Corona Virus Update
Korban Virus Corona di Ekuador, Awalnya Laporkan Hanya 400-an Kematian, Kini Capai Angka 6.700 Orang
Jika awalnya dilaporkan korban meninggal sekitar 400-an, namun kini Ekuador melakukan perbaikan data yang jumlahnya mencapai 6.700 orang.
TRIBUN-TIMUR.COM - Banyak yang kaget dengan korban pandemi Virus Corona di negara Ekuador di Benua Amerika Selatan.
Jika awalnya dilaporkan korban meninggal sekitar 400-an, namun kini Ekuador melakukan perbaikan data yang jumlahnya mencapai 6.700 orang.
Terkait Corona Virus Update di Ekuador tersebut tentu saja sangat mencengangkan karena mengalami jumlah kematian sangat tinggi.
• Peduli Pencegahan Virus Corona, SMKN 3 Gowa Serahkan Bantuan Tempat Cuci Tangan ke Disdik Sulsel
• BSMI Bagi 600 Paket Sembako Bantuan Yayasan Kalla ke Warga Makassar Terdampak Wabah Virus Corona
Sejak awal April, Kota Guayaquil, Guayas, kota terbesar di Ekuador, disebut kota mayat, karena jasad pasien Covid-19 berserak di jalanan.
Pemerintah kota kewalahan menguburkan mayat-mayat hingga Pemerintah Federal Ekuador turun tangan.
Awalnya Ekuador hanya mengklaim angka kematian Covid-19 hanya di angka 400-an, sebagian besar di Guayaquil.
Di kawasan Guayas, negara bagian paling terdampak pandemi Covid-19 di Ekuador.
Setidaknya 6.700 orang meninggal dunia di dua minggu pertama April 2020 ini.
• Bacaan Doa yang Dibaca Rasulullah SAW Menyambut Bulan Ramadhan, Niat Puasa hingga Doa Berbuka Puasa
• 1 Ramadhan 2020 / 1441 H Jumat 24 April, Bacaan Niat Puasa Ramadhan yang Benar, Tak Sah Tanpa Niat
Kenyataan itu, menjadikan Guayas area paling terdampak bukan hanya di negara tersebut tapi di seluruh Amerika Latin.
Dan kematian tersebut tidak hanya terkait Covid-19: layanan kesehatan setempat lumpuh karena pandemi.
Selain itu banyak pasien dengan kondisi kesehatan lainnya tidak dapat mendapatkan layanan kesehatan yang seharusnya.
Dipenuhi Mayat
"Kami sudah melihat orang meninggal di mobil, di ambulans, di rumahnya, di jalanan," kata Katty Mejía, seorang pekerja di rumah duka di Guayaquil, ibu kota negara bagian dan kota terbesar di Ekuador.
"Salah satu alasan mereka tidak dirawat di rumah sakit karena alasan kekurangan tempat tidur.
Jika mereka ke klinik swasta, mereka harus membayar dan tidak semua orang punya uang," katanya.
Guayaquil akan segera kehabisan tempat untuk memakamkan mayat/REUTERS.
Dalam masa pandemi di kota dengan populasi 2,5 juta penduduk itu, rumah duka kewalahan - sebagian harus tutup sementara karena pekerjanya ketakutan terjangkit virus.
Kerabat yang putus asa membiarkan mayat tergeletak di depan rumah, sementara sebagian lain membiarkannya di tempat tidur hingga berhari-hari.
Kota Guayaquil juga mulai kehabisan ruang untuk menguburkan mayat.
• Tuntunan atau Tata Cara Shalat Tarawih dan Bacaan Bilal Lengkap, Sendiri atau Berjamaah di Rumah
• Warga Tionghoa Makassar Lawan Corona, Bantu APD Reusable & Disposible NU Sulsel dan Muhammadiyah
Kondisi itu memaksa sebagian orang untuk membawa jenazah kerabat ke kota tetangga untuk dimakamkan di sana.
Kebutuhan untuk menguburkan jenazah sangat tinggi hingga sebagian warga menggunakan kotak karton sebagai peti mayat.
Termasuk pula narapidana yang dilibatkan dalam pembuatan peti mati dari kayu.
Negara 'gagal'
President Ekuador Lenín Moreno mengakui negara telah gagal mengatasi krisis kesehatan.
Angka kematian di Guayas melonjak hingga lima kali lipat dalam 15 hari.
Hingga 16 April, pemerintah yakin hanya 400 orang meninggal dunia karena virus corona.
Tapi setelah Satuan Tugas Gabungan Virus Corona mengumpulkan semua data, gambaran besarnya berubah.
"Dengan angka yang kita dapat dari Kementerian Dalam Negeri, tempat pemakaman umum, kantor pencatatan sipil dan tim kami,
"Kami sudah menghitung setidaknya 6.703 kematian di Guayas di 15 hari pertama pada April," kata Jorge Wated, kepala Satgas pemerintah.
"Rata-rata mingguan di sini mencapai 2.000. Jadi, kami sudah merekam 5.700 kematian dari biasanya."

Tidak semua kematian di Guayas terkait langsung dengan Covid-19 - sebagian orang meninggal karena penyakit lain.
Seperti gagal jantung, masalah ginjal, atau masalah kesehatan lain yang memperburuk kondisi karena tidak segera ditangani.
Dampak Sekunder
Perkembangan ini menimbulkan pertanyaan di penjuru kawasan - akankah pandemi menimbulkan dampak sekunder.
Dampak sama seperti yang dialami negara-negara Amerika Latin lainnya atau di kawasan lain di dunia dengan sistem kesehatan yang lemah?
Di Wuhan, China, angka resmi tengah direvisi dan hasilnya bisa jadi mengejutkan.
Di Spanyol, negara Eropa paling terdampak, ada perbedaan dari cara data dikumpulkan dan dibuka di level lokal dan nasional.
"Kesehatan masyarakat di Ekuador selalu bermasalah. Ini merupakan salah satu titik lemah di hampir semua periode pemerintahan," kata Dr Carlos Mawyin kepada BBC.
Ia menduga krisis Covid-19 merupakan badai yang sempurna di Ekuador.
"Dengan sistem kesehatan yang lemah dan jumlah pasien yang tinggi, ICU dengan cepat menjadi lumpuh," katanya.
Ekuador telah memperpanjang jam malam dan berjanji akan mengetes makin banyak pasien.
Tapi bagi warga di Guayaquil yang pernah melihat orang terkasih meninggal dunia, janji itu sudah terlambat. (*)
Laporan tambahan dari Matias Zibell di Ekuador.
(Tribun Medan/Tariden Turnip)
Artikel ini dikompilasi dari bbc news indonesia berjudul: Virus corona di Ekuador: Negara yang melaporkan 5.000 kematian dalam semalam
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul "Awalnya Hanya Laporkan 400-an Kematian, Ekuador Kini Revisi Kematian Covid-19 jadi 6.700 Orang"