Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perusda Jadi Perseroda

Perubahan Status Hukum Perusda Jadi Perseroda, Ini Kata Taufik Fachruddin

Hal itu disampaikan Taufik Fachruddin usai menghadiri rapat Paripurna di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel, Jl Urip Sumoharjo

Penulis: Hasan Basri | Editor: Ansar
hasan/tribun-timur.com
Rapat Paripurna di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Kecamatan Panakukkang, Makassar, Senin (09/12/2019). 

TRIBUN - TIMUR.COM, MAKASSAR -- Pelaksana Tugas Direktur Perusahaan Daerah (Perusda) Provinsi Sulawesi Selatan, Taufik Fachruddin mengatakan perubahan status hukum Perusda menjadi perusahaan perseroan daerah (Perseroda) akan memudahkan investasi.

Hal itu disampaikan Taufik Fachruddin usai menghadiri rapat Paripurna di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Kecamatan Panakukkang, Makassar, Senin (09/12/2019).

Taufik mengatakan perusda selama ini tidak fleksibel dengan status saat ini, karena terbatasi ruang dalam mengelolah bisnis. Pasalnya, perusda selama ini masih melekat pada pemerintah sebagai penyedia publik.

"Jika ini disetujui, akan memiliki payung hukum dengan perseroan terbatas. Sehingga akan memudahkan berbisnis. Misalnya berbisnis dengan pihak asing. Investasi akan semakin mudah jika perseroan terbatas,"sebutnya.

Menurutnya, setelah adanya payung hukum perseroan terbatas,
aset perusda akan dijadikan modal utama untuk bisnis.

"Dengan modal itu, kita bisa melakukan apasaja. Seiring dengan keinginan gubernur dan anggota dewan. Mau di bawa ke mana. Mau agrobisnis, industri, mana saja, kami siap," ujarnya.

Ipar Gubernur Sulsel ini mengaku telah mengecek dan perhitungan terhadap aset aset yang dimiliki Perusda. Totalnya hampir mencapai Rp 1 triliun atau kurang lebih Rp800 mililiar lebih.

Aset Perusda dimiliki yaitu 102 di Rumah Toko (Ruko) di Jl Sungai Saddang. Ada juga di depan Pelabuhan Makassar ada lahan tidur belum dimanfaatkan. Termasuk hotel Sayang dan di Kabupaten Toraja, tidak berjalan efektif, padahal itu bisa jadi modal utama.

"Banyak aset tidak termanfaatkan dengan maksimal. Sekarang sudah bersaing. Misalnya Hotel Grand Sayang. Dulu waktu baru masuk mati suri. Sekarang sudah berkembang. Okuvansi hampir tidak dibawa 60 70 persen," ujarnya. (*)

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved