1 Tahun Berlalu, TERUNGKAP Penyebab Jatuhnya Pesawat Lion Air JT610 Tewaskan 189 Penumpang
1 Tahun Berlalu, TERUNGKAP Penyebab Jatuhnya Pesawat Lion Air JT610 Tewaskan 189 Penumpang
1 Tahun Berlalu, TERUNGKAP Penyebab Jatuhnya Pesawat Lion Air JT610 Tewaskan 189 Penumpang
TRIBUN-TIMUR.COM,- Setahun berlalu jatuhnya pesawat Lion Air JT610.
Pada Kamis (8/11/2018) sebanyak empat jenazah korban musibah Lion Air JT610 asal Babel dibawa pulang ke rumah.

Jenazah Rafezza Wijaya (1 tahun 9 bulan), Radika Wijaya (4 tahun), Rio Ananda Pratama (26) dan Eling Sutikno (59) dijemput oleh keluarga masing-masing di Bandara Depati Amir Pangkalpinang.
Selanjutnya dibawa ke rumah duka untuk dilakukan prosesi selanjutnya.
Tampak di Crisis Center Bandara Depati Amir Pangkalpinang sejumlah keluarga menanti kedatangan jenazah.
Satu di antaranya, dr Edwin Bayu selaku Wakil Direktur RSBT Pangkalpinang anak almarhum Eling Sutikno.
Jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 masih menjadi sorotan hingga kini.
Tak hanya terkait penyebab jatuhnya pesawat, masyarakat juga dibuat berduka atas kesedihan yang dirasakan keluarga korban.
Usai ditemukannya blackbox dari pesawat tersebut, baru-baru ini terungkap rekaman percakapan terakhir dari pilot Lion
Air sebelum pesawat jatuh di kawasan perairan Karawang.
Dilansir Tribunstyle.com dari tayangan Redaksi Sore Trans7, beredar rekaman percakapan pilot, Bhavye Suneja dengan Petugas Pengatur Lalu Lintas Penerbangan, ATC Bandara Soekarno Hatta, menjelang jatuhnya pesawat Lion Air.
Dijelaskan dalam tayangan tersebut, pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 06.20 WIB.
Pesawat tersebut naik ke ketinggian 27.000 kaki tanpa ada hambatan.
Setelah 20 menit lepas landas, co-pilot, Harvino meminta sejumlah posisi di sekitar pesawat dipertahankan berkaitan dengan kondisi pesawat.
Saat ditanya oleh ATC ada masalah apa, sang pilot mengaku ada persoalan dengan kendali penerbangan.
ATC yang melihat pesawat turun meminta pesawat Lion untuk naik ke posisi 5000 kaki.
7 menit berselang, ATC memerintahkan pesawat Sriwijaya Air yang tengah melintas untuk menghindar dan memberi ruang kepada Lion Air yang terus melaju tidak stabil.
Pada pukul 06.29 WIB, pilot Lion Air kembali mengungkapkan ada masalah dengan kendali penerbangan dan penerbangan dilakukan secara manual.
Di 10 menit penerbangan pesawat JT610 ini, pilot mengabarkan dalam posisi balik ke Bandara Soekarno Hatta karena ada masalah dengan kendali penerbangan.
Pilot juga mengungkapkan terkait masalah cuaca untuk memperkuat buruknya keadaan penerbangan pada saat itu.
Permintaan tersebut disetujui oleh ATC. Dan di menit ke 11, Pilot Bhavye Suneja tidak bisa memastikan ketinggian pesawat
karena semua petunjuk di kendali penerbangan sama.
Sang pilot pun meminta dipastikan agar tidak ada penerbangan lain di ketinggian 3000 kaki di jalur ke Bandara Soekarno Hatta.
Selang 1 menit kemudian, ATC menanyakan apakah Lion Air siap runway, namun tidak ada balasan.
ATC pun akhirnya menghubungi penerbangan Batik Air 410 untuk melihat posisi Lion Air.
Simak dari menit 14.14 di video berikut ini.
Penyebab
Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) harus merilis laporan investigasi kecelakaan Boeing 737 Max 8 Lion Air penerbangan JT610 pada 29 Oktober 2019, atau satu tahun setelah kecelakaan yang menewaskan 189 penumpang dan kru itu.
The Wall Street Journal mengklaim telah mendapatkan bocoran draft laporan akhir KNKT.
Menurut bocoran dokumen laporan, tim investigasi Indonesia menunjuk faktor desain pesawat dan kesalahan pengawasan yang memegang peranan penting dalam kecelakaan tersebut.
Faktor-faktor lain yang disebut turut berkontribusi adalah hubungan antara pilot error dan kesalahan pemeliharaan pesawat.
Namun detail laporan akhir kecelakaan B737 Max Lion Air penerbangan JT610 di atas masih bisa berubah dan akan dianalisa lebih lanjut.
KNKT menolak berkomentar saat dimintai keterangan soal bocoran ini.
KNKT hanya mengatakan bahwa laporan hasil investigasi kecelakaan Lion Air JT610 akan dirilis pada awal November 2019 mendatang.
Pilot kurang pengalaman?
Sementara KNKT bersiap merilis laporan investigasi kecelakaan Lion Air JT610, The New York Times Magazine juga menerbitkan analisa mereka sendiri pada Rabu (18/9/2019) lalu.
Analisis tersebut dibuat oleh William Langewiesche, jurnalis kawakan yang juga seorang pilot.
Menurut Langewiesche, faktor bisnis penerbangan maskapai LCC membuat pilot yang masih tergolong baru menerbangi rute-rute internasional, sehingga membahayakan nyawa penumpang.
Lion Air, kata Langewiesche, merekrut pilot-pilot yang kurang berpengalaman, lalu membayar murah dan meminta mereka bekerja keras.
Kapten penerbangan JT610 yang jatuh di Laut Jawa pada 29 Oktober 2018 lalu adalah seorang berkebangsaan India berumur 31 tahun, yang disebut terlalu dini menjadi pimpinan penerbangan, dibandingkan dengan maskapai-maskapai lain.
Begitu pesawat Boeing 737 Max bermasalah, kru Lion Air disebut tidak bisa memitigasi kerusakan.
Hal lain yang menunjukkan kurang berpengalamannya pilot Lion Air JT610 adalah saat berkomunikasi dengan ATC, ia disebut tidak tahu berapa ketinggian pesawat.
Kecelakaan B737 Max Ethiopian Airlines ET302 pada 10 Maret 2019 lalu, juga memiliki indikasi kapten pilot yang masih terlalu dini, hanya memiliki 200 jam terbang.
CEO Aero Consulting Experts, Ross Aimer menyatakan bahwa 200 jam terbang itu sangat sedikit, dan jika pilot berada dalam keadaan darurat, bisa menjadi masalah.
"Pesawat yang rumit jika diterbangkan siswa pilot, bakal jadi masalah," kata Aimer. "Bahkan jika yang duduk di kiri (kapten) sudah memiliki banyak pengalaman, jadinya pengalaman yang tidak seimbang, itu juga bisa jadi masalah," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bocoran Dokumen Ungkap Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Lion Air JT610", https://tekno.kompas.com/read/2019/09/24/15551937/bocoran-dokumen-ungkap-faktor-faktor-penyebab-kecelakaan-lion-air-jt610?page=1.