Citizen Reporter
Kisah Tiffany, Aktivis Pecinta Hewan Rela Sisihkan Beasiswa untuk Operasi Kucing Jalanan
Kisah Tiffany, Aktivis Pecinta Hewan Rela Sisihkan Beasiswa untuk Operasi Kucing Jalanan
Penulis: CitizenReporter | Editor: Suryana Anas
Kisah Tiffany, Aktivis Pecinta Hewan Rela Sisihkan Beasiswa untuk Operasi Kucing Jalanan
Namanya Tiffany Maria Pasaka, perempuan kelahiran Toraja 24 tahun silam. Ia kini menempuh pendidikan akhir di salah satu universitas negeri yang ada di kota Makassar.
Ia terbilang cukup aktif diberbagai kegiatan kemanusiaan, beliau kerap kali menjadi relawan di daerah-daerah yang tengah didera bencana alam dan tak sedikit pula memberi kontribusi bagi penyelamatan lingkungan hidup.
Namun dibandingkan pengabdiannya pada kemanusian, saya jauh lebih tergugah akan kecintaannya pada binatang, khususnya pada anjing dan kucing jalanan.
Bisa dibilang ini adalah aktivis hewan yang kegiatan rutinnya memberi makan dan melakukan penyelamatan pada makhluk lucu tersebut. Baik yang terluka, kelaparan, mengalami kecelakaan maupun yang telah diterlantarkan oleh pemiliknya.
Saat saya tanya mengapa ia melakukan hal tersebut, dengan tenang beliau menjawab. Saya hanya memposisikan diri saya sebagai mereka. Ketika kelaparan, terluka dan butuh kasih sayang, saya pikir kepedulian adalah yang terpenting.
Dalam hati saya membenarkan hal tersebut, dan bertanya sedikit lebih jauh tentang asal muasal aktivitas rescue nya.
Tifannysapaan akrab perempuan inimenuturkan, sebenarnya semua bermula saat beliau menemukan seekor kucing jalanan di depan rumah sang nenek. Kucing dengan tubuh ringkih, wajah kumal serta tatapan minta dikasihani adalah titik awal mengapa ia merelakan sebagian besar waktunya untuk menjadi seorang aktivis hewan jalanan pada tahun 2016 lalu.
Namun selayaknya manusia pada hakikatnya, sebaik apapun perbuatan yang kita lakukan pasti selalu saja ada sebagian kecil yang tak suka.
Tiffany pun merasakan hal yang demikian, orang-orang cendrung memandang perbuatannya sebagai sebuah kebaikan yang sia-sia, sebab terkadang hewan-hewan yang coba diselamatkannya tersebut sudah kritis dan diambang kematian.
Terlebih saat ia mulai melakukan open donasi, bukannya menyumbang, teman-teman gadis itu malah berlomba memberi komentar miring.
Tak Jarang mendapat cibiran, kometar sinis dari lingkungan yang mengatakan kalau saya itu sok baik, bukannya menolong manusia malah menolong hewan-hewan jalanan yang sudah kotor, dekil dan kadang membuat masalah,” tuturnya sendu, sukses membuat saya tertegun.
Beliau melanjutkan, selain mendapat cibiran tantangan lain yang menghadang bersumber dari finansial. Berangkat dari keluarga sederhana ditambah fakta bahwa dirinya adalah mahasiswi tingkat akhir membuat Tiffany harus memeras otak agar mampu membagi keuangan pada dua sisi yang berbeda.
Di satu sisi, biaya pendidikan untuk mahasisiwi akhir tidaklah murah, ditambah biaya pengobatan dan operasi bagi kucing-kucing jalanan yang terluka pun tidaklah sedikit.
Pernah suatu waktu beliau menemukan seekor kitten yang baru saja tertabrak mobil. Dengan luka menganga di sekujur tubuh, pinggul yang patah serta rahang yang bergeser sontak saja membuat Tiffany tergugah untuk membawa hewan kecil tersebut ke paramedis, amat berani dan spontan padahal uang di kantongnya saat itu hanya sepuluh ribu rupiah.