Jenderal Gatot Nilai Terlalu Dini Sebut Penusuk Wiranto Anggota Jaringan Tertentu 'Nanti Jadi Hoaks'
Jenderal Gatot Nilai Terlalu Dini Sebut Penusuk Wiranto Anggota Jaringan Tertentu 'Nanti Jadi Hoaks'
- Jenderal Gatot Nurmantyo Nilai Terlalu Dini Sebut Penusuk Wiranto Anggota Jaringan Tertentu ' Nanti Jadi hoaks '
TRIBUN-TIMUR.COM - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo ikut angkat bicara terkait kasus penusukan yang menimpa Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto
Terakit kasus tersebut, Gatot Nurmantyo memberi peringatan kepada masyarakat agar tak terburu-buru dalam menyimpulkan
Dilansir dari Komaps.com dalam artikel 'Kasus Penusukan Wiranto, Gatot Nurmantyo Imbau Masyarakat Tak Buru-buru Berspekulasi', Gatot Nurmantyo juga berpesan untuk menunggu keterangan resmi dari pihak yang berwajib
"Sekarang kan masih penyelidikan.
Kita tunggu saja pernyataan resmi dari pihak berwajib.
Bisa dari Kapolri atau dari Kemenkopolhukam," kata Gatot di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (12/10/2019).
Baca: Daftar 8 Orang yang Terancam Dapat Petaka Usai Postingan Terkait Wiranto, Artis hingga Istri Tentara

Menurut Gatot, dugaan adanya jaringan tertentu yang terlibat dalam peristiwa di Pandeglang, Banten itu masih terlalu dini untuk disimpulkan.
Ia berharap kasus itu tidak dipersepsikan terlalu jauh agar tidak mempersepsikan buruk pihak tertentu.
"Jangan persepsikan yang lain-lain.
Nanti bisa jadi hoaks. Yang baik jadi salah. Yang salah bisa jadi baik," ucapnya.
Gatot menilai, peristiwa penusukan menjadi sebuah masalah yang harus diselesaikan.
Prosesnya itu membutuhkan waktu, apalagi yang mengalami Wiranto selaku menkopolhukam.
Banyak aspek yang perlu didalami.
"Jadi sabar tunggu hasilnya," ujar Gatot.
Gatot sendiri mengaku sudah ingin menjenguk Wiranto pada kesempatan pertama tetapi belum bisa.
Dia berencana menjadwalkan kembali untuk menjenguk setelah mengisi kegiatan ceramah kebangsaan 58 tahun Pramuka di Pangkal Pinang.

Dalam kegiatan Pramuka itu Gatot mengingatkan masyarakat agar bijak bermedia sosial.
Selain Gatot Nurmantyo, peneliti terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib juga sempat menyampaikan pendapatnya
Sebelumnya, Ridlwan membeberkan analisisnya terkait kasus penusukan yang terjadi di pintu gerbang Lapangan Alun-alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019)
Dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'Analisis Peneliti Terorisme: Dari Teknik Pelaku Pegang Senjata, Penusuk Wiranto Orang Terlatih', Ridlwan mengungkap dugaan alasan pelaku berani menusuk Wiranto
"Pelaku inisial S alias AR secara ideologi menolak Pancasila dan demokrasi, dan Menkopolhukam dianggap sebagai simbol Thaghut atau setan besar yang wajib diperangi," ujar peneliti terorisme UI Ridlwan Habib di Jakarta, Kamis (10/10/2019).
"Mereka berpura-pura sebagai warga masyarakat yang menunggu mobil Menkopolhukam mendekat, jarak pelaku saat menunggu hanya 3 meter dari sasaran, ini kelengahan pihak pengamanan setempat, " lanjut Ridlwan.

Dari berbagai video maupun foto yang beredar di media sosial, tampak dua pelaku memang menunggu mobil Wiranto datang.
Keduanya berdiri tepat di samping Kapolsek.
"Jarak itu memungkinkan pelaku merangsek dari sudut kiri belakang pak Wiranto, sudut itu kosong karena ajudan menghadap ke kanan, " kata Ridlwan yang juga praktisi beladiri KravMaga tersebut.
Dari cara memegang senjata saat dihunjamkan kepada sasarannya, tampak pelaku cukup terlatih.
"Teroris itu memegang senjatanya dengan teknik reverse grip, atau pegangan terbalik yang mengakibatkan daya hunjaman dua kali lebih kuat dari gaya pegang biasa, " ujar alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut.
Ridlwan menilai, informasi kunjungan Wiranto ke desa Menes Pandeglang yang memicu kedua pelaku untuk beraksi.
"Itu jelas tidak spontan, ada niat jahat yang sudah direncanakan, termasuk teknik pelaku menyembunyikan senjata tanpa terdeteksi petugas keamanan setempat, " kata Ridlwan.
Kejadian ini menurutnya merupakan alarm bagi aparat keamanan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan.
"Evaluasi prosedur pengamanan VVIP, cek ulang peta simpatisan atau orang orang yang terpapar faham terorisme, dan segera lakukan pencegahan dini, " kata Ridlwan.
Meski begitu Ridlwan berharap serangan teroris terhadap Menkopolhukam Wiranto tidak menimbulkan kepanikan dan ketakutan di masyarakat.
"Tujuan kelompok-kelompok teroris memang ingin menyebarkan rasa takut, saling curiga bahkan konflik antar warga, ini harus dilawan dengan kekompakan semua elemen bangsa, " katanya.
Kepala BIN Ungkap Motif Penusukan Wiranto
Di sisi lain, Kepala BIN Budi Gunawan mengatakan, motif penikaman terhadap Wiranto oleh jaringan teroris kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) adalah untuk menunjukkan bahwa mereka masih eksis.
Budi G memastikan hal tersebut setelah pihaknya melakukan pemantauan secara intensif terhadap salah satu pelaku penyerangan, Abu Rara.
"Abu Rara sudah kita pantau beberapa kali mulai mengumpulkan pisau.
"Belum pada tahapan bom, tapi pola-pola seperti itu bisa juga dengan pisau senjata," ucap Kepala BIN Budi Gunawan di Gedung Paviliun RSPAD Gatot Subroto, Kamis (10/10/2019) mengutip Warta Kota.
Selain itu, Budi Gunawan meyakini bahwa jaringan Abu Rara turut menyertakan banyak kelompok teroris yang tersebar di Indonesia.
Pasalnya, pelaku kerap berpindah-pindah tempat tinggal serta terdapat kaitannya dengan jaringan teroris yang telah diamankan Densus 88 Antiteror Mabes Polri di Bekasi, Jawa Barat pada, Senin (23/9/2019).
"Ini sudah pasti dari kelompok jaringan JAD, khususnya jaringan JAD Bekasi.
"Dan memang sel-sel seperti ini cukup banyak, sehingga kami mengimbau agar masyarakat tidak ikut dan memantau mengawasi sel-sel seperti ini," jelasnya.
Menurut Budi Gunawan, dari awal sudah disampaikan bahwa BIN sudah mendeteksi kelompok-kelompok JAD.
Termasuk penusuk Wiranto bernama Syahril Alamsyah atau Abu Rara.
Namun, JAD memiliki sistem sel yang masing-masing bergerak sendiri-sendiri.
Sistem inilah yang menjadi kendala aparat memantau keseluruhan pergerakan mereka.
"Karena mereka pergerakannya sistem sel. Sel itu kan titik kecil-kecil, orang per orang," ujar dia.
Budi Gunawan mengatakan, jaringan JAD banyak tumbuh di tengah masyarakat.
Untuk itu, dia berharap masyarakat ikut mengawasi perkembangan jaringan tersebut.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Peringatan Jenderal Gatot Nurmantyo Soal Kasus Penusukan Wiranto, 'Nanti Bisa Jadi Hoax,' Katanya, https://surabaya.tribunnews.com/2019/10/13/peringatan-jenderal-gatot-nurmantyo-soal-kasus-penusukan-wiranto-nanti-bisa-jadi-hoax-katanya?page=all.