Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Filosofi Phinisi dan Kepemimpinan Bulukumba

Struktur geografi ini dengan sendirinya membentuk landasan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan yang heterogen dan tidak tunggal pada identitas

Editor: Sudirman
Ist
Siti Khadijah Budiawan 

Oleh: Siti Khadijah Budiawan

Penulis adalahSekjend KOPRI PKC PMII Sulsel dan Generasi Muda Bulukumba

Kabupaten bulukumba adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang secara Geografi memiliki keunikan dengan pertemuan empat dimensi, yaitu bertemunya dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang, Dataran Rendah, Pantai dan Laut Lepas.

Struktur geografi ini dengan sendirinya membentuk landasan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan yang heterogen dan tidak tunggal pada identitas masyarakat Bulukumba.

Dalam sejarahmitologi, penamaan Bulukumba berasal dari pengaruh negosiasi perebutan wilayah dua kerajaan besar dari bukit (BangkengBuki) yaitu, Kerajaan Gowa danKerajaan Bone yang melahirkan nama Bulukumba dari duasuku kata bugis “BulukuMupa” yang artinya “Masih Gunungku”.

Pada akhirnya melahirkan nama Bulukumba yang menjadi tempat bermukim dan berdampingannya sebagian besar Suku Bugis dan Suku Makassar dengan slogan dua dialek Bugis dan Konjo“ MaliSiparappe, TallangSipahua”.

Saling tolong menolong agar tidak terbawa arus air dan saling menolong saat tenggelam.

Pada landasan keagamaan, Bulukumba adalah dataran terpilih sejak abad ke -17 Masehi oleh ulama besar dari Pulau Sumatera Al Maulana Khatib Bungsu Syaikh Nurdi Ariyani atau yang lebih dikenal dengan DatoRiTiro.

Kedatangannya memancarkan energi religiusitas keislaman dari daratan tandus berbatu di daerah Tiro melalui ilmu tasawuf yang menyebar sampai ke pelosok Bulukumba dan sekitarnya.

Pada akhirnya menembu ssampai batas terdalam wilayah adat Ammatoa Kajang dan mengawinkan antara agama dan budaya yang melahirkan “Pasang Ri Kajang”

Dari pusaran religuisitas daratan Bulukumba menuju arah pesisir pantai danlaut lepas, Bulukumba melahirkan warisan kebudayaan dunia berupa Perahu Pinisi yang telah melegenda dan diakui oleh UNESCO sebagai warisan tak benda.

Pengakuan yang tak hanya pada kokohnya fisik sebuah perahu yang siap mengarungi lautan dan menembus batas perairan dunia, tapi lebih dari itu ada peradaban dan Budaya dalam proses pembuatannya yang turun temurun dan hanya bisa dilakukan oleh orang orang tertentu yang bermukim di Desa Ara dan Bontobahari Bulukumba.

Hari ini, Bumi Panrita Lopi Bulukumba telah berlayar pada titik usia 60 tahun, dan sebentar lagi akan memilih nahkoda baru pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2020.

Ada banyak harapan besar dan tantangan sebelum melanjutkan perjalanan kepemimpinan lima tahun yang akan datang. Sosok nahkoda yang dimaksud setidaknya mampu memahami filosofi dan mengejawantahkan nilai nilai kearifan lokalsejarah, budaya dan religuisitas dalam konsep kepemimpinannya.

Khususnya bagaimana Filosofi Perahu Phinisi menjadi identitas dan dimensi geraknya dalam membawa Bulukumba Berlayar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved