Tips Atasi Rasa Bosa
Sosial Distancing, Psikolog Unhas Bagi Tips Atasi Rasa Bosan
Berbagai daerah di Indonesia sedang menerapkan fase pembatasan sosial atau social distancing.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Akibat wabah Covid-19 yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh Badan Kesehatan Dunia, berbagai daerah di Indonesia sedang menerapkan fase pembatasan sosial atau social distancing.
Metode ini dimaksudkan untuk memutus mata rantai sebaran virus, yang mungkin berlangsung tanpa disadari.
Salah satu implementasi pembatasan sosial adalah warga dan masyarakat sangat diminta untuk berada dalam rumah, mengurangi aktivitas sosial, menerapkan bekerja dan belajar dari rumah, dan membatasi sentuhan fisik dengan orang lain.
Dosen Psikologi Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Juwita Amal menjelaskan bahwa persoalan terberat dalam fase pembatasan sosial adalah setiap orang akan mengubah perilaku sosialnya.
Aktivitas rutin yang telah dilakukan bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun, harus berubah mendadak, bahkan tanpa persiapan sebelumnya.
“Ini berbeda dengan liburan. Biasanya, seseorang sudah merencanakan jauh-jauh hari sebelumnya jika ia akan meninggalkan rutinitas karena akan berlibur. Pembatasan sosial ini terjadi tanpa persiapan secara psikologis,” kata Juwita, seperti rilis yang diterima tribun-timur.com, Minggu (22/3/2020).
Pada fase awal, seseorang dituntut melakukan adaptasi cepat terhadap perubahan rutinitas. Pembatasan sosial ini mengubah rutinitas, dan untuk itu seseorang perlu adaptasi.
“Seseorang butuh penyesuaian untuk berada di rumah selama 24 jam, melakukan pekerjaan dari rumah, dan juga terlibat dalam urusan-urusan rumah tangga yang selama ini kurang ia perhatikan,” katanya.
Tantangan pembatasan sosial akan lebih berat dirasakan oleh seseorang yang tinggal sendiri. Berinteraksi dengan orang lain adalah kebutuhan dasar manusia.
“Kalau seseorang tinggal bersama keluarga, setidaknya ia masih ada teman bicara atau mitra berinteraksi. Kalau tinggal sendiri, bagaimana? Tentu ia menghadapi tantangan lebih besar. Untuk itu dibutuhkan pendekatan khusus dalam mengisi masa-masa pembatasan sosial ini,” tuturnya.
Menurut Andi Juwita yang juga merupakan sekretaris Pengurus Himpunan Psikologi Seluruh Indonesia (HIMPSI) Wilayah Sulawesi Selatan ini, lamanya fase penyesuaian bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang butuh waktu dua sampai tiga hari, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama.
Untuk menghadapi masa pembatasan sosial, Andi Juwita Amal selanjutnya membagikan beberapa tips dan langkah yang bisa dilakukan setiap orang:
1. Social distancing bukan berarti emotional distancing. Gunakan teknologi untuk bergaul. Sebaiknya, kurangi membahas situasi saat ini.
2. Buat rutinititas baru, mulai menyusun jadwal harian untuk seminggu, atau selama waktu pembatasan sosial. Harap diingat bahwa ini bukan liburan, sehingga sedapat mungkin produktivitas dan pekerjaan dapat tetap berjalan.
3. Lakukan aktivitas fisik yang menyegarkan tubuh, pikiran dan perasaan, sesuai dengan minat dan kesenangan (olah raga, memasak, mengurus taman, menata rumah, dan lain-lain).
