Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

NU Sulsel

Dialog Akhir Tahun Lakpesdan NU Sulsel Bahas Hal ini

Bertema 'Refleksi dan Proyeksi di Tengah Perubahan Zaman' di Red Corner, Jl Yusuf Daeng Ngawing, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (28/12/2019).

Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Ansar
hasim/tribun-timur.com
Lajnah Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan (Lakpesdam PWNU Sulsel) menggelar Dialog Akhir Tahun dengan tema 'Refleksi dan Proyeksi di Tengah Perubahan Zaman' di Red Corner, Jl Yusuf Daeng Ngawing, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (28/12/2019 

Selain mengandalkan jajaran aparat negara, masyarakat berharap  secara khusus pada NU (dan Muhammadiah) untuk menangkal  gerakan-gerakan yang mengambil bentuk perjuangan dari yang  konstitusional sampai radikal.

Salah satu bentuk counter terhadap gerakan-gerakan itu adalah  memperkuat mutu pendidikan di kalangan generasi milenial.

Bukan saja penguasaan teknologi digital, tetapi juga pendidikan akhlak dan nasionalisme.

Di Makassar, pada bulan lalu, dalam kaitan Hari Toleransi  Internasional, tanggal 16 November, kalangan interfaith  menyelenggarakan seminar “Makassar Menuju Kota Toleran”.

Latar belakangnya adalah penelitian Setara Institut atas lebih  94 kota di Indonesia yang menemukan kota Makassar sebagai salah satu dari 10 kota paling intoleran di Indonesia.

"Saya yakin Makassar dapat  menjadi kota modern dengan citra kemanusiaan yang adil dan  beradab jika lembaga agama berpengaruh seperti NU memberi  perhatian pada isu-isu intoleransi lokal," katanya.

Sementara itu, Prof Dr Arifuddin Ismail mengatakan, selama ini kehadiran NU justru memunculkan respon yang variatif, baik di kalangan Nahdliyin dan non Nahdliyin.

"Dari kalangan Nahdliyin, banyak yang kurang puas dengan tampilan dan pemangku adat NU karena menganggap NU tidak menyahuti persoalan umat pada level akar rumput," katanya.

Selain itu, Prof Arifuddin mengatakan ada pihak merasa muak untuk orang-orang yang hanya berburu posisi di kepengurusan dan kepentingan pribadinya.

"Mereka justru tak mengurusi NU sebagaimana amanah para pendiri. Sementara itu, non NU selalu menganggap NU adalah penghambat kemajuan dan benteng tradisional yang menghalangi pemurnian ajaran Islam, makanya perlu dikikis alias dimusnahkan," katanya.

Sehingga, berangkat dari persoalan itu, maka ia mengajak kepada warga Nahdliyin bisa tampil mendukung untuk menjawab problem NU saat ini.

"Mari kita melakukan perbuatan nyata dan bermanfaat bagi umat, sehingga kiprah NU bisa jadi baik di mata umat," katanya.

Menurutnya, tuntutan di masa depan adalah bagaimana menunjukkan kesungguhan dan menumbuhkan kepedulian terhadap permasalahan kebutuhan umat melalui NU.

Ia berharap generasi muda NU bisa lebih bersaing di masa depan.

"Kita berharap NU tak ditinggalkan oleh pendukungnya. Kita tak mau NU ditinggalkan oleh pendukungnya supaya kita bisa mencerdaskan generasi muda NU," katanya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved