Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Wiki

Aktivis 98 Fadjroel Rachman Beberkan Perbedaan Demo 1998 dengan Demo 2019, Ini Katanya, dan Profil

opinion makers Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kampanye pemilihan presiden tahun 2014.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
instagram.com
aktivis 98 Fadjroel Rachman 

Fadjroel merupakan Pelajar Teladan sejak Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas se-Kalimantan Selatan.

Setelah tamat SMA kemudian dia pergi ke pulau Jawa untuk kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Kimia, lalu Manajemen Keuangan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Magister Hukum (Ekonomi) di Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia (lulus dengan predikat Cum Laude).

Fadjroel adalah Doktor Ilmu Komunikasi Pascasarjana FISIP Universitas Indonesia (Komunikasi Politik).

Pada masa Orde Baru, Ia sempat mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan akibat aktivitasnya menentang pemerintahan Jenderal Besar Soeharto dan Rezim Orde Baru semasa menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung.

Fadjroel bersama lima rekannya dipindah-pindah dari penjara satu ke penjara lainnya.

Dari Rumah Tahanan Militer Bakorstanasda Jawa Barat, ia dipindah ke Penjara Kebonwaru, lalu ke Penjara Batu di Pulau Nusakambangan, dan terakhir di Penjara Sukamiskin (tempat Ir. Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia dipenjarakan penjajah Belanda).

Karier Aktivisme

Kecintaan Fadjroel dengan buku-buku dan kelompok diskusi dan debat di kampus mengantarkan pergaulannya dengan sejumlah budayawan dan intelektual seperti almarhum Soebadio Sastrosumitro, Mochtar Lubis, Sarbini Somawinata, Sutan Takdir Alisjahbana dan Soedjatmoko.

Atas usulan Soedjatmoko pula ia terlibat dalam Forum Pemuda Asia Pasifik di Tokyo sampai sekarang.

Pada tahun 1987-1989, tiga tahun setelah kuliah, Fadjroel bersama-sama dengan para aktivis mahasiswa lainnya melakukan advokasi untuk petani di daerah Kacapiring, Batununggal, Kota Bandung dan Badega (Kampung Badega, Desa Cipangramatan, Cikajang, Garut).

Masih pada masa represif Soeharto, ia ditunjuk menjadi komandan lapangan dalam aksi long march sejauh 60 kilometer dari Kampus ITB menuju Cicalengka.

Aksi itu sempat dibubarkan oleh polisi dengan menghujani peserta aksi dengan peluru karet.

Fadjroel bersama kawan-kawannya juga beraksi menolak kedatangan Rudini yang saat itu menjabat sebagai menteri dalam negeri, dan menuntut turunnya Jenderal (purn) Soeharto sebagai Presiden karena kediktatorannya.

Buntutnya Fadjroel bersama lima rekan lainnya ditangkap.

Mereka mendekam di ruang tahanan Bakorstranasda selama satu tahun sebelum akhirnya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved