Ini Memoriam Sulastomo
Terungkap Setelah Mantan Ketua Umum PBHMI Meninggal Dunia, HMI vs PKI & HMI vs PKI, Juga Dana Abadi
Senior KAHMI Sulsel menyebar tulisan in memoriam Sulastomo di Group WhatsApp.
TRIBUN-TIMUR.COM - Mantan Ketua PBHMI Sulastomo meninggal dunia. Ketua Umum PBHMI Periode 1963-1966 ini menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta, sekitar pukul 11.04 WIB, Jumat (13/12/2019.
Sulastomo dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jumat sore.
"Almarhum Mas Tom dimakamkan di Blok A 187 Tanah Kusir Ba’da Ashar. Tiba jam 16.30 dimakamkan," ujar mantan Ketua Umum PBHMI yang juga pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI), M Arief Rosyid Hasan.
Semasa hidupnya, Sulastomo berprofesi sebagai dokter.
Kepergian Sulastomo untuk selamanya diiringi kenangan mendalam aktivis HMI dan mantan aktivis HMI di Makassar.
Di beberapa Group WhatsApp, senior KAHMI Sulsel menyebar tulisan Ini Memoriam Sulastomo.
Di antara tulisan yang disebar itu, ada dua yang sangat menarik. Dua tulisan berikut ini menceritakan sepak terjang Sulastomo menyelamatkan HMI dari PKI dan perjuangan Sulastomo menyelamatkan dana abadi umat.
Dana abadi umat itu berasal dari tabungan haji jamaah haji Indonesia. Saking banyaknya, Sulastomo sebagai pengurus Persaudaraan Haji Indonesia, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, bingung mau diapakan.
Berikut dua tulisan Ini Memoriam Sulastomo itu:
* Pak Tom dan HMI di Tengah Ancaman PKI
Oleh
Syaefudin Simon
Apa jadinya HMI tanpa Pak Tom? Pertanyaan itu penting, mana kala kita mengenang “perjuangan” tanpa lelah dan riskan Pak Tom di saat-saat Indonesia berada dalam kegentingan amat berbahaya akibat tekanan PKI.
Pak Tom – panggilan akrab Dr Sulastomo MPH yang wafat Jumat siang (13/12/019) dalam usia 80 tahun – adalah tokoh Islam yang semasa mudanya hidup dalam “nafas tambahan” akibat tekanan, manuver, dan fitnah PKI. Sebagai Ketua Umum PB HMI antara tahun 1963-1966 – kita bisa membayangkan, betapa sulitnya mempertahankan eksistensi organisasi mahasiswa Islam yang amat dibenci PKI itu. Dalam berbagai pawai akbarnya, baik di Jakarta maupun di kota-kota besar lain, PKI selalu mengumandangkan: Bubarkan HMI! Bubarkan HMI!
Saat itu, Bung Karno sangat dekat dengan PKI. Hampir setiap tuntutan PKI, diterima Bung Karno. Organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan PKI – CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) jadi anak emas Bung Karno. Celakanya “si anak emas” itu merengek-rengek kepada Bung Karno agar membubarkan HMI.
Sulastomo tahu, bagaimana kebencian PKI terhadap HMI. Mahasiswa Fakultas Kedokteran UI tersebut -- kata KH Amidhan, teman dekat Sulastomo di HMI – nyaris tak pernah tidur di saat-saat kritis menjelang meletusnya Gestapu. Amidhan mengaku pernah diajak Sulastomo menemui tokoh-tokoh Islam dan militer anti-PKI di tengah situasi yang mencekam di Jakarta beberapa hari setelah meletus peristiwa G30S PKI.
Dalam kegilasahannya melihat kebencian PKI terhadap HMI, Tom, kata Amidhan, punya strategi jitu. Untuk mencegah Bung Karno membubarkan HMI, Tom muda menjalin persahabatan dengan KH Saifudin Zuhri (Menteri Agama saat itu) dan Dr Subandrio(orang kepercayaan Bung Karno, Ketua Badan Pusat Intelejen atau BPI). Tom tahu, dua tokoh itu dekat sekali dengan Bung Karno.
Konon, saat itu, tak ada yang ditakuti Bung Karno – termasuk Amerika sekali pun – kecuali tokoh-tokoh NU.