Gejala Baru Virus Corona
Gejala Baru Virus Corona, Kulit Merah & Gatal-gatal: Total Pasien Positif di Sulsel Jadi 242 Orang
Berdasarkan data di laman covid19.go.id jumlah kasusu di Sulawesi Selatan mencapai 242 per hari ini Rabu 15 April 2020.
TRIBUN-TIMUR.COM - Gejala Baru Virus Corona, kulit merah & Gatal-gatal: Total Pasien Positif di Sulsel Jadi 242 Orang
Pemerintah mengumumkan perkembangan terbaru wabah virus Corona atau Covid-19 di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan ( Sulsel ).
Data terbaru seputar Covid-19 di Indonesia disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan virus Corona Achmad Yurianto, Rabu (15/4/2020).
Berdasarkan data di laman covid19.go.id jumlah kasusu di Sulawesi Selatan mencapai 242 per hari ini Rabu 15 April 2020.
Jika melihat data tersebut, ada tambahan 11 kasus dari Selasa 14 April 2020 yang hanya 231 kasus.
Sementara yang sembuh sebanyak 42 pasien dan 15 meninggal dunia.
Secara nasiolan kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 5.136 yang positif.

Lalu yang sembuh tercatat ada 446 orang dan yang meninggal ada 469 orang.
Kasus tertinggi berada di ibu kota DKI Jakarta dengan 2.474 yang positif.
Sulawesi Selatan secara nasional berada di peringkat keenam setelah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten.
• Update Kasus Virus Corona atau Covid-19 di Indonesia: 242 Positif di Sulsel, PSBB di Makassar Segera
• UPDATE Corona Sulsel Rabu 15 April 2020: 242 Positif, 42 Sembuh & 15 Meninggal, 11 Kasus Baru

Persatuan dokter spesialis kulit dan penyakit kelamin Perancis (SNDV) mengungkapkan fakta baru tentang gejala Corona.
Diungkapkan bahwa Virus Corona SARS-CoV-2 dapat menyebabkan gejala dermatologis.
Seperti pseudo-frostbite (radang dingin semu), kulit kemerahan yang kadang menyakitkan, dan gatal-gatal.
Demikian pendapat ahli Perancis yang baru-baru ini dipublikasikan.
Gejala dermatologis itu memengaruhi tubuh di luar sistem pernapasan dan kemungkinan terkait dengan infeksi virus corona baru penyebab Covid-19.
Banyaknya pasien Covid-19 yang melaporkan gejala di atas semakin menguatkan bahwa hal ini berhubungan dengan infeksi virus corona.
"Gejala dermatologis dapat muncul tanpa disertai gejala pernapasan," ungkap SNDV dalam siaran persnya, seperti dilansir The Jerusalem Post, Minggu (12/4/2020).
• 6 Fakta Staf Khusus Jokowi, Andi Taufan: Digaji Rp 51 Juta, Alumni Harvard, Terancam 20 Tahun Bui
Sekitar 400 pakar kulit di Perancis telah mendiskusikan gejala baru ini melalui grup WhatsApp khusus.
Mereka menyoroti lesi kulit yang mungkin terkait dengan tanda Covid-19 lainnya, seperti masalah pernapasan.
Untuk diketahui, lesi kulit adalah jaringan kulit yang tumbuh abnormal, baik di permukaan maupun di bawah permukaan kulit.
Dari diskusi itu diketahui bahwa tidak semua pasien Covid-19 mengalami komplikasi dan banyak juga yang tidak mengalami gangguan pernapasan sama sekali, sementara sistem kekebalan tubuh melawan virus.
Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa pasien Covid-19 yang tidak merasakan gejala apa pun masih dapat menginfeksi orang lain. Oleh sebab itu, di rumah saja adalah cara tepat untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona baru.
"Analisis dari banyak kasus yang dilaporkan ke SNDV menunjukkan bahwa manifestasi kulit ini dapat dikaitkan dengan Covid-19. Kami memperingatkan masyarakat dan tenaga medis untuk mendeteksi pasien yang berpotensi menularkan virus secepat mungkin," kata SNDV dalam siaran pers yang dilansir New York Times.
Aneka gejala baru virus Corona
Kendati demikian, beberapa gejala baru telah ditemukan selama sebulan terakhir yang mungkin terkait dengan virus Corona baru. Beberapa gejala muncul tanpa disertai gejala pernapasan.
Pada akhir Maret, British Rhinological Society dan American Academy of Otolaryngology melaporkan bukti anekdotal yang menunjukkan bahwa hilangnya indera penciuman dan pengecap menjadi gejala Covid-19.
New York Times pun memberitakan, laporan dari berbagai negara telah mengindikasikan bahwa sejumlah besar pasien Covid-19 mengalami anosmia (gangguan pada indera penciuman), kehilangan indera penciuman, dan ageusia (masih bisa merasakan makanan, tapi kepekaannya berkurang).
Para profesional medis belum mengetahui pasti apa yang menyebabkan gangguan pada indera penciuman dan perasa pada pasien Covid-19.
Beberapa virus mungkin menghancurkan sel atau reseptor sel di hidung, sementara yang lain menginfeksi otak melalui saraf sensor penciuman.
Kemampuan menginfeksi otak dapat menjelaskan beberapa kasus gangguan pernapasan pada pasien Covid-19. Bukti menunjukkan bahwa virus corona dapat menyerang sistem saraf pusat.
Times melaporkan, beberapa pasien Covid-19 juga mengalami masalah neurologis, termasuk kebingungan, stroke, dan kejang.
Beberapa pasien juga melaporkan acroparesthesia, kesemutan, atau mati rasa di area tangan dan kaki.
Sementara pasien yang lain mengalami serangan jantung serius, tetapi tanpa penyumbatan pembuluh darah.
Menurut Forbes, banyak gejala baru yang mungkin merupakan tanda virus Corona.
Namun sayangnya, hal ini belum dapat ditangani lebih jauh karena semua dokter di seluruh dunia sibuk menangani pasien Covid-19 yang terus berdatangan.