Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Corona di Indonesia

Dibongkar Menteri Erick Thohir, Mafia yang Senang Buat Indonesia Impor Alkes & Obat Virus Corona

Mafia-mafia inilah yang disebut Menteri BUMN Erick Thohir buat Indonesia harus impor Alkes dan obat Virus Corona

Editor: Waode Nurmin
Istimewa
Erick Thohir menyinggung adanya sosok yang menjadi mafia sehingga Indonesia tak bisa menyediakan bahan baku obat dan alat kesehatan. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Akhirnya dibuka Menteri BUMN Erick Thohir, kenapa Indonesia masih suka impor barang alat kesehatan juga impor di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Banyak yang bertanya, kenapa Indonesia hingga kini masih harus mengimpor barang-barang seperti alkes dan obat-obatan dari luar.

Contohnya saja kita masih harus mengimpor jutaan alat pelindung diri (APD) ditengah pandemi COvid-19.

Bahkan Presiden Jokowi memborong jutaan obat Corona yakni Avigan dan Choloroquine.

Viral Video Bupati Bawa Peti Mati Sosialisasi Corona, Pilihannya 3: Sabar, Rumah Sakit atau Dikubur

Beredar Isu Kalau Iqbaal Ramadhan Gay, Ini Sosok Pria Penyebar hingga Nama Dilan Trending Twitter

Indonesia sampai  dicap ketergantungan akan barang impor kesehatan, meski bangsa kita dinilai bisa menghasilkan sendiri.

Ini yang kemudian membuat Erick Thohir berbicara penyebabnya.

Secara blak-blakan, menteri Jokowi ini menyebut, hal tersebut terjadi karena ada ulah dibaliknya.

Ada mafia yang bermain, sehingga membuat kita harus mengimpor

Apalagi disaat seperti sekarang ini, mafia-mafia tersebut seolah berpesta yang membuat Indonesia ketergantungan dengan negara lain

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga pada Jumat (17/4/2020), mengatakan kalau Menteri Erick Thohir membaca itu.

“Di sinilah Pak Erick Thohir menyatakan bahwa kita terlalu sibuk selama ini dengan trading, tidak berusaha membangun industri dalam negeri untuk mengadakan alat kesehatan,” ujar Arya.

Arya mencontohkan, saat ini Indonesia tak memiliki bahan baku untuk masker. Padahal, sumber daya manusia (SDM) di Indonesia mempunyai kemampuan untuk memproduksi masker.

“Pabriknya ada, tapi bahan baku dari luar semua, Indonesia hanya tukang jahitnya doang. Orang luar bawa bahan baku ke tukang jahit, dia bayar tukang jahitnya, diambil barangnya, itu proses yang terjadi selama ini dan kita akhirnya impor juga barang tersebut, karena bukan punya kita, itu milik yang punya bahan,” kata Arya.

Melihat fenomena tersebut, kata Arya, Erick Thohir pun beranggapan selama ini ada mafia yang membuat Indonesia terus menerus mengimpor bahan baku obat dan alat kesehatan.

Padahal, Indonesia mampu memproduksi barang-barang tersebut.

“Nah di sini akhirnya Pak Erick melihat ada mafia-mafia besar baik global dan lokal yang mungkin bergabung, yang akhirnya membuat bangsa kita hanya sibuk berdagang, bukan sibuk produksi,” ucap Arya.

Atas dasar itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan Erick untuk membangun industri farmasi di Indonesia.

“Jelas arahan Pak Jokowi kepada Pak Erick supaya memberantas mafia-mafia ini dengan membangun industri farmasi kita, sehingga bisa produksi sendiri kebutuhan kita,” ujar Arya.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, saat ini mayoritas bahan baku untuk obat-obatan dan alat kesehatan yang beredar di Indonesia masih impor.

Mantan bos klub sepak bola Inter Milan ini mengaku prihatin dengan kondisi tersebut.

“Mohon maaf kalau saya bicara ini, sangat menyedihkan kalau negara sebesar Indonesia ini, 90 persen bahan baku dari luar negeri untuk industri obat. Sama juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri,” ujar Erick usai meninjau RS Pertamina Jaya, Kamis (16/4/2020).

Menurut Erick, mewabahnya virus Corona di Indonesia harus dijadikan cambukan untuk mengubah hal tersebut.

Dengan demikian, nantinya bangsa Indonesia tak akan lagi tergantung dengan negara lain.

“Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak. Janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga alat kesehatan mesti impor, bahan baku mesti impor,” kata Erick.

 Viral Video Bupati Bawa Peti Mati Sosialisasi Corona, Pilihannya 3: Sabar, Rumah Sakit atau Dikubur

 Beredar Isu Kalau Iqbaal Ramadhan Gay, Ini Sosok Pria Penyebar hingga Nama Dilan Trending Twitter

Buka-bukaan Soal Banyaknya Mafia

Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki), Ahyahudin Sodri, mengungkapkan banyaknya produk impor alat kesehatan disebabkan beberapa faktor.

"Tata niaga Alkes juga dicirikan oleh standar keamanan pasien yang tinggi dan bukan produk masal. Beberapa produk alkes hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh pasar," kata Ahyahudin kepada Kompas.com, Jumat (17/4/2020).

Menurut dia, tata niaga bisnis alat kesehatan di seluruh dunia diatur dengan ketat oleh regulasi, The Conformitè Europëenne (CE) di Eropa, The Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.

"Begitu pula di negara China, Jepang dan Australia. Indonesia harus mengatur lebih ketat arus barang impor dengan regulasi (misalnya penerapan SNI dan uji produk impor)," terang Ahyahudin.

Akan tetapi, lanjut dia, membatasi produk impor tanpa mempersiapkan kemampuan industri dalam negeri akan menjadi langkah yang tidak tepat untuk menjaga ketersediaan barang.

Apalagi, alat kesehatan sangat penting keberadaannya bagi fasilitas kesehatan dan menyangkut nyawa jutaan orang di Indonesia.

"Kalau keliru (mengambil kebijakan) akan menggangu pelayanan rumah sakit dan pasien," ungkap Ahyahudin.

Alasan banyak alkes impor

Dikatakan Ahyahudin, produsen alat kesehatan dalam negeri sebenarnya terus berupaya mengurangi ketergantungan pada barang impor.

Kendati demikian, pihaknya juga mendorong pemerintah mengambil sejumlah kebijakan yang bisa menjadi stimulus bagi industri alkes dalam negeri.

"Aspaki sudah merintis industri alkes nasional sejak lebih dari 20 tahun yang lalu. Selain kendala bahan baku di atas, akses pasar juga menjadi hambatan yang sudah menahun. Produk impor sudah digunakan sejak awal kemerdekaan," ujar Ahayhudin.

"Merek-merek impor sudah sangat kuat melekat di kalangan pengguna. Pemerintah dapat mendorong penggunaan wajib alat kesehatan nasional, seperti yang dilakukan oleh Malaysia, Korea, China dan India. Jika penyerapan pasar meningkat, maka akan mendorong tumbuhnya industri alkes dan bahan baku alkes," tambah dia.

Produk Impor Dipakai Sejak Indonesia Merdeka

Ahyahudin Sodri, mengungkapkan fakta di lapangan memang alkes yang ada di fasilitas-fasilitas kesehatan sebagian besar merupakan barang impor.

"Poduk impor sudah digunakan sejak awal kemerdekaan. Merek-merek impor sudah sangat kuat melekat di kalangan pengguna," jelas Ahyahudin, Jumat (17/4/2020).

Menurut dia, agar industri alkes di dalam negeri bisa tumbuh, pemerintah perlu memberikan sejumlah insentif yang bisa mendorong pelaku usaha alkes dalam negeri seperti yang dilakukan negara lain.

"Pemerintah dapat mendorong penggunaan wajib alat kesehatan nasional, seperti yang dilakukan oleh Malaysia, Korea, China dan India. Jika penyerapan pasar meningkat, maka akan mendorong tumbuhnya industri alkes dan bahan baku alkes," tutur Ahyahudin.

"Maka efek bola salju akan terjadi pada industri alkes nasional. Sehingga porsi produk impor dan lokal alkes dapat berimbang. Selain kendala bahan baku di atas, akses pasar juga menjadi hambatan yang sudah menahun," kata dia lagi.

Diungkapkan Ahyahudin, sebagian produk alkes memiliki standar yang tinggi dan bukan produk yang bisa diproduksi secara massal. Sehingga untuk beberapa jenis alkes, belum bisa dibuat di dalam negeri.

"Tata niaga Alkes juga dicirikan oleh standar keamanan pasien yang tinggi dan bukan produk masal. Beberapa produk alkes hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh pasar," jelas dia.

Ia mengatakan, dilema industri alkes dalam negeri, juga harus menghadapi masalah kesulitan bahan baku hingga komponen untuk memproduksinya dalam negeri.

Karena negara dengan industri alkes yang sudah maju, memiliki rantai pasok yang sudah memadai.

"Indonesia harus membangun kemampuan Industri bahan dasar dan setengah jadi untuk industri alkes, jika ingin mengurangi impor. Peran ini dapat dilakukan oleh BUMN dan industri nasional yang sudah mapan. Industri hilir (produk jadi) alkes dapat akses ke komponen lokal dengan harga ekonomis, tanpa harus tergantung impor," kata dia.

Hal inilah yang perlu dibenahi oleh pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor alkes.

"Akan tetapi membatasi produk impor, tanpa mempersiapkan kemampuan industri dalam negeri akan menjadi langkah yang tidak tepat untuk menjaga ketersediaan barang. Kalau keliru akan menggangu pelayanan rumah sakit dan pasien," kata Ahyahudin.

Produksi alat kesehatan merupakan industri yang terkait dengan rantai pasok. Sehingga, pengurangan atau bahkan mandiri alkes bisa dilakukan dengan meniru Korea Selatan atau China.

 Viral Video Bupati Bawa Peti Mati Sosialisasi Corona, Pilihannya 3: Sabar, Rumah Sakit atau Dikubur

 Beredar Isu Kalau Iqbaal Ramadhan Gay, Ini Sosok Pria Penyebar hingga Nama Dilan Trending Twitter

"Indonesia harus membangun industri alkes dalam negeri secara komprehensif, terstruktur, dan konsisten. Indonesia adalah negeri yang belum memiliki pondasi yang kuat untuk menjadi negara Industri," kata Ahyahudin.

"Indonesia harus belajar dari kegagalan memiliki brand nasional di bidang otomotif, smartphone, dan lainnya. Kita harus belajar dari Jepang yang dapat menyamai industri Eropa-Amerika, dan kemudian ditiru oleh Korea," tambah dia.(*)

Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul NEWS VIDEO Erick Thohir Bukan-bukaan, Sosok Mafia yang Buat Indonesia Selalu Sibuk Impor Alkes, https://kaltim.tribunnews.com/2020/04/19/news-video-erick-thohir-bukan-bukaan-sosok-mafia-yang-buat-indonesia-selalu-sibuk-impor-alkes?page=all.


Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved