Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hari Guru Nasional

Prof Hasnawi: Sinergi PGRI dan Pemprov Sulsel untuk Kesejahteraan Guru Honorer

Bagi Ketua PGRI Sulsel, Prof Hasnawi Haris, kesejahteraan bagi para guru honorer akan menjadi ssalah satu pembahasan pada rapat kerja PGRI Sulsel

Penulis: Alfian | Editor: Ansar
istimewa
Ketua PGRI Sulsel, Prof Hasnawi Haris 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI) Sulawesi Selatan berkomitmen memperjuangkan kesejahteraan bagi para guru honorer.

Bagi Ketua PGRI Sulsel, Prof Hasnawi Haris, kesejahteraan bagi para guru honorer akan menjadi ssalah satu pembahasan pada rapat kerja PGRI Sulsel dalam waktu dekat ini.

"Kami akan merancang program yang benar-benar merupakan respon tepat dan strategis yang dibutuhkan guru, diantaranya program peningkatan empat pilar kompetensi guru secara paralel yaitu kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian dan sosial," ujarnya.

Di momen Hari Guru Nasional, Senin (25/11/2019), Prof Hasnawi Haris yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Makassar (UNM) turut melontarkan harapannya untuk kemajuan pendidikan Indonesia, utamanya di Sulsel.

"Harapan di hari Guru Nasional, yang pertama saya ingin menyampaikan Selamat Hari Guru Nasional 2019 dan HUT PGRI ke-74. Teman-teman, sahabat-sahabat guru, bergeraklah terus dalam perubahan, mengabdi dalam Kegairahan, terus berkarya untuk Bangsa, meretas asa generasi pemilik masa depan," terangnya.

Pidato Mendikbud

Upacara memperingati Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2019 tingkat Kota Makassar digelar di Lapangan Karebosi, ditandai dengan upacara penaikan bendera, Senin (25/11/19).

Mengutip sambutan tertulis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Nadiem Anwar Makarim, Penjabat Wali Kota Makassar, Iqbal Suhaeb sebelumnya menyampaikan bahwa pidato seragam tahun ini agak berbeda dari tahun lalu.

Dalam pidato seragam tersebut tertulis Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik.

Tugas guru termasuk tugas yang termulia dan tersulit, karena harus membentuk masa depan bangsa.

Namun, lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan.

Guru kerap ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu guru habis untuk mengerjakan tugas administrasif tanpa manfaat yang jelas.

“Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan,” ucapnya.

Guru tahu jika setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, namun keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.

Karenanya, Nadiem dalam sambutan tertulisnya menawarkan beberapa hal penting seperti ajaklah kelas berdiskusi bukan hanya mendengar.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved