Larangan Menstruasi
Perusahaan Tebu Larang Karyawan Wanita untuk Menstruasi, Dipaksa Operasi Pengangkatan Rahim, Alasan
Perusahaan Tebu Larang Karyawan Wanita untuk Menstruasi, Dipaksa Operasi Pengangkatan Rahim, Alasan
Namun, pada beberapa kasus, pengangkatan rahim ini juga terjadi pada perempuan berusia 20-an.
Bahkan, masih menurut laporan BBC, setengah populasi perempuan di desa Vanjarwadi, sudah melakukan histerektomi.
Karena sebagian besar menikah muda–sudah memiliki dua hingga tiga anak saat berusia 20-an–dan karena dokter tidak memberi tahu tentang masalah yang akan mereka hadapi jika mereka menjalani histerektomi, akhirnya banyak wanita yang percaya bahwa tidak apa-apa untuk menyingkirkan rahim mereka.
Desa tersebut pun sering disebut sebagai "desa wanita tanpa rahim".
Namun, sebenarnya, intervensi bedah yang tidak perlu ini cukup berbahaya.
Diketahui bahwa itu telah menyebabkan komplikasi parah, nyeri otot dan sendi, rasa pusing yang konstan, hingga pembengkakan ekstrem, pada perempuan-perempuan India.

• Harga Motor Nmax Model 2020 Lebih Mahal Dibanding Produk Sebelumnya, Yamaha Ungkap Alasannya
• Hadiri Petakkan Batu Pertama Pembangunan Masjid Fastabiqul Khaerat, Begini Pesan Bupati Sidrap
Stigma menstruasi
Selain pengangkatan rahim, laporan dari Reuters juga menunjukkan bahwa banyak perempuan India yang bekerja di industri garmen di Tamik Nadu, sering diberi obat-obatan di tempat kerja ketika mereka mengeluhkan tentang nyeri haid.
Bukannya, diperbolehkan beristirahat ketika sakit menstruasi datang, para wanita pekerja ini justru dicekoki dengan obat tak berlabel.
Seratus wanita diwawancara oleh Thompson Reuter terkait masalah tersebut–kebanyakan berusia 15-25 tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa obat-obatan yang diberikan perusahaan tadi menyebabkan beberapa efek samping mual dan muntah.
Itu juga memberikan efek jangka panjang seperti siklus menstruasi yang tidak menentu, depresi, hingga sulit hamil.
Stigma mengenai menstruasi memang menjadi hal umum di India–berkaitan dengan mitos dan nilai-nilai adat di negara tersebut.
Meskipun para aktivis sudah menantang masalah ini, tetapi stigma masih berkembang luas.

Tidak hanya di India, beberapa negara maju pun kesulitan memahami isu menstruasi.