Maxim Ojek Online Asal Rusia Masuk Makassar, Tarif Lebih Murah dari Grab dan GoJek, Bandingkan
Maxim ojek online asal Rusia masuk Makassar, tarif lebih murah dari Grab dan GoJek, bandingkan.
Solo masuk dalam zona I (meliputi Sumatera, Jawa, Bali kecuali Jabodetabek) dengan tarif per km Rp 1.850 - Rp 2.300 dengan biaya minimal Rp 7 ribu - Rp 10 ribu.
Makassar masuk dalam zona III (meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan lainnya) dengan tarif per km Rp 2.100 - Rp 2.600 dengan biaya minimal Rp 7 ribu - Rp 10 ribu.
Sementara Maxim memberlakukan tarif minimum sebesar Rp 3.000 per km (MaximBike).
Pemberlakuan tarif murah oleh Maxim ternyata juga berimbas pada driver-nya, dimana mereka dikabarkan tak menerima bonus.
Surat Terbuka Kepada Presiden Jokowi
Setelah demo penolakan Maxim di Solo, pihak Maxim Indonesia melalui akun resminya di media sosial Instagram @maxim_indo, dan fanpage Facebook Maxim: ojek transportasi, menyampaikan surat terbuka kepada Presiden RI Jokowi sekaligus mantan Wali Kota Solo.
Berikut salinan suratnya.
Surat Terbuka Layanan << Maxim >> kepada Presiden Indonesia
Kepada yang terhormat Bapak Presiden Joko Widodo,
Surat ini kami kirimkan kepada Bapak terkait konflik yang terjadi di Surakarta di antara para pengemudi Gojek dan Grab serta layanan << Maxim >>. Konflik ini telah berhasil mengungkap masalah global dalam pasar taksi, yang mana berpengaruh pada taraf kehidupan penduduk dan perekonomian di Indonesia. Menurut fakta yang terjadi di lapangan, Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Mei 2019 menimbulkan pengaruh negatif terhadap bidang pengembangan bisnis ojek.
Tarif minimal pengangkutan dengan kendaraan motor yang telah ditetapkan ternyata terlalu berlebihan dan tak sesuai dengan kenyataan yang ada. Peraturan tersebut tidak mempertimbangkan daya beli penduduk di propinsi terkait, yang mana sebagai akibatnya, akses ke layanan taksi pun menjadi berkurang. Dalam waktu yang bersamaan, masyarakat yang sebenarnya mampu menampilkan tingkat pertumbuhan signifikan dan memberikan pendapatan yang besar untuk anggaran negara malah tetap berada di tingkat yang sama.
Kepatuhan terhadap tarif, baik untuk penumpang maupun untuk pengemudi berakibat pada ketidakmampuan lapisan masyarakat dengan tingkat penghasilan yang rendah maupun rata-rata untuk menggunakan layanan taksi, sementara pengemudi akan meraup untung berkali-kali lipat lebih besar, bahkan lebih tinggi daripada UMR wilayah terkait.
Selain itu, pemberlakuan tarif yang telah ditentukan berdampak buruk pada dinamika perkembangan layanan << Maxim >>. Dalam waktu beberapa bulan, perusahaan mulai mengalami kerugian dan mungkin terpaksa harus gulung tikar. Sebagai akibatnya, ratusan ribu pengemudi akan kehilangan kesempatan untuk mencari nafkah, dan ratusan ribu penumpang tak akan lagi mampu menggunakan layanan taksi dengan harga terjangkau. Di samping itu, peraturan pemerintah yang ketat di pasar akan melanggar persaingan bebas dan berujung pada hengkangnya arus investasi asing dari Indonesia.
Menurut perhitungan para analis layanan << Maxim >>, tarif minimal ojek saat ini seharusnya sesuai dengan upah minimum regional para pekerja di setiap provinsi terkait. Bukti dari hal ini ialah loyalitas pengemudi kepada perusahaan yang bekerja sama dengan mereka. Tarif layanan sesuai dengan harapan para pengemudi tersebut dan sama sekali tidak berakibat pada penurunan pendapatan mereka karena tarif yang lebih rendah mampu menarik lebih banyak order. Keberatan terhadap tarif tersebut hanya ditunjukkan oleh para pengemudi perusahaan pesaing. Mereka ingin menghasilkan lebih banyak uang dengan bekerja lebih sedikit, tetapi dalam hal ini tidak memikirkan orang-orang yang mati-matian menghitung setiap rupiah yang mereka miliki agar dapat mencukupi dalam menafkahi keluarga mereka.
Pada bulan Januari 2020, << Maxim >> bermaksud untuk mengusulkan perubahan Surat Keputusan mengenai tarif dengan melampirkan perhitungan para analis yang telah dibuat. Kami mengharapkan sebuah dialog yang membangun terkait isu tarif dengan pihak pemerintah maupun para pelaku pasar ojek lainnya.
Hingga pemerintah menetapkan tarif baru yang lebih realistis untuk layanan transportasi online khususnya ojek, Kami meminta kepada Presiden untuk memberlakukan moratorium terkait penerapan tarif yang diatur oleh Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348.
Dalam surat terbukanya, Maxim memrotes Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 Tahun 2019 karena dinilai membuat tarif transportasi online makin mahal sehingga masyarakat berpenghasilan rendah tak mampu menggunakan jasa transportasi online.
Menurut Maxim, yang diuntungkan malah driver, bukan konsumen.
Maxim pun mengusulkan adanya perubahan tarif transportasi online berdasarkan hasil kajian analisnya.

Surat terbuka Maxim kemudian direspon Kementerian Perhubungan RI.
Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi pada Minggu (22/12/2019) mengatkan, pihaknya telah menyelesaikan masalah Maxim di Indonesia dan tarif Maxim akan mengikuti Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 Tahun 2019.
Berasal dari Kota Terpencil
Kehadiran Maxim di bisnis transportasi online jauh lebih dulu dibanding Grabd dan GoJek.
Maxim sudah ada sejak tahun 2003.
Perusahaan ini berasal dari Chardinsk, sebuah kota yang agak terpencil di Rusia yang terletak di Pegunungan Ural.
Sementara Grab yang bermarkas di Singapura didirikan Juni 2012.
GoJek lebih tua dibanding Grab karena Nadiem Makarim mendirikannya pada 13 Oktober 2010.
Pada awalnya, pada tahun 2009 Maxim membuka cabang di 7 kota sekaligus di Rusia, pada tahun 2010 kemudian sudah memiliki cabang di 17 kota dan terus meningkat sampai dengan 22 kota dalam satu tahun.
Maxim mulai merambah ke negara lain di luar Rusia pada tahun 2014.
Maxim membuka cabang baru di Ukraina, Kazakhstan, Georgia, Bulgaria, Tajikistan, Belarusia, Azerbaijan, Italia.
Di Rusia, Maxim merupakan penyedia transportasi online terbesar ketiga.
Maxim baru menjamah pasar Indonesia di tahun 2018 dengan membuka kantor di Jakarta di bawah bendera PT Teknologi Perdana Indonesia.
Layanan transportasi online miliknya kemudian dengan cepat merambah ke kota-kota di Indonesia.
Keunggulan
Sadar melihat persaingan yang ketat dengan Grab dan GoJek, Maxim mencoba menawarkan sejumlah kemudahan yang tak dimiliki kedua pesaingnya tersebut.
Platform yang ditawarkan seperti pencantuman rute-rute tersulit, notifikasi barang bawaan hingga hewan peliharaan yang dibawa penumpang, hingga notifikasi jumlah uang kembalian yang akan diterima penumpang.
Dilansir Kompas.com, Public Relation Specialist Maxim Maria Pukhova mengatakan, sebelum memutuskan beroperasi, telah dilakukan analisa pasar dan kebutuhan pengguna di Indonesia.
"Menurut kami Indonesia adalah salah satu pangsa pasar yang bagus dan berkembang, ada lebih dari 266,91 juta rakyat Indonesia dan perkembangan industri teknologi sangat baik," kata Maria Pukhova.
Selain itu, butuh pengembangan dalam sektor transportasi publik sehingga pihaknya hadir membantu mengurangi masalah tersebut.(tribun-timur.com/kompas.com)