Bom Polrestabes Medan
Daftar 46 Tersangka Teroris Ditangkap Densus 88 Setelah Bom Polrestabes Medan Mulai Dari Banten
Daftar 46 Tersangka Teroris Ditangkap Densus 88 Setelah Bom Polrestabes Medan Mulai Dari Banten
TRIBUN-TIMUR.COM - Daftar 46 Tersangka Teroris Ditangkap Densus 88 Setelah Bom Polrestabes Medan Mulai Dari Banten
Detasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror terus menyisir terduga teroris pasca bom Medan di Polrestabes Medan.
Hingga Senin (18/11/2019), Densus 88 sudah menangkap 46 terduga teroris di sejumlah wilayah di Indonesia.
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri total menangkap 46 terduga teroris setelah serangan bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11/2019) lalu.
Hal itu diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (18/11/2019).
"Sampai dengan hari ini rekan-rekan, upaya-upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Densus 88 dan jajaran Polda sudah mengamankan atau menetapkan tersangka sejumlah 46 orang, seluruhnya ya," tutur Dedi.
Antara lain, di Banten, Densus menangkap empat terduga teroris.
Kemudian, tiga orang ditangkap di Jakarta.
Lalu, sebanyak sembilan orang diamankan di Jawa Tengah
Enam orang di Jawa Barat, dan 1 orang di Kalimantan Timur.
Namun, Dedi tidak mengungkapkan jaringan para terduga teroris tersebut.
Sementara, polisi masih mendalami keterkaitannya dengan bom bunuh diri di Medan.
Mengenai kasus bom bunuh diri itu sendiri, Densus telah menetapkan 23 orang sebagai tersangka.
Seluruh tersangka diduga terkait dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pimpinan Y alias Yasir alias Anto.
Seluruh tersangka yang terkait bom bunuh diri diketahui telah membaiatkan diri ke pimpinan ISIS dan pernah melakukan latihan militer di Gunung Sibayak, Karo, Sumatera Utara.
Salah satu tersangka merupakan pelaku bom bunuh diri yang berinisial RMN dan meninggal ketika kejadian.
Kemudian, dua tersangka lainnya tewas saat dilakukan penangkapan. Kedua tersangka yang meninggal itu berinisial NP dan K alias Khoir.
Keduanya berperan sebagai pembuat bahan peledak yang digunakan RMN.
Salah satu tersangka yang ditangkap termasuk Y, selaku pimpinan kelompok tersebut.
Kemudian, ditangkap pula istri RMN berinisial DA.
Para tersangka lain, yaitu MAI, MN, AL, AS, F, S (perempuan), DH alias Abu Said, KS alias Abu Munsir, S, S, Z, MFJ, SS, W alias Yunus, DS, IF, DS alias Hendro, dan AH.
Curhat Ayah Pelaku bom Medan
Curhat Rudi Suharto ayah 3 terduga pelaku bom di Polrestabes Medan, 'Kok gini kalian. Bapak kan nyuruh ...'
Rudi Suharto (52) merasa sedih.
Dua anaknya dibawa oleh polisi pada Kamis (14/11/2019) malam karena terkait bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan di Medan, Sumatera Utara ( Sumut ) pada Rabu pagi (13/11/2019).
Kesedihannya bertambah karena satu anaknya lagi melarikan diri, juga terkait kasus bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan.
Kepada wartawan, pria yang sehari-hari dipanggil Ucok itu mengungkapkan segala kesedihannya.
Ia bercerita, dirinya sendiri lah yang membawa dua anaknya, yakni Aris (28), Fadli (23), untuk datang ke rumah Kepala Lingkungan (Kepling) Jehadun Bahar (52) pada Kamis malam sekitar pukul 20.30 WIB.
Dia mengajak kedua anaknya karena sebelumnya Kepling mencari informasi soal anak-anaknya kepadanya.
"Saya ajak ke rumah Kepling karena Kepling yang cari informasi. Cemana lah kok sampai kek gini kalian," katanya, Jumat (15/11/2019).
Sekitar 20 menit kemudian, polisi datang dan membawa keduanya.
Rudi Suharto menyatakan bahwa dirinya sengaja menahan Aris dan Fadli agar tidak lari.
"Memang tak saya kasih lari mereka. Harus kalian tanggung jawab karena walaupun lari kalian pasti akan dicari lagi. Waktu saya bilang gitu (Aris dan Fadli) diam saja," katanya.
• Ledakan Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan Hari Ini Saat Warga Urus SKCK Buat Pendaftaran CPNS 2019
Ketika ditanya kenapa dirinya mau membawa kedua anaknya ke rumah Kepling terkait bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, ini kata Rudi.
Rudi Suharto bercerita, awalnya sekitar pukul 15.00 WIB, dia melihat siaran televisi yang menyiarkan peristiwa pengeboman itu.
Meskipun pandangan matanya kurang jelas dan layar televisinya bergoyang-goyang, dia mengenali wajah pelaku.
"Saya tahu lah orangnya. Kenal di jalan lah saya. Sering ke sini dia, sekitar tiga bulanan terakhir lah. Dia datangnya siang. Dia dibawa kemungkinan karena satu pengajian lah," katanya.
Saat itu, Andri (25), anak keduanya, sempat pulang ke rumah.
Dia menduga, kemungkinan waktu itu Andri mau mengambil nasi lalu kembali ke kolam.
Kemudian pada malam hari, saat Rudi Suharto berada di belakang rumah, dia melihat Andi mengambil baju lalu pergi lagi.
Sejak itu, anak keduaanya itu tak pulang-pulang.
"Rencananya mau saya bilangin. Tapi tak lama dia pigi keluar. Habis itu tak pulang-pulang. Kalau si abang masih di kolam. Kawannya pun datang kemungkinan mau ngajak lari karena dia lari juga," katanya.
Mengenai penangkapan kedua anaknya dan kaburnya satu anaknya, dia merasa sedih.
Dia memiliki lima anak, satu anaknya yang paling besar perempuan.
Aris (28), Andri (25) dan Fadli (23) masih memiliki satu adik lagi yang masih kecil.
"Kalau sedih ya sedih lah. Kalau salah ya dihukum, kalau tak salah ya jangan dihukum lah. Saya bilang, kok gini kalian. Bapak kan nyuruh ngaji bagus-bagus, masak kayak gini, kami gak tau katanya," katanya mengungkapkan.
Mengenai gubuk itu, lanjut dia, hanya ada alat-alat kerja, seperti parang dan cangkul.
Setiap harinya, dia tiga hingga empat kali berjaga di gubuk itu.
Tambak yang dijaganya membudidayakan kepiting dan ikan.
Di gubuk itu lah ketiga anaknya sering duduk-duduk.
Ketika ditanya mungkinkah di lokasi itu dijadikan tempat membuat bom, dia menjawab singkat.
"Nggak tahu lah. Nanti kalau ada kan hasil dari polisi itu lah," katanya.
Polisi Temukan Pipa Bahan Kimia, Panah Beracun hingga Pengajian Eksklusif
Pascainsiden bom bunuh diri, polisi memeriksa keluarga pelaku dan tetangganya.
Polisi juga menemukan barang-barang mencurigakan.
Polisi masih mendalami peran istri pelaku bom bunuh diri atau suicide bomber tersebut.
Wakapolda Sumut Brigjen Pol Mardiaz Kusin mengatakan, dalam kasus ini tim gabungan yang terdiri dari Polda Sumatera Utara, Polrestabes Medan, Polres Pelabuhan Belawan, dan jajaran polres lainnya dibantu Tim Densus 88 Mabes Polri.
"Memang ada ditemukan beberapa bukti berupa pipa yang diisi dengan kandungan bahan kimia. Dari Labfor nanti yang bisa menjelaskan isi kandungan itu apa. Kemudian ada anak panah beracun dan juga las," katanya, Kamis (14/11/2019).
Pihaknya terus bekerja intensif untuk mengejar orang-orang yang diduga terkait dengan pelaku.
Sejak Rabu, sudah ada beberapa orang yang diamankan untuk dimintai keterangan mulai dari istri, mertua, dan tetangganya.
Ketika ditanya mengenai peran istri pelaku, Brigjen Pol Mardiaz Kusin mengatakan, berdasarkan interogasi, diketahui bahwa mereka selama ini sudah melakukan pengajian-pengajian eksklusif.
Namun demikian, pihaknya masih melakukan pendalaman terkait motif-motifnya.
"Tentunya masih kita dalami, apakah ada kaitannya antara si istrinya sendiri dengan kejadian bom. Kalau memang pengajian, si istri juga bergabung dengan pelaku," katanya.
Brigjen Pol Mardiaz Kusin menjelaskan, jumlah orang yang diamankan ada belasan orang, terdiri dari orangtua, istri, mertua, kakak pelaku, tetangganya dan statusnya masih saksi.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setelah Bom Bunuh Diri di Medan, Polisi Tangkap 46 Terduga Teroris",