Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUN WIKI

Menilik Sejarah Fort Rotterdam Makassar, Filosofi Penyu hingga Jadi Saksi Kalahnya Sultan Hasanuddin

Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam dikenal sebagai peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo jaman dulu di Kota Makassar.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Desi Triana
Menilik Sejarah Fort Rotterdam Makassar, Filosofi Penyu hingga Jadi Saksi Kalahnya Sultan Hasanuddin 

Dulunya benteng ini juga dijuluki Benteng Ujung Pandang.

Sedangkan, masyarakat Gowa-Makassar menyebutnya Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa.

Diserahkan ke Belanda

Fort Rotterdam yang diabadikan menggunakan kamera drone di pinggir pantai sebelah barat Jl Ujung Pandang Kota Makassar, Jumat (6/12/2016)
Fort Rotterdam yang diabadikan menggunakan kamera drone di pinggir pantai sebelah barat Jl Ujung Pandang Kota Makassar, Jumat (6/12/2016) (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

Pada masa penjajahan dahulu, Kerajaan Gowa-Tallo membuat perjanjian Bungayya.

Perjanjian tersebut berisi tentang Kerajaan Gowa harus menyerahkan benteng ini kepada Belanda setelah kalah dari Perang Makassar.

Sejak saat ini nama benteng tersebut berganti nama menjadi Fort Rotterdam.

Cornelis Janzoon Speelman adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684.

Pada tahun 1666, ia dikirim ke Makassar sebagai laksamana pemimpin armada perang untuk menumpas pemberontakan di Makassar.

Pada 18 November 1667, ia menandatangani Perjanjian Bongaya.

Pada tahun yang sama, ia juga dijadikan sebagai Komisioner (commissaris) di Amboina, Banda and Ternate.

Karena jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda.

Pada tahun 1669, ia pergi lagi ke Makassar untuk mematahkan secara total sisa pemberontakan.

Karena hal tersebut, ia memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.

Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda.

Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved