Puang Makka Sebut Santri Sedang Hadapi Tantangan Baru di Revolusi Industri 4.0
Puang Makka, sapaan, menjadi salah satu pembicara dalam dialog yang membahas topik Kiprah Santri untuk Perdamaian Dunia.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Santri maupun pondok pesantren tanah air dinilai memiliki tantangan baru dalam era revolusi industri 4.0 saat ini.
Santri dinilai mesti memiliki keterbukaan dan ikut menyesuaikan terhadap tuntutan zaman agar bisa bersaing dengan bangsa lain.
Babak Pertama PSM Vs Persija Berakhir, Skornya?
Dinsos Luwu Timur Jemput 12 Pengungsi Wamena Asal Mangkutana di Belopa
Dialogi Santri Sulsel Bahas Kiprah untuk Perdamaian Dunia
Ini Pidato Lengkap Jokowi dalam Pelantikan Presiden & Wakil Presiden 2019-2024: Ditutup Bahasa Bugis
Lima Finalis Duta Pangan Luwu Utara 2019 Lolos, Ini Nama-namanya
Hal itu disampaikan oleh Habib Syekh Sayyid Abdur Rahim Assegaf dalam Dialog Santri di Makassar, Minggu (20/10/2019) soren.
Puang Makka, sapaan, menjadi salah satu pembicara dalam dialog yang membahas topik Kiprah Santri untuk Perdamaian Dunia.
"Sepuluh tahun mendatang, pada 2030, banyak tantangan yang akan dihadapi oleh para santri dan pondok pesantren," katanya di Warkop Kopi Batas, Jl Syekh Yusuf, Makassar.
Puang Makka memberi peringatan, bahwa para santri bisa jadi hanya penonton dan kehidupan sosial mendatang apabila tidak melakukan inovasi dalam era global.
"Kalian akan jadi penonton kalau anak-anakku tidak siap. Mohon maaf, orang-orang sudah terbuka saat ini," bebernya.
Ia mencontohkan, salah satu tantangan zaman saat ini yakni kemampuan berbahasa Inggris. Era revolusi industri 4.0 kini mewajibkan generasi memiliki skill kemampuan berbahasa Inggris.
Untuk itu, katanya, santri-santri maupun pondok pesantren mesti meningkatkan kualitas diri ke depan.
"Ini satu contoh kecil, kalau tidak ditangani denga baik, anak-anak kita hanya jadi tukang potong kambing, ataupun tukang azan di masjid," bebernya.
Puang Makka menuturkan, jika generasi yang diperkirakan mendominasi pada tahun 2030 adalah orang-orang yang berusia 30 hingga 40 tahun kelak.
Generasi tersebut, katanya, yang lahir pada tahun 1980 hingga 1990-an.
"Kualitas anak-anak kita mesti dikembangkan sesuai tuntutan zaman. Jadi ini saya harapkan satu pemikiran untuk kita semua," bebernya.
"Kita berharap agar pondok pesantren senantiasa dipikirkan, mesti dikembangkan inovasi. Bagaimana kekuatan pondok pesantren menerima energi masa depan," tandasnya.

Diketahui, dalam dialog santri tersebut, juga menghadirkan sejumlah pembicara lain.