Dialogi Santri Sulsel Bahas Kiprah untuk Perdamaian Dunia
Dialog tersebut membahas topik tentang Kiprah Santri untuk Perdamaian Dunia. Sejumlah pembicara santri hadir sebagai pembicara.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - PW Forum Santi Nasional bersama GP Ansor Sulawesi Selatan menggelar dialog Santri di Warkop Koba, Makassar, Minggu (20/10/2019) sore.
Dialog tersebut membahas topik tentang Kiprah Santri untuk Perdamaian Dunia. Sejumlah pembicara santri hadir sebagai pembicara.
Ini Pidato Lengkap Jokowi dalam Pelantikan Presiden & Wakil Presiden 2019-2024: Ditutup Bahasa Bugis
Lima Finalis Duta Pangan Luwu Utara 2019 Lolos, Ini Nama-namanya
Diintimidasi, Mahasiswa UNM Tetap Unjuk Rasa Saat Pelantikan Jokowi
Indah Berharap Desa di Lutra Keluar dari Rawan Pangan
Hidupkan Geliat Menulis, BEM STIA Algazali Barru Gelar Warkhsop Karya Tulis Ilmiah
Pimpinan PP AN Nadhlah, Dr KH Afifuddin Harisah menuturkan, santri kini menghadapi tantangan dalam konteks global.
Menurutnya, banyak lembaga menamakan diri sebagai pesantren belakangan ini. Namun lembaga itu dinilai memiliki banyak kepentingan.
KH Afifuddin Harisah menyebut kemunculan fenomena-fenomena pesantren itu menjadi tema-tema yang diributkan sejumah kalangan, utamanya di sosial media.
"Sejatinya santri itu yang tafakur fiddin. Orang-orang yang dikhususkan oleh Allah masuki dunia tafakur fiddin," katanya.
Menurutnya, santri itu tidak hanya sebatas tampilan semata. Akan tetapi santri mesti melakukan tafakur fiddin.
"Slogan-slogan yang hanya menarik orang yang bahayakan kedamaian. Akibatkan jadi provokasi kedamaian," bebernya.
"Oleh karena itu, kalau ingin jadikan santri jadi agen perdamaian dunia," bebernya.
KH Afifuddin Harisah juga mengingatkan empat ajaran sebagai ciri santri Nakhdatul Ulama. Antara lain kejujuran, Al amanah atau menepati janji, istiqamah, serta Al-'Adl atau keadilan.
Sementara itu AS Kambie yang merupakan santri jebolan DDI Mangkoso' menuturkan kontribusi santri hingga berdirinya Indonesia dari penjajahan Belanda.

Kambie menyebut, jika pemberontakan terhadap penjajah Belanda banyak dilakukan oleh santri dan ulama-ulama dahulu.
"Kurikulum pesantren yang melahirkan ulama, siap berjuang bahkan mati Sahid hingga Indonesia merdeka," katanya.
"Karena kurikulum pesantren lahirkan imam Bonjol, Arung Palakka, Sultan Hasanuddin, karena perjuangan pondok pesantren," bebernya. (*)
Laporan Wartawan Tribun Gowa @bungari95
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur: