokowi menangani Virus Corona di Indonesia dinilai lambat dan tidak tepat sasaran.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved