Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUN WIKI

Sejarah Hari Ini, Juru Kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan Meninggal Dunia Direnggut Wedhus Gembel

Sejarah Hari Ini, Juru Kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan Meninggal Dunia Direnggut Wedhus Gembel

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Istimewa
Sejarah Hari Ini, Juru Kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan Meninggal Dunia Direnggut Wedhus Gembel 

Sejarah Hari Ini, Juru Kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan Meninggal Dunia Direnggut Wedhus Gembel

TRIBUN-TIMUR.COM- Masih ingat dengan Mbah Maridjan? Semasa hidupnya, ia menghabiskan waktunya sebagai juru kunci Gunung Merapi.

Momen letusan dan erupsi Gunung Merapi tentu meninggalkan banyak cerita.

Gunung yang berada di Sleman, Magelang, Boyolali, Klaten ini merupakan salah satu gunung paling aktif dengan ketinggian 2.968 meter.

Dilansir dari Tribunnews, salah satu letusan yang diingat adalah pada 26 Oktober 2010. Pada hari itu, erupsi Merapi membawa serta puluhan warga serta juru kunci gunung, Mbah Maridjan.

Menurut pemberitaan Harian Kompas, 26 Oktober 2010, sebelum meletus status Gunung Merapi dinaikkan dari Siaga menjadi Awas.

Kembali Erupsi, Ini Catatan Erupsi Terbesar Gunung Merapi hingga Renggut Nyawa Mbah Marijan
Kembali Erupsi, Ini Catatan Erupsi Terbesar Gunung Merapi hingga Renggut Nyawa Mbah Marijan (Instagram)

Erupsi terakhir, menurut ahli vulkanologi dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Eko Teguh Paripurno, terjadi pada tahun 1930.

Saat itu letusan besar Merapi mengakibatkan tewasnya 1.367 orang. Sejak saat itu, erupsi Merapi cenderung lebih bersifat efusif dengan karateristik aliran lava dan awan panas piroklastik.

Fenomena awan panas ini lazim disebut dengan wedhus gembel.

Adanya peningkatan aktivitas Gunung Merapi ini kemudian membuat 40.000 warga yang tinggal di kawasan rawan bencana III atau dalam radius 10 kilometer dievakuasi.

Mereka berasal dari Selain itu, peningkatan aktivitas Merapi juga ditandai dengan berbagai peristiwa alam.

Warga di Kabupaten Boyolali sebelumnya melihat belasan ekor kera dan burung turun dari hutan ke kebun-kebun penduduk.

Selain itu, warga di Dusun Karangbutan, Desa Sidorejo, Klaten merasakan adanya peningkatan suhu udara.

Meski status Merapi ditingkatkan, namun juru kunci Merapi, Mbah Marijan tetap beraktivitas seperti biasanya.

Mbah Marijan saat itu mengaku masih kerasan tinggal di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan Sleman yang berjarak sekitar empat kilometer dari puncak Merapi.

Letusan Merapi

Peserta Family Gathering Saribattang Pertamina MOR VII Sulawesi berkesempatan berkunjung ke Makam Mbah Marijan, Juru Kunci Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta, Sabtu (11/2/2018).
Peserta Family Gathering Saribattang Pertamina MOR VII Sulawesi berkesempatan berkunjung ke Makam Mbah Marijan, Juru Kunci Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta, Sabtu (11/2/2018). (FADHLY)

Setelah menunjukkan berbagai aktivitas, Gunung Merapi akhirnya erupsi pada Selasa petang 2010 pukul 18.10, 18.15, dan 18.25 WIB.

Peristiwa ini kemudian diikuti oleh hujan abu yang membuat warga di sekitar lereng Merapi, terutama di Kabupaten Magelang dan Klaten, panik dan bergegas mengungsi.

Bahkan warga yang sebelumnya enggan mengungsi, berbondong-bondong mendatangi tempat pengungsian pada malam harinya.

Padahal sebelumnya, hanya sekitar 80 orang dari 5.000 warga yang seharusnya mengungsi dari empat desa di Kemalang.

Harian Kompas, 27 Oktober 2010 menyebutkan, erupsi ini lebih besar dibanding peristiwa serupa pada tahun 2006.

Sebab, energi yang keluar lebih besar. Selain itu, alur guguran material Gunung Merapi terus meluas dan menyebar dengan arah guguran menuju ke Magelang, terutama ke Kali Senowo dan Kali Lamat.

Akibat kejadian ini, sebanyak 32 orang meninggal termasuk Mbah Maridjan dan wartawan Vivanews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho.

Juru kunci Merapi tersebut ditemukan tewas di rumahnya yang merupakan dusun tertinggi dari puncak Merapi.

Sebelum erupsi, Juru kunci Merapi yang dilantik Maret 1983 oleh Sultan Hamengku Buwono (HB) IX tersebut sempat menemui utusan Ketua PB NU Hasyim Muzadi yang ingin berkunjung Rabu pagi.

Jenazah 30 korban ditemukan di Dusun Kinahrejo, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, sedangkan satu korban lain meninggal setelah dievakuasi di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta.

Tak hanya sekali, erupsi dan banjir lahar dingin yang terjadi di Merapi pada bulan Oktober hingga November 2010 menyebabkan hilangnya nyawa 151 orang.

Angka pengungsi juga naik menjadi 320.090 jiwa. Rentetan erupsi Merapi juga menyebabkan 291 rumah rusak dan satu tanggul di Desa Ngepos jebol akibat luapan lahar dingin.

Letusan freatik terjadi pada Gunung Merapi, Jumat (11/5/2018) pagi.

Tinggi kolom abunya mencapai 5.500 meter dan masyarakat diminta untuk menjauhi radius 5 km dari puncak.

Akun Twitter Info Mitigasi menjelaskan bahwa letusan freatik biasa terjadi pada gunung berapi, meskipun statusnya normal.

Letusan freatik terjadi karena air yang meresap dari puncak kawah menyentuh magma.

Panas magma akan mengubah air menjadi uap dan ketika tekanannya sudah tidak dapat dibendung, maka akan meletus yang disebut letusan freatik.

Saat meledak, magma tidak akan ikut ke luar karena hanya sebagai sumber panas.

Letusan freatik akan mengeluarkan uap air yang banyak disertai material padat seperti kerikil, abu vulkanik dan pasir.

Letusan freatik ini tidak bisa diprediksi, seperti yang terjadi di Merapi pagi ini.

Ledakan dari letusan ini agak lemah dan banyak piroklastik di dekat area erupsi, sehingga tidak berbahaya.

Berbeda dengan letusan magmatik di mana sumber letusannya berasal dari magma di perut bumi.

Lava akan ke luar dari celah kubah gunung dan letusannya bisa berulang-ulang serta dahsyat.

Kondisi Makam Mbah Marijan

Peserta Family Gathering Saribattang Pertamina MOR VII Sulawesi berkesempatan berkunjung ke Makam Mbah Marijan, Juru Kunci Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta, Sabtu (11/2/2018).
Peserta Family Gathering Saribattang Pertamina MOR VII Sulawesi berkesempatan berkunjung ke Makam Mbah Marijan, Juru Kunci Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta, Sabtu (11/2/2018). (FADHLY)

Beberapa waktu lalu, peserta Family Gathering Saribattang Pertamina MOR VII Sulawesi berkesempatan berkunjung ke Makam Mbah Marijan, Juru Kunci Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta.

Tepatnya, pada Sabtu (11/2/2018) lalu.

Beruntungnya, peserta bertemu dengan istri Mbah Marijan, Mbah Putri usia sekitar 80 tahun.

Ia agak pendiam, sesekali menjawab pertanyaan pengunjung rumahnya.

Tour Guide Gunung Merapi dari komunitas Jeep 86, Bagas menuturkan, makam ini cukup terkenal karena Mbah Marijan sendiri dikenal sebagai guru kunci Gunung Merapi yang tewas akibat letusan pada tahun 2010.

"Dulunya ia bertempat tinggal di Dusun Kinahrejo, dusun yang berada di sebelah barat Bunker Kaliadem," katanya.

Meskipun hanya makam biasa, namun hingga kini banyak wisatawan berkunjung ke sana, baik untuk berziarah, maupun sekedar ingin mengetahui kisah Mbah Marijam selama menjadi juru kunci Merapi.

Selain makam, beberapa foto yang diabadikan dibingkai, dipajang di dinding, terlihat mobil yang terkena awan panas, hingga beberapa prabot yang meleleh karena panas debu vulkanik.

Ucapan Mbah Marijan

Berbicara soal Gunung Merapi memang tidak bisa dilepaskan dari sosok sang juru kunci, yaitu almarhum Mbah Marijan.

Mbah Marijan memang merupakan sosok yang setia terhadap Gunung Merapi.

Bahkan, dia juga meninggal dunia saat gunung tersebut meletus beberapa tahun silam.

Baru-baru ini, beredar sebuah video lawas tentang Mbah Marijan.

Video tersebut diunggah oleh akun Instagram @inshomniyah, Jumat (11/5/2018).

Dalam video itu terdapat sosok Mbah Marijan sedang menyampaikan sesuatu.

Tepatnya, tentang pengerukan sumber daya alam berupa pasir di Gunung Merapi.

Saat itu, Mbah Marijan menyampaikan tentang maraknya eksploitasi terhadap alam di Gunung Merapi.

Menurutnya, memanfaatkan sumber daya alam di Gunung Merapi boleh saja.

Namun, hal itu tidak boleh dilakukan secara sembarangan, misalnya menggunakan backhoe atau alat berat.

Jika hal itu dilakukan, makan akan menimbulkan dampak buruk.

"Bupati Sleman, karo Bupati Klaten, Magelang, Boyolali, kuwi papat kuwi nek isok kudu mikir, nek ora isok mikir bakal diwenehi menyang barang panas (Bupati Sleman, Klaten, Magelang, dan Boyolali, empat tadi harus bisa bisa mikir, kalau tidak bisa mikir, bakal diberi pasir sekaligus awan panas oleh Merapi,"ucap Mbah Marijan.

"Sedikit teringat tentang wasiat Alm. Mas Penewu Surakso Hargo atau lebih dikenal dengan nama Mbah Marijan tentang eksploitasi pasir habis-habisan di areal sekitaran Merapi.

Silahkan mengambil pasir namun ambilah sewajarnya, jangan mengeksploitasinya. Lima belas tahun terakhir, monster-monster raksasa bernama backhoe memang menyerbu kawasan lereng Merapi, menghisap sampai habis pasir dan hanya menyisakan lubang-lubang raksasa tak produktif. Miris...

Ibu bumi wis maringi, ibu bumi dilarani, ibu bumi kang ngadili. Video by Jogja Archive," tulis akun tersebut.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved