Mahasiswa FKM Unhas Belajar Pembangunan Berkelanjutan di Negeri Sakura Jepang
Mahasiswa FKM Unhas Belajar Pembangunan Berkelanjutan di Negeri Sakura Jepang
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Munawwarah Ahmad
Mahasiswa FKM Unhas Belajar Pembangunan Berkelanjutan di Negeri Sakura Jepang
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar menggelar Sakura Science Program.
Program tersebut merupakan kerjasama FKM Unhas dengan Research Institute for Humanity and Nature (RIHN) dan Ehime University Jepang.
Pada hari ketiga, para peserta diberikan materi tentang Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) oleh Mr. Myo Han Htun (Kotoe-San), Sabtu (14/9/2019).
Ia SRIREP Project, Sustainable Regional Innovation for Reducing Environmental Pollution di Research institute for Humanity and Nature (RIHN).
Awal penerimaan materi, ia menyampaikan pertanyaan sederhana tentang apa pembangunan berkelanjutan itu yang kemudian direspon oleh peserta.
"Sumber daya yang ada di dunia ini adalah milik setiap orang, bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga harus menghitung generasi dan anak-anak dan cucu-cucu kita ke depan. Ketersediaan energi, makanan, ikan di laut, keamanan lingkungan sekitar, dan ketersediaan air adalah milik kita dan milik generasi yang akan datang," katanya dalam rilis yang diterima Tribun Timur, Kamis (14/9/2019).
Menurutnya, itulah yang menjadi penting bagi pembangunan berkelanjutan.
"Karena itu pikirkan generasi sekarang tetapi juga generasi besok dan yang akan datang," sambungnya.
Mr Kotoe-San mengurai setiap goal dan target dari SDGs.
Ia memberikan contoh tentang goal 1 yaitu tidak ada kemiskinan baik kemiskinan absolut maupun kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut artinya masyarakat tidak mungkin untuk memenuhi kebutuhan dasar mempertahankan hidup sementara kemisikinan relatif adalah ketika rumah tangga mampu membeli tetapi terbatas.
"Kemiskinan ini beragam pada kelompok masyarakat dan negara. Misalnya orang tidak memiliki handphone tetapi mereka mengkategori dirinya sebagai orang miskin. Kedua adalah tanpa kelaparan," katanya.
Baginya, kemiskinan dan kelaparan ini saling berkaitan. Masalah tersebut pun kerap kali dijumpai di negara Afrika demikian pula di Asia.
Ia juga membagikan pengalamannya selama bekerja di NGO berkaitan dengan pengendalian penduduk, HIV/AIDS dan penularan Penyakit Menular Seksual.