CITIZEN REPORT
Peserta Munas Tokoh Antar-Agama Se-Indonesia Doakan BJ Habibie, Ini Pesan Prof Syafiq A Mughni PhD
Pdt Dr Jacky Manuputty selaku ketua panitia melaporkan bahwa peserta munas dihadiri 250 tokoh dari berbagai organisasi keagamaan di Indonesia.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Jumadi Mappanganro
Ir Yonggris Lao
Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Sulsel
Melaporkan dari Hotel Shangri-La Jakarta
Peserta Munas Tokoh Antar-Agama Se-Indonesia Doakan BJ Habibie, Ini Pesan Prof Syafiq A Mughni PhD
PARA tokoh lintas agama dari berbagai daerah di Indonesia menghadiri Musyawarah Nasional Tokoh AntarAgama untuk Membangun Budaya Damai di Hotel Shangri-La Jakarta.
Acara yang berlangsung selama tiga hari, 11 - 13 September 2019, ini diadakan oleh Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban.
Pdt Dr Jacky Manuputty selaku ketua panitia melaporkan bahwa peserta munas dihadiri 250 tokoh dari berbagai organisasi keagamaan di Indonesia.
Di antaranya perwakilan MUI, PGI, KWI, PHDI, Permabudhi dan Matakin.
Saya mewakili Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Sulawesi Selatan.
Musyawarah dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Dilanjutkan dengan mengheningkan cipta atas wafatnya Presiden ketiga RI Prof BJ Habibie yang dipimpin oleh Prof Syafiq A Mughni PhD.
Pembukaan munas diisi pula dengan doa bersama oleh 6 pimpinan majelis agama yaitu MUI, PGI, KWI, PHDI, Permabudhi, Matakin.
BACA JUGA
- Foto-foto BJ Habibie Saat Muda, Anak-anak, dan Menikah, Juga Quotes atau Kata-kata Beliau
- PSM Kalah di Kandang, Appi Tulis Status Instagram: Perjuangan Makin Berat
Dalam sambutannya, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Prof Syafiq A Mughni PhD mengingatkan bahwa perdamaian harus diupayakan bersama dan dengan sungguh-sungguh.
Pluralitas adalah rahmat, namun bila tidak dikelola dengan sungguh-sungguh, justru bisa membawa malapetaka.
Upaya itu mutlak dilakukan melalui dialog. Dialog bukan alternatif, tetapi imperatif, sebuah keharusan.
Dialog harus dilanjutkan dengan kerjasama, saling menghargai dan saling menerima perbedaan sebagai fitrah.
