Menteri Pertanian Berikan 10 Ekor Kambing ke Pesantren Al-Fakhriyah Makassar
Salah satunya adalah Pondok Pesantren Al-Fakhriyah Makassar, Jl Pendidikan, Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya.
Penulis: Wahyu Susanto | Editor: Ansar
"Terkait upaya peningkatan mutu genetik, saya telah minta BBIB Singosari dan BPTUHPT Baturraden untuk dapat menghasilkan bibit-bibit grade A", ucapnya.
"Target kita harus tinggi, sehingga kita harapkan produksi kita tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun juga harus kita genjot untuk ekspor", kata I Ketut Diarmita.
Ia sebutkan bahwa tahun 2018, Indonesia telah melakukan ekspor ternak domba ke Malaysia dan baru-baru ini juga dilakukan ekspor domba Garut ke Uni Emirat Arab (UEA).
Menurutnya, domba hidup juga berpotensi untuk mengambil share market di Brunei Darussalam.
Lebih lanjut I Ketut Diarmita menyampaikan, untuk menggenjot ekspor tersebut, maka harus ada jaminan ketersediaan ternak secara berkelanjutan.
Untuk itu, Kementan mendorong dilakukannya kemitraan antara pelaku usaha (eksportir) dengan peternak domba/kambing yang melibatkan lembaga keuangan (perbankan maupun non perbankan) dalam penyediaan permodalan.
“Penyediaan permodalan bagi peternak dapat melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun dengan pemanfaatan Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL),” kata I Ketut.
Untuk KUR Peternakan, I Ketut Diarmita menyampaikan, tahun 2019 pemerintah telah menargetkan 25,3 Triliun.
"Penyerapan KUR peternakan saat ini terbesar di sektor pertanian, dengan suku bunga 7% peternak dapat memanfaatkan pembiayaan ini sebagai tambahan untuk meningkatkan usahanya", tambahnya.
I Ketut menambahkan, usaha peternakan rakyat di Indonesia saat ini masih bersifat subsisten (sambilan), sehingga harus didorong untuk bergeser kearah profit oriented dengan membuat kandang komunal dan berkelompok.
Sementara itu, Ali Agus selaku Dekan Fakultas Peternakan UGM menyampaikan, spirit koperasi dan korporasi perlu dibangun.
"Koperasi bukan hanya kumpulan orang-orang (peternak), namun koperasi harus memiliki spirit koorporasi yang harus diperkuat", tambahnya.
Menurut Ali Agus, di negara-negara maju seperti Eropa dan Jepang perekonomiannya sangat ditunhang oleh bisnis koperasi atau UMKM-UMKM yang produknya akan dibeli oleh perusahaan besar (swasta).
"Harus ada korporasi untuk melanggengkan usaha contohnya seperti di New Zealand, dimana peternak-peternak tergabung dalam koperasi yang menghasilkan susu dan melakukan kerjasama dengan industri persusuan seperti Fontera.
Selanjutnya Ia katakan bahwa dalam menjalankan usaha juga perlu komitmen dan sungguh-sungguh.
Selain itu, menurutnya peternak harus meningkatkan industri yang kompetitif, dimana harus didukung oleh ketersediaan ternak, lahan untuk mendukung usaha dan sumber daya manusia dengan motivasi kerja yang tinggi, serta pemanfaatan teknologi untuk mempersiapkan industri 4.0.
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @wahyususanto_21