Fakta-fakta Tentang Paruru, Orang yang Mengaku Nabi Terakhir di Tana Toraja
Namun bukan soal lembaganya yang membuat warga resah sekaligus sewot. Akan tetapi pernyataannya yang megklaim dirinya sebagai nabi
Penulis: Tommy Paseru | Editor: Muh. Irham
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Warga Dusun Mambura, Lembang Buntu Datu, Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja, dihebohkan dengan pernyataan seorang pria yang mengaku sebagai nabi terakhir di dunia ini.
Namanya Paruru Daeng Tau. Ia adalah warga Gowa namun menetap di Tana Toraja. Sehari-hari ia memimpin sebuah organisasi kemasyarakatan bernama Lembaga Pelaksana Amanah Adat dan Pancasila (LPAAP).
Namun bukan soal lembaganya yang membuat warga resah sekaligus sewot. Akan tetapi pernyataannya yang megklaim dirinya sebagai nabi yang membuat warga, khususnya yang bergama Islam, protes keras.
“Dia menyebarkan ajaran sesat kepada warga. Makanya kami akan laporkan dia ke polisi,” kata Tamrin Lodo, Kepala Seksi Bimas Islam Kementerian Urusan Agama Kabupaten Tana Toraja.
Kasus munculnya aliran sesat di Tana Toraja ini bukan kali pertama ini saja.
Baru-baru ini di Kabupaten Gowa, polisi mengungkap keberadaan aliran aneh yang dsebarkan oleh Puang Lallang, pemimpin sebuah kelompok tarekat di Gowa.
Puang Lallang menjual lembaran kartu yang diyakini dapat membebaskan seseorang dari dosa semasa hidup. Kartu itu juga diyakini dapat menjadi jalan seseorang masuk surga.
Nah, yang di Tana Toraja ini, lain lagi. Meski ia tidak menjual kartu surga, namun ia mengklaim dirinya sebagai nabi terakhir di dunia.
Berikut fakta-fakta tentang ajaran yang dibawakan oleh Paruru:
1. Pernah Beraksi di Kabupaten Gowa
Menurut Tamrin, Paruru melakukan aksinya di Tana Toraja sejak lama. Sebelumnya, ia telah beraksi di Kabupaten Gowa. Namun di Gowa, ia hanya diberi teguran oleh pemerintah setempat.
"Kita berharap Paruru ini diberi efek jera oleh polisi karena waktu di gowa dia Cuma diberi teguran," kata Tamrin.
2. Salat Dua Kali Sehari
Dalam menyebarkan aliran sesatnya, Paruru mengajarkan bahwa salat hanya perlu dilakukan dua kali dalam sehari. Para pengikutnya juga diajarkan tata cara salat yang tidak sesuai ajaran Islam.
Para pengikut Paruru juga tidak diwajibkan menaati rukun Islam seperti puasa, zakat, dan haji.
3. Mengaku sebagai Orang Islam