Tujuh Startup Makassar Ikut Kompetisi National Pitch Up Digital Valley
National Pitch Up Digital Valley ini merupakan National Pitch Up Digital Valley yang ke-2 setelah sebelumnya terselenggara
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Digital Valley menggelar kegiatan kompetisi pitching atau presentasi ide bisnis bertajuk National Pitch Up, di Makassar Digital Valley, Jl AP Pettarani No 13, Makassar, Kamis (17/10/2019).
National Pitch Up Digital Valley ini merupakan National Pitch Up Digital Valley yang ke-2 setelah sebelumnya terselenggara sebelumnya pada 22 Juli 2019 di Bandung Digital Valley.
Peserta National Pitch Up Digital Valley ini berasal dari startup yang berhasil lolos melewati kompetisi pitching lokal di masing-masing Digital Valley.
Baca: Digarap Sejak 2008, Curhat Tara Basro Digantung, Berikut 7 Fakta Film Perempuan Tanah Jahanam
Bandung Digital Valley melalui Pitch Up sebanyak 3 startup, Jogja Digital Valley melalui Local Pitch sebanyak 2 startup, dan Makassar Digital Valley melalui Bizpitch sebanyak 7 startup.
Adapun startup yang berhasil lolos mewakili Makassar Digital Valley sebanyak yakni Kapcake, Gotukang, Vedit, Teman Diet, iPorter, Appotek dan Greenscope.
Dalam penyelenggaraan National Pitch Up Digital Valley ini, setiap startup melakukan pitching di masing-masing Digital Valley dengan durasi waktu 3 menit di hadapan para judges melalui video confrence.
Baca: Usai Libas Arema dengan Skor 6-2, Darije Minta Pemain Konsisten dan Lapar Kemenangan
Judges yang memberikan feedback kepada para startup yakni Manager Incubation Management of PT Telkom Indonesia Johannes Adi Purnama Putra, dan Direktur Eksekutif Digital Valley Dibya Pradana.
“Menjadi tuan rumah di National Pitch Up Digital Valley kali ini diharapkan startup yang mewakili Makassar Digital Valley bisa mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang menjadi bekal dalam mengembangkan bisnis ke depannya," kata General Manager Makassar Digital Valley S Ariyani.
Startup yang berhasil lolos akan mendapatkan rekomendasi mengikuti jalur Incidental Intake Indigo Creative Nation.
Baca: Hebat, Perusahaan Asal Makassar Ini Raih Penghargaan BPKN RI, Saingannya Level Nasional
Susul GoJek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, OVO Jadi Unicorn Kelima Indonesia, Profil Startup
Susul GoJek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, OVO jadi unicorn kelima Indonesia, profil startup.
Indonesia telah memiliki 5 perusahaan rintisan (startup) yang menyandang gelar "unicorn".
Unicorn adalah julukan yang diberikan kepada startup yang telah memiliki nilai valuasi di atas 1 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 14,1 triliun.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara sebelumnya menargetkan bakal ada 5 startup asal Indonesia yang menyandang gelar unicorn sebelum akhir 2019.
Kini, target itu nampaknya tercapai berkat OVO yang disebutnya telah menyandang gelar unicorn kelima Indonesia.
Menyusul GoJek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Simak profil startup unicorn di Indonesia dirangkum KompasTekno dari "The Global Unicorn Club", yang dirilis lembaga riset AS, CBInsight, Senin (7/10/2019):
Baca: Minyak Goreng Curah Dilarang, Disebut Berbahaya Bagi Kesehatan hingga Bekas Ambil dari Selokan?
Baca: Mayat Dalam Karung Ternyata Istri Siri Anggota TNI, Kenapa Sersan Novri Serahkan Diri ke Kodim?
Baca: Pengumuman CPNS Oktober 2019, Pendaftaran di sscasn.bkn.go.id November, Seleksi Desember, Cek Jadwal
1. GoJek

GoJek dirintis oleh Nadiem Makariem pada tahun 2010 silam.
Perusahaan yang bernaung di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa ini merupakan startup asal Indonesia pertama yang menyabet gelar unicorn.
Gelar ini didapat setelah GoJek menerima kucuran dana sekitar 550 juta dollar AS (Rp 7,2 triliun) dari sejumlah investor pada Agustus 2016 lalu, seperti Formation Group, Sequoia Capital India, hingga Warburg Pincus.
Perusahaan yang awalnya fokus di bidang transportasi ini (GoRide dan GoCar) sekarang memiliki aneka layanan yang bertujuan untuk mempermudah aktivitas masyarakat, seperti GoFood, GoSend, GoMassage, dan lain sebagainya.
GoJek pun sudah melebarkan sayapnya ke luar Indonesia, seperti Singapura, Vietnam (dengan nama Go-Viet), dan Thailand (dengan nama Get!).
Kini, GoJek sudah menyandang gelar "Decacorn", sebutan bagi startup yang memiliki nilai valuasi di atas 10 miliar dollar AS, dengan valuasi GoJek saat ini tercatat tepat di angka tersebut, sekitar Rp 141 triliun.
2. Tokopedia

Perusahaan rintisan yang fokus di bidang e-commerce online-to-offline (O2O), Tokopedia, menjadi startup Unicorn kedua asal Indonesia setelah Gojek.
Perusahaan yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada tahun 2009 ini menyabet gelar Unicorn setelah mendapatkan pendanaan dari Alibaba Group sebesar 1,1 miliar AS pada tahun 2017 lalu.
Tokopedia memiliki misi "pemerataan ekonomi secara digital" dan kini diklaim telah memiliki lebih dari 90 juta pengguna aktif per bulan dan 6,4 juta penjual.
Tokopedia pun memiliki sekitar 150 juta produk, 33 produk digital, dan 50 sistem pembayaran bagi para penggunanya.
Kini, valuasi Tokopedia tercatat di angka 7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 99 triliun.
3. Traveloka

Traveloka didirikan oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert Zhang pada tahun 2012.
Perusahaan rintisan yang fokus di bidang travel dan pemesanan hotel ini diklaim merupakan startup travel Asia Tenggara pertama yang menyandang gelar Unicorn.
Hal itu diraih setelah Traveloka mendapatkan kucuran dana 350 juta dollar AS dari perusahaan di bidang yang sama, Expedia, pada Juli 2017 lalu.
Saat ini Traveloka memiliki sejumlah produk yang dapat melayani kebutuhan end-to-end para pelancong Tanah Air, mulai dari tiket pesawat, kereta api, bus, sewa mobil, hotel, kuliner, tiket bioskop, hingga kecantikan.
Layanan yang disediakan Traveloka sendiri bisa dinikmati di Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Berdasarkan data CBInsight, saat ini Traveloka memiliki angka valuasi sebesar 2 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 28 triliun.
4. Bukalapak

Di tempat keempat ada Bukalapak, perusahaan rintisan di bidang e-commerce yang didirikan oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid pada awal tahun 2010 silam.
Bukalapak mendapatkan gelar Unicorn setelah mendapatkan kucuran dana dari beberapa grup investor besar, salah satunya adalah Emtek Grup dan 500 Startups.
Yang terbaru, Bukalapak baru saja mendapatkan suntikan dana dari perusahaan asal Korea Selatan, Shinhan GIB.
Meski tidak disebutkan jumlahnya, masuknya pendanaan ini membuat valuasi perusahaan diklaim menjadi lebih dari 2,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 35 triliun.
Dalam sebuah video, Bukalapak mengklaim sudah memproses ratusan juta transaksi dengan dari jutaan pelapak yang ada di platformnya.
5. OVO

Menkominfo Rudiantara, pada ajang Siberkreasi 2019 yang digelar pekan lalu, menyebut bahwa OVO sudah menjadi Unicorn asal Indonesia yang baru setelah empat perusahaan yang tadi disebutkan.
“Saya sudah bicara dengan founder-nya, dan memang iya (sudah jadi unicorn). Makanya saya berani bicara setelah saya konfirmasi,” ujar Rudiantara seperti diwartakan sebelumnya.
OVO, penyedia layanan pembayaran elektronik besutan Grup Lippo, ditaksir memiliki valuasi sebesar 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 41 triliun oleh firma analis perusahaan CB Insight.
Angka tersebut, menurut CB Insight, sudah dicapai sejak 14 Maret 2018.
OVO sendiri merupakan layanan dompet digital yang menawarkan kemudahan bertransaksi di sejumlah mitranya.
Platform ini juga bisa digunakan untuk pembayaran aplikasi Grab.
Unicorn Berikutnya

Selain lima startup yang telah disebutkan, ada satu perusahaan rintisan lagi yang berpotensi untuk menyabet gelar unicorn sebelum akhir 2019.
Hal itu sempat disinggung oleh Rudiantara dalam momen Siberkreasi 2019.
"Saya berharap justru target kelima itu melebihi karena sebetulnya ada lagi yang berpotensi sebelum akhir tahun ini jadi unicorn. Sekarang, transaksinya sedang berjalan," kata Rudiantara, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Antara.
Tidak disebutkan startup apa yang bakal menyabet gelar unicorn tersebut.
Namun, Rudiantara secara implisit menyebut bahwa perusahaan rintisan tersebut fokus di bidang pendidikan atau kesehatan.
"Bagaimana pun, secara logika, 20 persen APBN pemerintah untuk pendidikan, lima persen untuk kesehatan. Jadi, masa sih tidak ada unicorn dari sektor itu," imbuhnya.
(Kompas.com/Bill Clinten)