Parlemen Jalanan, Mahasiswa di Majene Akan Boikot Perkuliahan
Parlemen Jalanan, Mahasiswa di Majene Akan Boikot Perkuliahan. Aksi penolakan kebijakan yang dinilai tidak pro rakyat terjadi di berbagai daerah
Penulis: edyatma jawi | Editor: Suryana Anas
"Gerakan mahasiswa itu gerakan moral. Selama ini mahasiswa terlempar jauh dari ruang-ruang rakyat, sehingga yang masif justru gerakan yang diinisiasi oleh NGO (Non Government Organization atau LSM)," terangnya.
"Tentu kita akan melihat apakah tuntutan mahasiswa yang mewakili rakyat ini didengar atau tidak. Jika tidak, itu menandakan pemerintah dibangun atas dasar oligarki kekuasaan yang tidak mempunyai tujuan untuk kesejahteraan rakyat," sambungnya.
Ia menegaskan, kebijakan pemerintah saat ini merupakan upaya membuat rakyat semakin jatuh ke lubang kemiskinan. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak turun ke jalan. (Tribun Majene.com)
Laporan Wartawan Tribun Timur, @edyatmajawi
Mahasiswa Makassar Aksi Bakar Lilin di Pertigaan Pettarani-Alauddin
Puluhan mahasiswa yang menamakan diri 'Front Mahasiswa Makassar Menggugat' menggelar aksi hening dan bakar lilin di pertigaan Jl Sultan Alauddin-Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (24/9/2019) dinihari.
Pantauan di lokasi pukul 01.30 Wita, pengunjukrasa melakukan aksi bakar lilin sambil mengibarkan bendera merah putih.
Aksi itu juga diwarnai dengan pembacaan puisi terkait kondisi negara kebangsaan saat ini.
Yang oleh mahasiswa dianggap tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.
"Aksi bakar lilin dan aksi hening ini sebagai simbol bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak sedang dalam kondisi yang baik-baik saja," kata kordinator lapangan, Kambrin (23).
Menurut aktivis mahasiswa dari Universitas Sawerigading itu, simbol duka yang dimaksud dengan banyaknya kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro kepada masyarakat.
"Kita tetap pada satu grand isu, yaitu terkait kenaikan 100 kali lipat iuran BPJS. Kita bersikap ingin membubarkan BPJS," ujarnya.
Selain itu, tindakan represif petugas keamanan dalam mengawal aksi unjukrasa, kata Kambrin, perlu dievaluasi.
"Tentang represif polisi terhadap kawan-kawan yang melakukan unjuk rasa beberapa pekan terakhir. Kami meminta Kapolri (Jendral Tito Karnavian) mengevaluasi kinerja aparat keamanan dalam pengawalan aksi," paparnya.
Aksi hening dan bakar lilin itu juga, kata Kambrin, merupakan bagian dari pra kondisi aksi yang akan dilangsungkan di gedung DPRD Sulsel, Selasa siang.
Rencana aksi yang dilakukan di DPRD Sulsel, lanjut Kambrin, sekitar pukul 10.00 Wita, atau saat anggota DPRD terpilih melangsungkan pelantikan.