Kementan-Bappenas Siap Wujudkan Pertanian Berkelanjutan
Salah satu alasanya karena komoditas beras berkelanjutan menjadi topik yang menarik untuk dijadikan platform pembangunan pertanian ke depan.
TRIBUN-TIMUR.COM - Kementerian Pertanian bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, bertekad mewujudkan pola pengembangan pertanian berkelanjutan.
Salah satu alasanya karena komoditas beras berkelanjutan menjadi topik yang menarik untuk dijadikan platform pembangunan pertanian ke depan.
Kepala Seksi Intensifikasi Padi Irigasi dan Rawa Direktorat Serelia, Ike Widyaningrum mengatakan, banyak program yang dilaksanakan di Kementan guna mendukung praktek-praktek pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Berikut Link Live Streaming PSM vs Persija Jakarta, Bisa Ditonton Lewat HP
Kenalkan Wury Estu Handayani Istri Wapres Maruf Amin Ibu Negara RI 02, Gini Awal Ketemunya
Lirik Lagu Kamu Berhak Bahagia Sarwendah & Betrand Peto yang Trending di YouTube
“Intansi kami telah melaksanakan program-program seperti Unit Pengolah Pupuk Organik, budidaya padi bebas residu, desa pertanian organik, dan demfarm budidaya tanaman sehat," ujar Ike di Jakarta, Minggu (20/10/2019).
Ike menyebutkan seperti program UPPO itu ada 3 ribu unit hampir di semua provinsi, kemudian kegiatan Budidaya Padi Bebas Residu seluas 60 ribu hektar di 9 provinsi, Desa pertanian organik di 651 desa, serta demfarm budidaya tanaman sehat seluas 100 ribu hektar di 20 provinsi.
Ada juga tumpangsari tanaman yang ditargetkan seluas 1 juta hektar untuk padi, jagung dan kedelai.
Ike menambahkan program ini dapat mendukung kehidupan di bawah tanah karena hubungan mutualisme antara biota tanah.
Selain itu mendapatkan keuntungan ganda dari pertanaman yang ditumpangsarikan.
"Kesemua program tersebut mengarah pada praktek budidaya pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Anang Noegroho mengatakan, konsep budidaya beras berkelanjutan sangat diperlukan mengingat tren permintaan beras ke depan adalah menurunnya konsumsi beras perkapita.
Namun demikian kebutuhan beras nasional tetap meningkat karena pertumbuhan penduduk masih positif dan usia harapan hidup meningkat.
Lirik ‘Kamu yang Terbaik’ Lagu Terbaru Raffi Ahmad, Hadiah Pernikahannya bersama Nagita Slavina
Prediksi Susunan Pemain PSM vs Persija Jakarta, Juku Eja Tanpa Abdul Rahman dan Hasim Kipuw
Dilaporkan Medina Zein, Ini Deretan Sumber Kekayaan Irwansyah Selain Sebagai Artis
"Selain itu, tantangan pemenuhan kebutuhan beras tidak hanya dari sisi ketersediannya saja, tetapi sekarang ini juga dibutuhkan beras dengan kandungan gizi yang baik atau kaya dengan vitamin, atau yang dikenal dengan beras biofortifikasi, utamanya untuk wilayah-wilayah di Indonesia yang terindikasi mengalami gejala stunting," Anang dalam acara diskusi pembangunan perberasan berkelanjutan melalui Sustainable Rice Platform (SRP) di kantor Bappenas, Rabu (16/10) lalu.
Karena itu, Anang berharap diskusi tentang Sustainable Rice Platform ini bisa membahas kelanjutan inisiasi menuju SRP Indonesia dan mendapatkan informasi tentang arah kebijakan beras berkelanjutan. Selain itu memberikan gambaran perkembangan SRP di tingkat global dan nasional.
"Dan juga penting mendiskusikan rumusan tindak lanjut dalam mengembangkan beras berkelanjutan di Indonesia," ujarnya.
Di tempat yang sama, Suhartini dari Balai Besar Penelitian Padi Kementan menyebutkan, instansinya telah meluncurkan varietas Inpari 46 Nutri Zinc sebagai upaya meningkatkan nilai gizi sekaligus untuk mengatasi kekurangan zat besi pada msyarakat.