Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hal Aneh dan Pesan Terakhir Ferri Sopir Bus Sriwijaya ke Ibu Jelang Kecelakaan, 35 Penumpang Tewas

Pesan terakhir Ferri sopir bus PO Sriwijaya ke ibunya sebelum kecelakaan dan firasat ayah terbukti, 35 penumpang tewas dan 13 selamat.

Editor: Edi Sumardi
SRIWIJAYA POST/WAWAN
Ferri sopir bus PO Sriwijaya (kiri). Tim SAR Gabungan masih terus melakukan pencarian setelah berhasil mengevakuasi 35 korban tewas dan 13 korban selamat, di lokasi jatuhnya Bus Sriwijaya, Sungai Lematang, 75 meter di bawah Tikungan Lematang, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, Rabu (25/12/2019). Bus Sriwijaya jurusan Bengkulu-Palembang terjun ke jurang dan terdampar di sungai pada Selasa 24 Desember 2019 dini hari. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pesan terakhir Ferri sopir bus PO Sriwijaya ke ibunya sebelum kecelakaan dan firasat ayah terbukti, 35 penumpang tewas dan 13 selamat.

Ada pula hal aneh ditunjukkan korban.

Duka mendalam tak hanya dirasakan keluarga korban kecelakaan bus PO Sriwijaya dengan nomor polisi BD 7031 AU rute Bengkulu - Palembang, Sumatera Selatan ( Sumsel ) yang terjun ke jurang di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Pagaralam, Sumsel, Senin (23/12/2019) malam, tetapi juga dirasakan keluarga Ferri, sopir bus maut tersebut.

Ayah kandung Ferri, Jalaluddin (55) mengatakan, kejadian ini merupakan musibah yang harus mereka terima dengan lapang dada.

"Kami cuma bisa ikhlas dengan musibah ini. Ini adalah jalan ajal bagi anak kami dan hanya berdoa yang bisa kami lakukan untuk memenangkan perasaan ini sekarang," katanya.

Jalaluddin mengatakan, sebelum anaknya meninggal dalam kecelakaan tersebut, Ferri bergelagat aneh sebelum berangkat kerja.

"Waktu pamit kerja hari minggu lalu sampai 4 kali dia izin sama ibunya. Itu agak aneh karena biasanya cukup satu kali saja," katanya.

Tak cuma keanehan karena pamit sampai 4 kali, sambungnya, Ferri sempat memberikan pesan yang membuat batin ibunda bergetar.

"Dia bilang, 'Mak Pamit ya. Mungkin aku tak pulang'. Tapi saat itu ibunya berpikir kata-kata itu berarti pulangnya agak lama." katanya.

"Tapi tetap saja perasaan cemas itu ada," sambungnya mengatakan.

Selain itu, Jalaluddin juga menuturkan firasat tak enaknya sebagai seorang ayah kepada anaknya.

"Sejak Senin malam saya tak bisa tidur, pikiran dan hati saya tak tenang," ujarnya.

Ternyata, firasat Jalaluddin sebagai seorang ayah terbukti adanya.

Ia tertegun ketika mendapatkan informasi putranya tewas di kecelakaan maut bus PO Sriwijaya saat bekerja.

"Saya dapat telepon sekitar jam 03.00 pagi, rupanya ini jawaban dari rasa gelisah itu," katanya mengungkapkan.

Ditambahkan Jalaluddin, sebelum berangkat kerja, ia memastikan jika kondisi fisik anaknya saat itu sehat dan selama hidupnya Ferri tidak memiliki riwayat penyakit parah.

"Memang dia kerjanya sopir. Sering juga keluar kota. Pernah beberapa kali pindah perusahaan juga. Ini saja sebenarnya sudah mau pindah. Waktu itu melamar pekerjaan dan rencananya awal tahun baru akan kerja di tempat yang baru," kata ayah korban.

Namun belum sempat hal itu terlaksana, Ferri justru mengalami kecelakaan dan tewas di lokasi kejadian.

Diduga Ngebut dan Tak Ngerem

Kecelakaan ini merupakan tragedi di penghujung tahun 2019.

Akibat kejadian tersebut, 35 orang penumpang dikabarkan meninggal dunia dan 13 selamat.

Pasca-kejadian itu, fakta baru pun terungkap.

Dikutip dari Kompas TV, kondektur bus PO Sriwijaya yang mengatakan, penumpang bus lebih kurang 50 orang.

Selain mengangkut penumpang, bus juga mengangkut 1 sepeda motor yang diletakan di bagian belakang.

"Saat kejadian saya tidak tahu, dan tertidur di bagian belakang dekat sepeda motor," katanya dikutip dari tayangan Kompas TV.

Proses evakuasi korban kecelakaan bus Sriwijaya yang masuk ke jurang di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Pagaralam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019). Sebanyak 25 tewas dan 14 luka.
Proses evakuasi korban kecelakaan bus Sriwijaya yang masuk ke jurang di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Pagaralam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019). Sebanyak 25 tewas dan 14 luka. (HANDOUT/KANTOR SAR PALEMBANG)

Untuk mengungkap penyebab kecelakaan tersebut, tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun langsung ke lokasi kejadian.

Ferri sang sopir tak mengerem sebelum kendaraan yang dikemudikannya terjun ke jurang.

Dugaan itu berdasarkan tidak adanya bekas pengereman di tempat bus menabrak pembatas jalan.

"Pemeriksaan tim terhadap korban selamat pada kecelakaan tersebut diketahui bus melaju dengan kecepatan tinggi. Tidak ada bekas atau jejak rem di lokasi terjadinya kecelakaan itu," kata Ketua Tim Investigasi KNKT Ahmad Wildan saat melakukan investigasi ke PO Sriwijaya di Bengkulu, Kamis (26/12/2019).

Wildan menambahkan, tidak adanya bekas pengereman di jalan bisa saja akibat rem yang blong.

Namun, dalam kasus bus Sriwijaya, KNKT menduga ada prosedur keselamatan berkendara yang dilanggar sopir bus.

Pasca-kejadian tersebut, penyidik Polda Sumsel mendatangi pemilik bus Sriwijaya yang berada di Bengkulu dan melakukan pemeriksaan, pemeriksaan sendiri dilakukan sejak Kamis (25/12/2019).

"Karena TKP masuk di wilayah Sumsel sehingga kasus ini kita ambil alih. Penyidik juga sudah memeriksa pemilik bus sejak kemarin di Bengkulu. Dengan Polda Bengkulu juga kita koordinasi," kata Supriadi, saat dihubungi, Jumat (27/12/2019).

Supriadi mengatakan, jika terbukti melakukan pelanggaran, tidak menutup kemungkinan pemilik bus akan dikenakan sanksi pidana.

"Kita lihat nanti hasil pemeriksaan, apakah ada kelalaian di sana. Yang jelas, jika memang ada kesalahan akan dikenakan sanksi hukum," ujarnya.

35 Jenazah Diserahkan Kepada Keluarga

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumsel Kombes Syamsul Bahar mengatakan, 35 korban kecelakaan bus Sriwijaya yang ditemukan jatuh ke jurang di Liku Lematang saat ini telah terindentifikasi dan telah diserahkan kepada pihak keluarga.

Jenazah terakhir yang berhasil diidentifikasi adalah Sari Sartika (41) yang tercatat sebagai warga Jalan Kasnariansyah, Kecamatan Ilir Timur I Palembang.

Ia ditemukan pada hari kedua evakuasi.

"Seluruh korban yang tewas sudah diserahkan kepada pihak keluarga, terakhir yang teridentifikasi adalah atas nama Sari Sartika warga Palembang," katanya, Kamis (26/12/2019).

Syamsul mengatakan, data yang mereka terima, sampai saat ini seluruh korban kecelakaan bus yang terdata adalah 35 orang dengan rincian 16 laki-laki dan 19 perempuan, 9 di antaranya adalah anak-anak.

Sementara itu, Kepala RSUD Besemah Dian Netha Inggriani menambahkan, untuk 13 korban yang mengalami luka-luka sampai saat ini masih dilakukan perawatan.

Para korban tersebut rata-rata mengalami luka di bagian wajah serta disposisi tulang.

"Ada satu pasien yang patah tulang. Kondisi mereka saat ini sudah sadar, karena memang ketika dievakuasi semuanya dalam kondisi sadar," ungkapnya mengatakan.

Diketahui, sebelum terjadi kecelakaan, bus Sriwijaya berangkat dari Bengkulu, Senin (23/12/2019) siang dengan membawa sebanyak 27 penumpang.

Namun di tengah jalan menuju Palembang, Ferri sebagai sopir bus diduga mengangkut penumpang lain hingga berjumlah 37 penumpang.

"Berdasarkan laporan dari poll bus, mereka cuma membawa 27 penumpang. Sisanya banyak penumpang gelap," kata Kapolres Pagar Alam AKBP Dolly Gumara.

Karena banyak penumpang gelap, proses identifikasi korban pun menjadi sulit.

Polisi tidak bisa menemukan identitas penumpang tersebut.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved