Kisah Pilu Kakek Arsyad, Banting Stir Jadi Tukang Becak Hingga Jualan Bensin Botolan
Arsyad bersama istrinya terpaksa harus banting stir dari pabecak hingga jualan bensin botolan dengan keuntungan tidak seberapa.
Penulis: Munjiyah Dirga Ghazali | Editor: Ansar
TRIBUNPANGKEP.COM, PANGKAJENE-- Menjadi penjual bensin botolan bukanlah pilihan hidupnya.
Warga asal Pallateang, Kecamatan Pangkajene ini, Muhammad Arsyad (70) terpaksa berjualan bensin botolan karena jasa tukang becak saat ini sudah tidak digunakan lagi.
Arsyad bersama istrinya terpaksa harus banting stir dari pabecak hingga jualan bensin botolan dengan keuntungan tidak seberapa.
Pagi buta, Arsyad mengayuh becaknya ke pompa bensin untuk mengisi 20 botol bensin dengan harga Rp 200 ribu.
IMDI STKIP DDI Pinrang Rekrut Anggota Baru, Apa Syaratnya?
Korem 142 Tatag Dapat Kejutan dari Polda Sulbar, Untuk Apa?
Wabup Pangkep Peletakan Batu Pertama Rumah Kemas Produk Desa Bumdes Mattuju
Bensin-bensin yang dijualnya itu tidak langsung habis. Baru habis empat hari atau sepekan lamanya.
Keuntungannya tidak menentu, kadang setiap hari dia mendapatkan Rp 15 ribu atau paling rendah Rp 10 ribu jika bensin botolan tidak habis hari itu.
Ditemui TribunPangkep.com, Jumat (4/10/2019) Kakek Arsyad sementara rehat karena kelelahan mengayuh becak.
Dia duduk di tepi lapangan Citramas Pangkep sambil melepaskan topinya dan mengibas-ngibaskan ke badannya.
IMDI STKIP DDI Pinrang Rekrut Anggota Baru, Apa Syaratnya?
Korem 142 Tatag Dapat Kejutan dari Polda Sulbar, Untuk Apa?
Wabup Pangkep Peletakan Batu Pertama Rumah Kemas Produk Desa Bumdes Mattuju
Baju dan celananya nampak lusuh terkena paparan sinar matahari.
Di becaknya, ada 2 jerigen bensin yang akan dibawa pulang ke rumah dan dimasukkan ke dalam botol. Satu botol bensin dijualnya Rp 10 ribu.
Kepada TribunPangkep.com, Kakek Arsyad mengaku berjualan bensin karena sudah tidak mampu lagi mengayuh becak ditambah becak sudah tidak ada lagi di Pangkep.
"Dulu saya tukang becak, tetapi sudah tua dan sudah tidak ada lagi, yang mau pakai jasa saya, makanya saya berjualan bensin untuk menyambung hidup," ujarnya.
Tidak ada pilihan lain, kata Kakek Arsyad. Sementara dia harus menghidupi istrinya di rumah.
"Saya mau makan apa kalau tidak bergerak nak, istri saya Mak Boddi (60) masih ada dan kami berdua harus tetap hidup meski makan seadanya," ungkapnya.
Pernah juga Arsyad menahan lapar, jika tidak ada beras dan lauk pauk.