Jejak Gerakan Aksi Sosial Relawan FTI UMI, Bencana Gempa Lombok 2018 hingga Penanganan Covid-19
Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI) tak pernah ketinggalan dalam berbagai aksi kemanusiaan
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
"Tetap menuntaskan dan memastikan program distribusi paket bantuan dari para dermawan ke camp pengungsi sesuai survei dan data kebutuhan pengungsi," jelas Zakir yang pada saat itu memberikan arahan kepada para relawan yang akan diberangkatkan, Sabtu (12/10/2018).
Selain itu, para relawan juga menjalankan program trauma healing bagi anak-anak di camp pengungsian dan melakukan survei titik utama pembangunan minimal satu sekolah darurat bagi anak-anak pengungsi yang akan dibangun.
"Agar mereka dapat segera bisa melanjutkan proses belajar mengajar. Keputusan memperpanjang program tim ini semata atas pertimbangan situasi terkini di Palu pasca gempa dan tsunami," tegas Zakir. L
"Tim akan bertugas, Insya Allah sampai 21 Oktober dan 25 relawan lainnya akan kembali ke Makassar, Minggu 14 Oktober 2018 untuk selanjutnya menjalani keseharian perkuliahan mereka di kampus," ujar Zakir.
Hingga akhirnya pada 21 Oktober 2018, mahasiswa pun ditarik dan kembali ke Makassar.
Dekan FTI UMI Makassar Zakir Sabara HW mengatakan, terlalu banyak kisah yang harus diingat baik-baik untuk kelak diceritakan kembali ke anak cucu di tanah dengan sebutan Kaili itu.
Tentang persahabatan, optimisme, harapan, dan nilai-nilai kemanusiaan yang tidak akan pernah mati.
"Ini bukan kalimat perpisahan dari kami, tapi izinkan saya sebagai Dekan FTI UMI bersama anak-anak kami, (tim relawan dan bantuan kemanusiaan) pamit sejenak. Kembali ke Makassar dan ke kampus. Menyusun rencana dan program untuk saudara-saudara baru kami di Pasigala (Palu, Sigi, dan Donggala)," katanya, Minggu (21/10/2018).
Posko relawan FTI UMI di Jl S Parman, kata Zakir, menjadi rumah kedua relawan untuk membangkitkan kembali semangat warga Pasigala.
"Menyusun strategi penyaluran logistik, menembus daerah terisolasi, merangkai purified water/penyulingan air siap minum, membangun tim trauma healing dan banyak lagi," ujar Zakir.
"Untuk itu ucapan terimakasih saja tak cukup rasanya kami haturkan untuk Bapak Julius Hoesan, pemilik rumah. Pak Julius tidak hanya menyerahkan rumahnya untuk dijadikan posko. Beliau juga menyumbangkan tenaga, pikiran, dan materinya. Padahal tiga pabrik rotan miliknya di Dupa, Taipa dan Pantoloan rata dengan tanah diterjang tsunami," jelasnya menambahkan.
Dia berpesar kepada pengungsi agar tetap berpegangan tangan dan saling menjaga.
"Anak-anakku di tenda-tenda pengungsian, jangan pernah redupkan cahaya hidupmu. Tetaplah bermain, beribadah, berbahagialah! Hangat pelukmu nak adalah vitamin yang memberi kami kekuatan lebih," tutur Zakir.
FTI UMI sudah membuat program cuti dai bagi para dosen.
Mereka akan cuti dari kegiatan mengajar di kampus, tapi menjadi relawan untuk trauma healing dan dakwah di enam titik camp pengungsian Palu.