Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

Rintis Bisnis Piscok Super dari Jual Arloji, Usaha Pemuda Makassar Ini Laris Manis

Ia menceritakan tentang upayanya mendapatkan modal untuk membangun bisnis dengan menjual arloji atau jam tangan kesayangannya.

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Imam Wahyudi
fadly/tribun-timur.com
Usaha Pisang Cokelat (piscok) Super yang memanfaatkan GrabFood untuk mendukung usahanya. Melalui usaha yang dirintisnya dan teknologi GrabFood yang menguntungkan, Piscok Super milik Abi tercatat memiliki 20 gerai, bahkan telah berekspansi hingga Ibu Kota Jakarta. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Merintis bisnis hingga meraih kesuksesan, bukanlah perkara gampang. Proses yang dilalui tidak pernah instan.

Dalam perjalanan memulai bisnis, tentu harus mengorbankan sejumlah hal, mulai tenaga, pikiran, dan yang tak kalah penting adalah modal.

Cara seorang pebisnis untuk mendapatkan modal, tentu bermacam-macam. Salah satu pengusaha muda asal Makassar, M Abi Rafli Syarif (22), pemilik jajanan Pisang Cokelat (Piscok) Super.

Ia menceritakan tentang upayanya mendapatkan modal untuk membangun bisnis dengan menjual arloji atau jam tangan kesayangannya.

Dengan hasil penjualan jam tangan yang seharga Rp 500 ribu itu, Abi membuka gerai Pisang Cokelat perdananya pada 2017 silam.

Gerai pertama Abi dibuka di kompleks rumahnya. Semua serba dikerjakan sendiri, mulai dari produksi hingga pengantaran produk sampai ke tangan pelanggan. Awalnya, Abi hanya memasarkan Piscok Super melalui media sosialnya.

Abi mengisahkan, perjalanan bisnisnya hingga sukses pada bidang kuliner dibumbui dengan jatuh bangun. Selain pernah menggeluti bisnis fashion, anak kedua dari tiga bersaudara itu, juga pernah melalui lika-liku perjalanan sebagai penjual ikan cupang, namun semuanya berakhir tanpa hasil yang maksimal.

Baru lah pada bisnis kuliner berbahan dasar pisang ini, ia bisa mencicipi buah manis dari jerih payahnya dalam berwirausaha. Bakat bisnis yang dimiliki Abi menurun dari kedua orang tuanya yang juga seorang pebisnis. Ibarat kata, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Memang jiwa bisnis saya dipengaruhi oleh orang tua. Dalam lingkungan keluarga selalu membicarakan bisnis, tentu secara otomatis, hal yang saya dengar dari lingkungan keluarga, akan tertanam juga dalam diri saya," ucap alumni SMA Negeri 1 Makassar ini.

Menurutnya, dia sudah bisa berpenghasilan sejak duduk di bangku SMA dengan bakat menggambar yang dimilikinya. Saat lulus SMA, dia ditawari pilihan oleh orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah atau diberi modal untuk membuka usaha.

Tapi Abi tak menginginkan keduanya, karena tidak ingin lagi bergantung pada bantuan modal orang tua. Dia lebih memilih bekerja sebagai tukang gambar di kafe-kafe. Upah menggambar tersebut kemudian dimanfaatkannya untuk membuka bisnis di bidang fashion.

"Saat lulus SMA, saya tidak memilih melanjutkan pendidikan di bangku kuliah untuk memperdalam ilmu bisnis, tapi memilih terjun langsung menjadi praktisi bisnis dan ternyata itu pilihan tepat," jelasnya.

Abi berprinsip, untuk menjadi pebisnis sukses, faktor yang terpenting adalah eksekusi, tak hanya sebatas teori.

"Banyak orang yang pintar secara teori, ingin memulai bisnis, tapi terlalu banyak kalkulasinya, terlalu banyak hitung-hitungannya, terlalu banyak pertimbangannya, hingga akhirnya melupakan realisasinya, padahal dalam bisnis, yang penting itu bukan hitungan matematis, tapi aksi nyata," urainya.

Ide Abi berbisnis kuliner berbahan dasar pisang, muncul dengan melihat kecenderungan masyarakat di Makassar yang menjadikan pisang sebagai penganan khas saat berkumpul bersama keluarga maupun teman. Penganan tradisional dari bahan utama pisang juga hampir selalu ada pada setiap hajatan suku Bugis Makassar.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved