Gerhana Matahari Cincin - Tata Cara Shalat Gerhana Matahari Sendiri / Berjamaah, Bacaan, Cara Lihat
Gerhana Matahari Cincin - tata cara shalat gerhana Matahari sendiri dan berjamaah, bacaan, cara melihat.
TRIBUN-TIMUR.COM - Gerhana Matahari Cincin - tata cara shalat gerhana Matahari atau shalat khusuf sendiri dan berjamaah, bacaan, cara melihat.
Berikut panduan melihat Gerhana Matahari Cincin yang aman, tata cara shalat gerhana Matahari atau shalat khusuf untuk Anda.
Sambil melihat Gerhana Matahari Cincin, yuk tunaikan shalat gerhana Matahari atau shalat khusuf.
Fenomena langit Gerhana Matahari Cincin yang akan terjadi pada Kamis (26/12/2019) besok, menjadi hal yang dinantikan banyak masyarakat untuk dapat dilihat secara langsung.
Namun, karena fenomena ini bukanlah fenomena biasa, bagaimana cara menyaksikannya yang aman dan benar?
Dijelaskan oleh Astronom Amatir Marufin Sudibyo, Anda dapat melihat fenomena menarik ini secara langsung, asalkan tetap mematuhi cara pengamatan Matahari yang aman bagi mata manusia.
1. Kurangi intensitas sinar matahari
Prinsip utamanya adalah mengurangi intensitas sinar matahari sebesar mungkin sehingga yang masuk ke mata Anda tinggal 0,00001 bagian saja dibanding semula.
2. Pakai filter matahari
Cara yang paling disarankan adalah menggunakan filter matahari berupa filter ultraviolet dan infrared yang sesuai.
3. Gunakan kacamata las
Dapat pula menggunakan kacamata las nomor 14 atau lebih besar.
4. Tidak lebih dari 2 menit
Meskipun Anda sudah menggunakan dan memiliki alat filter matahari tersebut, kata Marufin, untuk menatap matahari tersebut tetaplah tidak boleh lebih dari 2 menit lamanya.
"Dengan menggunakan alat-alat tersebut pun, kita tidak boleh menatap Matahari melebihi 2 menit," kata Marufin, Rabu (18/12/2019).
5. Jangan pakai negatif film
Ditegaskan juga oleh Marufin bahwa sangat tidak dianjurkan menggunakan filter Matahari dari selembar negatif film yang sudah dipapar cahaya dan dicuci, atau secara teknisnya "dibakar".
Sebab, kemampuannya mengurangi cahaya hanya mencapai 0,001 sehingga cahaya yang memasuki mata manusia masih 100 kali lebih besar dibanding batas aman.
6. Siapkan rencana pengamatan
Tentunya sebelum Anda melihat GMC ataupun gerhana sebagian di kota Anda, Anda harus mengetahui terlebih dahulu titik-titik pengamatan Gerhana terdekat di kota Anda agar dapat melihat fenomena tersebut dengan baik.
Hal itu karena ada kemungkinan gerhana matahari yang terjadi gagal terlihat akibat halangan cuaca.
"Kemungkinan tersebut (terhalang awan mendung) selalu terbuka, meski Gerhana dikenal dapat memproduksi fenomena mikroklimat tersendiri yang unik," ujarnya.
Untuk diketahui, fenomena mikromilat gerhana matahari adalah suasana atau keadaan langit yang semula mendung mendadak cerah menjelang puncak gerhana.
Tata Cara Shalat Gerhana Matahari
Berikut ini merupakan tata cara melaksanakan shalat gerhana Matahari atau shalat khusuf:
Bila shalat gerhana Matahari dilakukan secara berjamaah niatnya adalah sebagai berikut:
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى
Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ.
Bila dikerjakan sendirian niatnya adalah sebagai berikut:
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ لله تَعَالَى
Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Apabila terjadi gerhana Matahari, maka imam dianjurkan mengajak masyarakat melakukan shalat gerhana Matahari berjamaah dengan seruan, “Ash-Shalatu Jami’ah”.
Tanpa adzan dan iqamah, sebagaimana hadits riwayat Bukhari dari Aisyah RA.
Shalat gerhana Matahari dikerjakan sebanyak dua rakaat.
Pada setiap rakaat berdiri 2 kali, rukuk 2 kali, dan sujud 2 kali.
Pada tiap berdiri membaca surah Alfatihah dan surat yang panjang dengan suara nyaring.
Sehingga dalam setiap rakaat ada 2 kali bacaan surah Alfatihah dan surah lain dari Alquran.
Bacaan pada berdiri yang kedua lebih pendek dari yang pertama.
Pada tiap rukuk membaca tasbih lama-lama.
Bacaan tasbih pada rukuk yang kedua lebih pendek dari pada yang pertama.
Berdasarkan hadis riwayat Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Aisyah RA.
Selesai shalat imam berkhutbah menyampaikan peringatan dan mengingatkan jamaah akan tanda-tanda kebesaran Allah.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist yang artinya:
“Pada masa hidup Rasulullah SAW pernah terjadi gerhana Matahari, lalu beliau keluar ke masjid, kemudian beliau bertakbir sedangkan orang banyak ikut bershaf-shaf di belakangnya.
Lalu beliau membaca bacaan panjang-panjang kemudian bertakbir untuk rukuk lama sekali, kemudian mengangkat kepalanya lalu mengucapkan:
'Sami’allahu liman hamidah, Rabbana wa lakalhamdu.'
Kemudian beliau berdiri lalu membaca bacaan panjang-panjang tetapi lebih pendek dari yang pertama kemudian bertakbir untuk rukuk lama sekali tetapi lebih pendek dari yang pertama.
Kemudian mengucapkan, “Sami’allahu liman hamidah, rabbana wa lakalhamdu”, lalu bersujud.
Kemudian pada rakaat kedua beliau kerjakan seperti itu, sehingga seluruhnya merupakan 4 kali rukuk dan 4 kali sujud.
Dan Matahari lalu nampak terang sebelum shalat selesai. Kemudian beliau bangkit berkhutbah dengan menyampaikan puji kepada Allah sebagaimana mestinya dan beliau mengatakan: Matahari dan Bulan keduanya adalah tanda kebesaran Allah SWT, gerhana tidak disebabkan oleh kematian dan kelahiran seseorang. Dan jika kamu menyaksikan hal itu maka segeralah shalat.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Aisyah RA)
Imam juga menganjurkan agar masyarakat banyak berdoa, membaca istighfar, shadaqah dan segala amalan yang baik. Berdasarkan hadist yang artinya, “Pernah terjadi gerhana Matahari, maka bangkitlah Nabi SAW shalat, dan bersabda: Apabila kamu saksikan hal yang serupa itu, maka segeralah kerjakan shalat, panjatkan doa dan mohon ampun kepada Allah.” [HR. al- Bukhari, Muslim, Ahmad dari Abu Musa al Asy’ari].
Juga riwayat al-Bukhari dari Aisyah dengan lafadz: “Apabila kamu saksikan hal itu, maka panjatkanlah doa kepada Allah dan bacalah Takbir dan kerjakan shalat dan bershadaqahlah.”(*)