Desa Kelas Pengantin Sehat, Program Cegah Stunting di Mamasa, Ini Kata Prof Razak Thaha
Desa Kelas Pengantin Sehat, Program Cegah Stunting di Mamasa, Ini Kata Prof Razak Thaha
Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Suryana Anas
Jumlah anak stunting di Desa tersebut yang mengalami stunting, dengan pendek dan sangat pendek mencapai 37 orang.
Sementara dari jumlah desa lainnya yang memgalami stunting, prevalensinya di atas 50 persen hingga 90 persen.
Secara keseluruhan prevalensi stunting di Mamasa mencapai 41 persen.
Hal ini berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa tahun 2018-2019.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa, Hajai S Tanga menjelaskan, pada umumnya anak yang mengalami stunting di Mamasa disebabkan kekurangan asupan gizi.
Baik masih dalam kandungan, saat menyusui, hingga usia dua tahun.
Ia menjelakan, ada tiga penyebab langsung dari stunting tersebut, yaitu rendahnya asupan gizi, pola asuh anak, dan penyakit yang diderita.
"Ini yang merupakan penyebab langsung yang spesifik," ungakap Hajai Selasa (23/7/2019 siang tadi.
Sementara penyebab sensitif kata dia adalah minimnya sumber air bersih dan sanitasi yang baik.
Sekaitan dengan asupan gizi, Hajai mengatakan, pihaknya telah melakukan Intervensi.
Mislnya, pemeberian Tablet Tambah Darah (TTD), imunisasi, pemberian makanan tambaham bagi ibu hamil dan bayi.
Namun persoalannya lanjut dia adalah, hanya cakupan pemberian, tetapi penggunanya belum tentu efektif.
"Misalnya, apakah TTD yang diberikan itu, benar-benar diminum atau tidak," terangnya.
Sekaitan dengan penanganan stunting ini, pemerintah telah menetapkan lokus terhadap 27 desa di Kabupaten Mamasa.
Dengan prevalensi 41 persen, Guru Besar Unhas, Prof Dr dr Abdul Razak Thaha MSc SpGK sekligus mewakili Kementerian Kesehatan menegaskan stunting dengan angka 41 persen menjadi ancaman bagi generasi Kabupaten Mamasa.