Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Memperkuat Fungsi Public Relations dalam Menjaga Reputasi Brand

Padahal Peran PR semakin luas di era revolusi industri 4.0, baik itu yang menjadi bagian Corporate Communications atau Marketing Communications.

Editor: Sakinah Sudin
Dok Romano Bhaktinegara
Romano Bhaktinegara, Media Communications Strategist & Public Speaker 

Dengan kreasi kalimat “Liburan ke Aussie lebih mudah dibanding ke Bekasi” yang menyebabkan sebagian warga Bekasi tersinggung, bahkan hingga kantor PT Indosat di Bekasi saat itu diserbu masyarakat yang melakukan unjuk rasa memprotes iklan tersebut dengan membuang kartu SIM Indosat karena dianggap telah mengejek kota Bekasi.

Maksudnya ingin riding the moment juga, kota Bekasi saat itu memang ramai di media sosial, karena dianggap memiliki suhu panas, tekstur jalan banyak yang rusak, dan berdebu, hal ini membuat para netizen berkreasi menciptakan meme lucu yang beragam tentang Bekasi.

Ada juga kasus materi promosi produk baru, kala itu Indosat Ooredoo bekerja sama dengan iflix, sebuah aplikasi layanan VOD yang menyediakan streaming film.

Dengan tujuan menghadirkan konten yang berkualitas secara gratis, dipromosikan poster salah satu serial tv populer yang tayang di iflix berjudul The Americans, mengisahkan dua agen Uni Soviet yang menyamar menjadi seorang warga di Amerika ketika perang dingin untuk mencuri informasi rahasia.

Namun iklan tersebut pada salah satu papan reklame diturunkan secara paksa oleh pihak berwenang, karena ada gambar palu arit, yang menjadi visual bendera Uni Soviet kala itu, namun dinilai identik dengan simbol terlarang.

Bukan kesalahan dari tim pemasaran juga, karena poster tersebut memang materi jadi yang diberikan pihak studio melalui iflix, kalau diubah malah menjadi salah karena bisa dianggap melanggar hak cipta.

Namun berkat kesigapan tim Marketing Communications dan PR, krisis ini tidak sampai berlarut-larut dan tidak memberikan kerugian besar terhadap perusahaan.

Saya yang saat itu masih bekerja di Indosat Ooredoo sebagai Head ATL Media, PR, & Internal Communications, akhirnya diminta pimpinan untuk membuat Marketing & Communications Guidelines, untuk menjadi pedoman terkait apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh dalam pemasaran pada semua medium seperti media massa, OOH, digital, hingga aktivitas PR dan kegiatan masyarakat.

Semua materi pemasaran saat itu harus ditinjau dahulu oleh bagian PR sebelum bisa diproduksi dan ditayangkan.

Beberapa rekan saat itu mungkin ada yang membenci saya karena dianggap membatasi kreativitas, bahkan ada juga yang mengatakan seolah powerful karena semua materi kalau tidak dikasih lampu hijau oleh PR tidak bisa ditayangkan, mungkin kurang lebih semacam lembaga sensor jadinya.

Namun setelah saya secara pribadi memberikan pengertian, rekan-rekan pun akhirnya paham, karena justru PR berfungsi sebagai tameng pelindung, kalau sampai ada krisis malah yang akan disalahkan ya bagian PR karena sudah meloloskan materi yang berpotensi menyebabkan masalah dan menimbulkan kerugian.

Dalam diskusi saya bersama Arifaldi Dasril, Co-Founder and Communications Director Magnifique, sebuah PR Agency ternama di Jakarta, peran Public Relations saat ini dituntut untuk lebih kreatif, bold atau percaya diri, interaktif, mengoptimalkan peranan media sosial, semakin gesit dan agresif, tapi juga tetap menjaga prinsip kehati-hatian.

“Pada prinsipnya, setiap krisis bisa mengancam reputasi perusahaan ataupun brand. Di era industri 4.0 saat ini, peran media sosial memang besar, baik itu menyampaikan pesan-pesan dari perusahaan ataupun kampanye pemasaran, hingga kegaduhan opini masyarakat yang akhirnya menjadi bola liar akan suatu masalah. Ketika terjadi krisis maka penting dilakukan komunikasi secara intensif antara PR dengan media termasuk media sosial, publik, pelanggan, dan stakeholder’s lainnya. Mitigasi krisis seharusnya dimulai sesegera mungkin dalam rentang golden hour untuk menciptakan presepsi positif, salah satunya bahwa perusahaan peduli dengan kepentingan publik.” ujar Arifaldi.

PR dalam sebuah perusahaan harus bekerja secara matrix karena memiliki tanggung jawab besar, PR merupakan pintu utama pertukaran informasi, dari internal perusahaan kepada sejumlah stakeholder’s, dan begitu juga sebaliknya.

PR yang kuat memiliki interelasi baik antara bagian-bagian yang fungsional dengan wilayah kerjanya, pihak yang berkaitan harus saling memberikan informasi yang diperlukan. Untuk mewakili perusahaan dengan, PR butuh akses menyeluruh terkait performa perusahaan dan juga ekspektasi dari para stakeholder’s.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved