STKIP Muhammadiyah Enrekang
Wacana Mendikbud Persingkat Masa Belajar Siswa, Dosen STKIP Muhammadiyah Enrekang Bilang Begini
Nadiem mewacanakan agar untuk siswa Sekolah dasar (SD) bisa selesai empat tahun dan SMP hingga SMA juga 4 tahun.
Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Ansar
TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Nadiem Makarim berencana mempersingkat masa belajar siswa.
Nadiem mewacanakan agar untuk siswa Sekolah dasar (SD) bisa selesai empat tahun dan SMP hingga SMA juga 4 tahun.
Sehingga para siswa atau orang bisa banyak raih gelar doktor dalam usia yang masih muda yakni 18 tahun.
Menanggapi wacana tersebut, Dosen STKIP Muhammadiyah Enrekang, Ilham Kadir mengaku setuju dengan wacana tersebut.
Menurutnya, dirinya sangat mendukung dengan wacana mempersingkat mada belajar karena situasi sekarang sudah tidaj relevan lagi menerapkan kurikulum yang ada saat ini.
Sebab, saat ini pekerjaan yang dikerjaan anak usia 25 tahun pada 10 tahun lalu, sudah bisa dikerjakan oleh anak usia 15 tahun saat ini.
"Saya kira wacana itu tepat sekali diterapkan. Karena situasi sekarang itu berbeda dengan 20 tahun lalu ketika kurikulum yang saat ini ada dibentuk. Jadi sudah tidak relevan lagi dengan generasi yang ada saat ini," kata Ilham, Senin (25/11/2019).
Ia menjelaskan, saat ini kemajuan teknologi sangat menunjang pertumbuhan dan pola pikir anak, sehingga saat ini anak-anak cepat dewasa secara berpikir.
Jadi tak mesti lagi kurikulum yang saat ini membuat seorang yang cerdas harus terpaksa bertahun-tahun menimbah ilmu di tingkatan SD, SMP dan SMA.
Olehnya itu, Komisioner Baznas Enrekang ini menilai kalau ini diterapkan maka akan ada banyak generasi yang sudah bisa raih gelar doktor atau Professor diusia muda.
Sehingga dapat membantu mempercepat pembangunan bangsa dari segi SDM, ekonomi, infrakstuktur dan lainnya.
Selain itu, lelaki yang juga tenaga pengajar di Ponpes Darul Falah Enrekang ini mengharapkan, agar sistem senioritas tak boleh lagi diterapkan.
Karena anak berumur yang punya jabatan tinggi itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan anak yang memiliki kecerdasan.
"Seharusnya mulai diterapkan sistem, siapa yang cerdas dan punya kemampuan itu harusnya bisa jadi pemimpin," ujarnya.
(tribunenrekang.com)
Laporan Wartawan TribunEnrekang.com, Muh Azis Albar
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: