BI Institut dan Kantor Perwakilan Sulsel Luncurkan Buku Sejarah Ekonomi Maritim Makassar
Berjudul " Pusat Ekonomi Maritim Makassar dan Peranan Bank Indonesia di Sulawesi Selatan", Rabu (18/9/2019).
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bank Indonesia Institute bersama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan peluncuran dan bedah buku.
Berjudul " Pusat Ekonomi Maritim Makassar dan Peranan Bank Indonesia di Sulawesi Selatan", Rabu (18/9/2019).
Buku ini merupakan komitmen Bank Indonesia dalam mendokumentasikan pemikiran, kebijakan, wisdom, pengalaman, dan sejarah organisasi dalam bentuk Institutional Memory.
Ini sekaligus untuk memperkaya referensi akademis khususnya bidang kajian sejarah ekonomi.
Skor 6-1, Live RCTI, Live Streaming meTube.id Mola TV Indonesia vs Mariana Utara Tanpa Buffer Via HP
KRONOLOGI Kepala Bocah 10 Tahun Ini Terpisah dari Tubuhnya, Tewas Ditebas Tetangga Sendiri
FOTO: Kunjungan Manajemen Tribun Timur ke Four Points by Sheraton Makassar
Buku ini melengkapi seri buku sejarah dan heritage Kantor Perwakilan Bank Indonesia lainnya yang sudah terbit, yaitu buku sejarah KPw BI Medan, Surabaya, Padang, Pontianak, Solo, dan Makassar.
Buku ini dapat diperoleh di Perpustakaan Bank Indonesia atau website BI Institute https://www.bi.go.id/id/institute.
Pemilihan kota-kota ini didasari oleh keberadaan kantor cabang De Javasche Bank (DJB) di daerah tersebut.
Berperan sebagai bank sirkulasi pada masa kolonial, dan cikal bakal berdirinya Kantor Perwakilan Bank Indonesia.
Direktur Bank Indonesia Institute, Arlyana Abubakar mengatakan, isi buku ini mengangkat sejarah kemajuan ekonomi Makassar sejak berabad lalu.
Saat itu gerak ekonominya bertumpu pada sektor perdagangan maritim.
Skor 6-1, Live RCTI, Live Streaming meTube.id Mola TV Indonesia vs Mariana Utara Tanpa Buffer Via HP
KRONOLOGI Kepala Bocah 10 Tahun Ini Terpisah dari Tubuhnya, Tewas Ditebas Tetangga Sendiri
FOTO: Kunjungan Manajemen Tribun Timur ke Four Points by Sheraton Makassar
Ia menjelaskan, di masa Pemerintah Kolonial Belanda, Makassar ditetapkan sebagai bandar transito yang menghubungkan jalur dagang antara Asia dan Eropa.
Dengan puncaknya pada abad ke-19 melalui kopra sebagai komoditas unggulan.
"Ramainya perdagangan internasional di Makassar, mendorong kemunculan perusahaan-perusahaan dagang Eropa dan Belanda khususnya,"
"ang tergabung dalam Kamer van Koophandel en Nijverheid atau Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Makassar," jelasnya.
Kadin inilah, kata Arlyana yang kemudian mengusulkan pendirian Kantor DJB Agentschap Makassar, yang kemudian berdiri pada tanggal 21 Desember 1864.